Teriknya langit di siang hari perlahan meredupkan sinarnya, terangnya terhalang oleh gumpalan awan hitam yang semakin gelap. Satu persatu air langit turun menyapa, suaranya semakin riuh terdengar seperti sedang menari di atap.
Setiap rintiknya yang turun seperti tangga nada, memunculkan kembali setiap kenangan indah kita dan akhirnya menciptakan berbagai kata yang sebelumnya tak sanggup kuucap.
Hujan selalu berhasil membuatku tenang dan tak jarang menggetarkan hati, karena kedatangannya bersama kenangan tidak dapat menariknya kembali ketika hujan berhenti.
Kenangan itu membekas layaknya genangan air di jalan yang berlubang. Menghambat aktifitas makhluk Tuhan yang berlalu-lalang.
Butuh waktu untuk jalan kembali kering dari sisa hujan yang turun, seperti aku yang belum tersadar dan terus melamun. Lalu, sampai kapan aku larut dalam kenangan? Entahlah, mungkin sampai kembalinya kering di atas jalan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kenangan Hujan Melarutkanku
PoesíaKenangan datang seiring dengan turunnya hujan.