1

63 5 0
                                    

" Apasih yang kurang dari gue Vir?, gue udah ngasih segalanya buat dia. Tapi apa? Dia ninggalin gue Vir. Dia pergi "
Gadis berambut hitam sebahu itu larut dalam tangisnya,merasakan beribu-ribu sesak yang tak kunjung sirna.

" Iya Alet, gue ngerti perasaan lo. Tapi lo gak boleh gini, lo liat kan, dia udah bahagia. Lo mau terus terusan kalah sama keadaan? Life must go on, jangan stuck di titik penderitaan ini terus. Lo masih bisa buktiin kalo lo itu mampu hidup tanpa dia. Come on ". Gadis berambut pirang bernama Vira itu terus membujuk sepupunya.

Alet diam sejenak.

Ingatan tentang mereka berdua kembali berputar di kepalanya, kenangan indah dan pahit manis hal yang mereka alami. Sudah 2 minggu lebih Alet mengurung diri di kamar semenjak kejadian itu, tidak berinteraksi dengan siapapun,makan pun bisa dihitung jari berapa kali ia makan selama 2 minggu.
Benar kata Vira. Dia sudah bahagia dan Alet tak akan bisa apa-apa selain merelakan dan melupakan. Percuma ia menangis terus menerus,itu hanya menguras tenaga dan air mata. Ia harus bangkit,ia harus kuat dan ia harus bisa menerima keadaan.

" Lo bener Vir. Gue gak boleh gini terus, gue harus move on. Damn! What a pity i am! Gue janji, gue bakal buktiin ke dia dan semua orang, kalo gue juga bisa bahagia".
Dan Vira tersenyum.

###

Laki-laki itu terus memandangi foto dirinya dan seorang perempuan yang tersenyum. Senyum termanis setelah ibunya. Dia ingat foto ini diambil saat mereka sedang berbelanja di supermarket untuk membeli bahan-bahan ketika mereka akan menghabiskan hari libur mereka untuk sekedar memasak dan menikmatinya bersama.

" Lo cantik banget,Alet. Gue gak nyangka kita bisa sejauh ini. Gue kangen sama lo ".
Ajri hanya bisa termenung, ia mungkin baru sadar, bahwa Alet adalah sosok yang berarti dalam hidupnya. Ajri terlalu munafik untuk mengakuinya dulu, dan sekarang hanya penyesalan yang bisa ia rasakan.

" Sayang ". Suara lembut wanita membuyarkan lamunan Ajri dan membuatnya seketika memasukkan foto di genggamannya ke saku celana.

" Kok kamu masih diluar? Masuk yuk, gak baik angin malam" wanita itu ikut duduk di samping Ajri.

Cantik.

Adalah satu kata yang lebih dari cukup untuk mendeskripsikan wanita itu.Rambutnya hitam panjang, lehernya putih jenjang, matanya coklat dan begitu menenangkan, kulitnya berwarna putih pucat, bibirnya merah merona.

Caramel namanya,

wanita cantik jelita yang banyak di dekati para pria. Siapapun akan luluh karenanya, termasuk Ajri.

Wanita dengan beribu-ribu pesona di dalam dirinya yang bahkan bisa begitu mudahnya keluar dan masuk kedalam hati seseorang.
Ajri memandang kecantikan wanita itu, dilihat dari sisi manapun Caramel akan tetap anggun dan cantik. Namun, getaran yang dulu ia rasakan setiap di dekat Caramel sudah hilang entah kemana. Semenjak Caramel pergi, baru ia sadari rasa itu telah hilang sejak lama. Dan sekarang, Ajri mengerti bahwa cinta yang sesungguhnya adalah Alet. Gadis kecil dengan tingkah menggemaskan yang selalu tertawa dan dapat menghiburnya dengan berbagai macam cara.

Ah.

Rasanya ia benar-benar ingin memutar waktu. Kembali ke masa Alet yang selalu ada di sampingnya, menemaninya sampai ia terjaga.

" Sayang, kok kamu melamun? " Caramel kembali membuyarkan lamunan Ajri.

" Oh iya,maaf. Ayo kita masuk kedalam " Ajri langsung bangkit dan meninggalkan Caramel yang sedang kebingungan.

Pria itu tak lagi sama seperti 5 tahun yang lalu, Caramel tahu ini semua adalah salahnya. Ia terlalu asik dengan dunianya hingga ia lupa pada Ajrinya. Pria yang semenjak mereka masih kecil selalu bersamanya.

Tapi Caramel yakin, ia dapat mengembalikan Ajrinya seperti dahulu. Kembali ke masa mereka masih bersama dan menjalin cinta.
Caramel bangkit, dan menyusul kekasihnya masuk ke dalam rumah.

###

     " Selamat pagi, dunia! " Alet membuka jendelanya dengan senyum yang terlukis di wajah manisnya.

     " Alet, temen kamu udah nungguin tuh di bawah. Kamu beneran mau ke cafe? " Suara wanita setengah paruh baya membuat Alet membalikan tubuhnya, masih dengan senyum manis andalannya ia menjawab

     " Iya dong, Bunda! Alet kan udah sehat sekarang. Bunda masakin nasi goreng dong buat Alet bawa ke cafe. Ya ya bun? " Gadis itu menunjukkan muka pengaharapan yang begitu menggemaskan. Sang Bunda kemudian tersenyum, lalu mendekat dan  memeluk putri bungsunya.

     " Alet jangan seperti kemarin lagi ya, Bunda sedih. Alet harus jadi gadis yang kuat, gak boleh lemah ". Masih tersenyum, Alet mengelus pundak Bunda cantiknya.

     " Bunda, Alet pasti jadi gadis kuat. Alet cuma terlalu baper kemaren, hehehe "

     " Dasar anak muda, begini kalau sedang jatuh cinta lalu patah hati. Alet tenang aja, masih banyak kok laki-laki yang ganteng selain Ajri "

     " Iya Bun, yaudah Alet siap-siap dulu ya. Mona pasti udah kesel, hahaha " Kemudian Bunda mengangguk, gadis itu melepaskan pelukan mereka kemudian berlari ke kamar mandi.

     " Udah sejam setengah ya gue nunggu. Bukannya cepet-cepet malah santai aja lagi, kalo bukan temen gue tampolin lu " Gadis bernama Mona itu mengomel setelah terlihat Alet yang keluar dari kamar dengan wajah tanpa bersalah.

     Alet menggunakan kaos lengan pendek berwarna hitam polos dan celana jeans panjang. Pakaian yang setiap hari ia kenakan saat bekerja. Tak lupa tas ransel kecil berwarna hijau muda yang selalu ia bawa kemana-mana.

     " Iya Iya bawel. Lagian pak Daus juga gak bakal marah-marah sama kita berdua. Selaw aja ngapasi "

     " Tapi kan tetep aja, lo gimana...." Belum sempat menyelesaikannya, Alet sudah menarik tangan Mona untuk berdiri dan berjalan.

     Mona pun hanya bisa menggerutu dan kesal dengan Alet yang berjalan menuntunnya di depan.

Y O UTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang