BAB 3

2 0 0
                                    

        "Tok..tok.tok..."suara terdengar dari luar ruang kelas. Dan masuk seorang lelaki yang kira-kira berumur 20-an ke dalam kelas berukuran sedang dengan membawa setumpuk buku." ketua kelas silahkan ambil dan bagian buku tugas kalian" ucap Pak Guritno. Ya pak guritno adalah seorang guru yang berusia 24 tahun yang mengajar mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah baru Risa. " Siap Pak" Jawab Disty saat mengambil buku tugas bahasa dan membagikannya.

    "Baiklah,coba lihat nilai kalian sekarang...bagaimana?"Tanya Pak Guritno dengan senyum merekah di bibir tipisnya.

Sontak para siswa membuka buku tugas mereka masing-masing."Jujur saya senang melihat nilai kalian,ini yang bapak harapkan dari kalian dan Risa kali ini memegang di urutan pertama tertinggi,beri aplouse" ucap Pak Guritno sambil bertepuk tangan.

"Terima kasih teman-teman"Ucap Risa dengan wajah yang agak merah muda karna bahagia. "Risa,karna nilaimu paling tinggi,saya ingin bertanya : apa yang akan kamu lakukan jika apa yang kamu inginkan atau rencana tidak tercapai?" tanya Pak Guritno dengan mata tajam dan dingin.
Mendengar dan melihat ekspresi Pak Guritno ekspresi wajah Risa yang semua terlihat bahagia kini berangsur berubah menjadi sedih wajahnya dingin seakan menahan tangis.
"Manusia memang bisa merencanakan,tetapi tuhan yang menentukan. Apapun yang saya lakukan nanti maka akan saya serahkan kepada sang khalik,karna Dia tempat yang paling sempurna untuk mengadu". Jawab Risa yang mulai meneteskan setitik air dipipinya.

"Lalu apa menurutmu sekarang adanya kamu disini adalah takdir dari Tuhan?"Tanya Pak Guritno sekali lagi. "Ya. menurut saya ini memang takdir dari Tuhan,dan tugas saya adalah mencari tahu makna dibalik takdir saya" Jawab Risa dengan titik air yang terus tumpah dari mata bulat mungilnya.

"Baiklah kita ahiri pelajaran hari ini,selamat siang..."ucap Pak Guritno yang tak menggubris jawaban Risa.

         Setelah kejadian bencana alam yang menimpa kota Risa dan keluarganya Risa dan Rendi tinggal di sebuah panti asuhan yang cukup luas dengan ribuan anak yatim yang telah kehilangan orang tuanya. Ingatan Risa lambat laun mulai hilang akan peristiwa yang menimpanya beberapa bulan lalu. Namu tidak dengan Ingatannya terhadap Adit. Semenjak kepergian Adit, Risa sering melamun dan tiba-tiba mengis tanpa sebab sehingga ia dijauhi oleh teman-temannya di sekolah. Tak hanya itu ia juga mendapat gelar sebagai anak Aneh di sekolahnya. Tapi tidak di Panti. Di panti ia adalah anak yang paling disayangi oleh teman sekamarnya,karena sifatnya yang baik dan rain membuat teman sekamarnya menyayanginya.
         2 tahun telah berlalu, Risa telah lulus dengan nilai UN tertinggipada usia 18 tahun. Hal itu membuat Bu Vera, seorang wanita setengah baya yang mengasuh mereka bangga.Tapi Risa yak merasakan kebahagiaan yang dirasakan teman dan Bu Vera yang di anggapnya ibu nya itu. Justru pada saat bahagia itu Rendi datang membawa berita bahawa ia akan ke luar negeri karna mendapatkan beasiswa.
" Aku berjanji akan sering menelfonmu Risa....."

"Tapi kamu tetap jauhkan,kenapa kamu tidak bicara dulu kepadaku Ren...?"

"Risa,aku minta maaf yah,memang aku nggak ada rencana lanjut Kuliah di Jerman,tapi ini beasiswanya mendadak dan terbatas,aku berjanji akan sering menghubungi mu"

Namun,risa hanya dian saja..ia terlalu kesal dengan kenyataan yang menyiksa dan menyesakkan dadanya. 
"Ris...sekali lagi aku minta maaf"

"hsshss....kamu udah aku anggap kakak Ren,kamu tega tinggalin aku disini sendiri,cuma kamu satu-satunya keluargaku...Tapi kalau kamu mau pergi aku ikhlas toh itu juga untuk masa depanmu"

"Kamu serius?,yaudah kalau gitu hapus air matanya,cepet nanti cantiknya hilang lagi,Rendi nggak mau punya adik yang cengeng..." ucap Rendi sambil memeluk Risa untuk terakhir kalinya saat di bandara. 





You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 12, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

RISAWhere stories live. Discover now