Back to the past.
Pria berambut hitam dengan model undercut itu terlihat begitu serius. Tubuhnya duduk dengan tegap, tangan kirinya menggenggam secangkir kopi hitam dengan mata elang yang daritadi memandang laptop di depannya.
" DOR!! " Suara itu sontak membuat ajri buyar dan terkejut bukan main.
" Gila ya lo! Untung kopi gue gak jatuh! " Ajri memandang dengan tajam gadis dengan wajah tak bersalah di depannya.
Gadis itu duduk di depan Ajri dan tertawa begitu lepas.
" Kampret muka lo kocak banget parah! "
Bukannya takut dipandang tajam oleh ajri, gadis itu justru makin dalam tertawa." Malah ketawa lagi, Scarlett gue lagi marah ya, gak sopan banget sih lo! " Pria itu semakin kesal dengan tingkah laku Alet.
" Apa lo bilang? Marah? Hahahahaha. Mana ada marah ekspresinya begitu, hahahaha ya ampun sakit perut gue "
Gadis itu sedikit memajukan tubuhnya dan mengangkat jari telunjuknya untuk ia gunakan menyentuh pipi pria di depannya.
" Coba mana muka marahnya " gadis itu berbicara dengan nada menggoda, sedangkan Ajri semakin kesal dibuatnya.
" Kalo marah gak usah pake dimples,gak akan takut gue " kemudian Ajri menyingkirkan tangan Alet dan terus memasang wajah kesalnya.
Menurut Alet, semarah apapun sahabatnya, dia tidak akan terlihat seram atau semacamnya. Karena setiap kali berbicara Ajri selalu memunculkan lesung pipi kanan dan juga kirinya.
Dan itu hal paling menggemaskan yang Alet suka.
" Ajri " panggil Alet.
" Hmmm " jawab pria itu singkat dan kembali meminum kopinya.
" Gue setres banget tau, tugas kuliah gue numpuk parah " Alet menyandarkan kepalanya ke meja lalu menenggelamkan kepalanya diantara dua tangannya.
" Gak usah pake kode-kodean segala, maaf gue sibuk harus ngejar deadline " Ajri menjawab dengan santai dan kembali serius mengerjakan pekerjaannya.
" Dasar pelit, bantuin dikit doang kenapa si, ish " gadis itu kembali mengangkat kepalanya dan memasang muka cemberutnya.
Hal yang begitu menggemaskan menurut Ajri.
" Salah sendiri tugas di tumpuk. Gue udah sering bilang di cicil sedikit demi sedikit " pria itu berbicara tanpa menatap Alet yang semakin memasang wajah kesalnya.
" Ya mana saya tahu, saya kan tidak tahu. Lagian gue juga harus bagi waktu buat ke cafe juga, capek tau! "
" Ya mana saya peduli, saya kan tidak peduli " pria itu berbicara dengan nada datar yang begitu menyebalkan menurut Alet.
" Ihhh, nyebelin banget si! " Alet semakin menekuk wajahnya.
Dan semakin membuat Ajri gemas.
Pria itu menutup laptopnya kemudian menatap gadis di depannya.
" Jalan aja kuy, jangan setres mulu. Gak baik "
" Yang bilang setres itu baik siapa, Panjul. Lagian katanya mau ngejar deadline,gimana si lo " Gadis itu berbicara sembari mengikat rambut hitamnya.
" Gampang itumah, daripada lo setres jadi cepet tua lagi nanti "
" Kok tua sih, apa hubungannya coba " Ucap gadis itu dengan nada protes.
" Setres itu membakar 1 DNA "
Mulai deh.
" Nah, DNA yang mati di regenerasi sama kromosom "
Iyain aja deh.
" Tingkat daya regenerasi kromosom lama-lama bakal berkurang "
Oh gitu ya.
" Kalo misalnya terlalu banyak mati dan di regenerasi "
Apaansi.
" Bakal lari ke fisik. Contohnya penuaan dini, Cancer dan lainnya "
Alet hanya mendengarkan tanpa peduli apa maksud dari omongan pria di depannya barusan.
###
" Boleh juga nih, udaranya segar parah " Alet menghirup napas dalam-dalam seraya memejamkan kedua matanya. Dia ingin menghirup banyak udara segar yang tidak akan pernah ia rasakan di Jakarta.
" Seengganya lo bisa jernihin pikiran dulu di sini, biar ga mumet mumet amat " Ajri berkata seraya memandang gadis di sampingnya yang masih asik bermain dengan udara.
Alet kemudian membuka matanya dan memandang Ajri.
" Sae biji " kemudian ia tersenyum dan kembali menatap ke depan.
" Alet " Panggil Ajri.
" Hmmm " Jawab Alet kemudian menatap wajah pria di sampingnya. Tak ia sangka ternyata jarak diantara mereka terlalu dekat. Jantungnya kembali berdegup kencang, kupu-kupu dalam perutnya mulai kembali berterbangan dan kedua pipinya mulai memanas.
" Gue suka sama lo "
Apaansi.
Satu kalimat itu membuat dunia Alet benar-benar terasa seperti berhamburan. Jantungnya seperti berhenti berdetak sebentar kemudian kembali memompa lebih cepat dari sebelumnya.
" Apaansi, lo " jawab gadis itu terkekeh, berusaha menyembunyikan rasa gugupnya dan bahagianya sekaligus.
" Gue serius, gue sayang sama lo " Ucap Ajri seraya memperdalam tatapannya pada Alet.
" Gak usah bercanda Ajri, gak lucu " gadis itu kesal, kata-kata yang keluar dari mulut Ajri hanya akan membuat jantungnya semakin berdegup kencang.
" Yang bilang lucu siapa? Gue serius " Tegas Ajri kembali.
" Tapi kenapa? "
" Kenapa apanya? Emang gak boleh gue sayang sama lo? " Setelah sekian lama ia menunggu waktu yang tepat, ternyata inilah saatnya.
" y-ya boleh sih, tapi kenapa? " Alet benar-benar gugup kali ini, tangannya menjadi sangat dingin.
" Gue gak tau maksud dari "kenapa" yang lo tanyain itu apa " jawabnya sembari mengelus kepala Alet dan tersenyum.
Damn.
Alet harus benar-benar bisa mengontrol dirinya, karena kalau sampai tidak, mungkin ia akan tersungkur, terjatuh atau bahkan pingsan tiba-tiba.
" Lo bisa suka sama cewe yang lebih baik dari gue, kenapa harus gue? " Alet berusaha membuyarkan pikirannya untuk bersama dengan Ajri. Alet sadar ada banyak kemungkinam yang akan terjadi jika benar mereka akan bersama nanti.
" Karena gue yakin, lo itu tulang rusuk gue "
Jawaban macam apa ini.
Alet memandang Ajri yang juga tengah memandangnya. Yang berdiri di sampingnya ini adalah pria dengan sejuta rumus di dalam kepalanya, pria jenius dengan sejuta ide-ide cemerlang dalam hidupnya, pria yang mungkin bisa di bilang
Sempurna
" Tapi gue yakin, you still love her dan ngelupain dia itu gak mudah "
KAMU SEDANG MEMBACA
Y O U
Teen FictionAku bukan perempuan yang mudah jatuh cinta Bahkan hanya sekedar berkata bahwa aku suka Aku bukan perempuan yang mudah larut dalam kata Tapi semenjak kamu ada, Aku sadar semuanya tak lagi sama.