Dia!

154 13 0
                                    

Sekarang gue lagi ada di taman belakang sekolah... sepi banget...

Sebenernya gue disini ada perlu sama Ray... Gue ngga nyangka Ray itu ketua ekskul Photopraphy...

Dan gue mau ikut ekskul entuh...

Kata Ray, ekskul Photography ngga ada standnya... So dia bilang kalo gue mau ikutan ekskul itu gue cuma perlu daftar aja ke si Ray...

Udah 10 menit gue nunggu si Ray...

"Hai, lama ngga ketemu." Seseorang menepuk pundak gue... gue ngga yakin itu Ray, tapi masa bodo... siapa tau itu si Ray.

Saat gue membalikan badan gue kaget... Karna yang nepuk pundak gue adalah... Dia... Bukan.. Dia bukan Ray... tapi orang lain yang udah bikin lubang besar di hati gue.

"Ngapain lo disini?" Kata gue dengan muka sinis. "Eemm, Inikan sekolah punya Kakek gue.. jadi yaa gue disini karna gue sekolah di sini." Jawabnya lalu tersenyum kaku.

"Bodo amat mau lo anaknya pemilik sekolah ini atau cucu pemilik sekolah ini, yang jelas gue mau lo pergi!" Kata gue menahan amarah. "Tapi Shil, ada yang harus gue omongin ke lo!" Katanya. "Gue ngga mau denger omongan lo lagi... gue cuma mau lo pergi sekarang juga!" Kata gue serengah berteriak.

"Shil, lo harus dengerin omongan gue!" Katanya memohon. "Buat apa gue dengerin omong kosong lo? udah cukup lo hancurin hidup gue... gue ngga mau denger omongan lo lagi... udah cukup lo buat gue menderita.... apa lo ngga puas?" Kata gue berteriak, dan tanpa gue sadarari satu tetes air mata mengalir di pipi gue. "Apa lo ngga puas? Udah cukup lo buat lubang di hati guee! gue ngga butuh lo! gue butuh permohonan maaf lo atas semua yang udah lo lakuin ke keluarga lo... lo dosa besar sama mereka! lo udah hancurin hidup semua orang... Apa lo ngga puas atas semua yang udah lo lakuin?" Lirih gue, air mata gue mengalir dengan derasnya... Mayra di mana lo sekarang? gue butuh pelukan hangat lo! Gue butuh orang yang bisa gue peluk dengan erat sekarang juga.

Dia tidak menjawab lagi. "Shilla lo kenapa? Kok lo nangis sih?" Gue kenal suara ini... Ray, akhirnya lo dateng juga... "Shil lo kenapa sih?" Kata Ray lalu menghampiri gue dan menatap Dia. "Lo? ngapain lo disini? pergi lo! Lo seharusnya ada di penjara sekarang!" Kata Ray setengah berteriak. Ngga butuh waktu lama, akhirnya Dia pergi.

"Woy? Lo kenapa sih? Lo nangis?" Tanya Ray dengan muka khawatir.

Tanpa sadar gue memeluk erat Ray, gue bisa merasakan tubuhnya menegang dan beberapa detik kemudian tubuhnya kembali relax lalu dia membalas pelukanku...

Gue ngga nyangka pelukan ini nyaman banget, Gue menangis di pundak Ray, tinggi gue cuma sepundak Ray.

"Lo kenapa sih Shil? Lo kenapa nangis... Lo bisa kok cerita ke gue... gue penyimpan rahasia yang baik!" Tanya Ray. Lalu gue melepaskan pelukan gue. Dan gue hanya bisa menggeleng lalu tersenyum miris.

Setelah itu Ray memberikan gue tisue lalu menggandeng gue keluar dari taman belakang, Ray menuntun gue ke toilet perempuan.

"Lo cuci muka sana! Gue ngga suka liat lo yang nangis kayak gini... Gue lebih suka ngeliat lo marah dari pada ngeliat lo nangis kayak gini" Katanya. "Iyaa" Jawab gue sambil terisak. Lalu gue masuk ke dalam toilet dan membersihkan muka gue.

Saat gue keluar gue baru sadar kalau dari tadi Ray terus nungguin gue.

Gue yang sedari tadi hanya memandang punggungnya memutuskan untuk berjalan menuju kelas sambil mengabaikannya. Begitupun Ray saat gue menengok ke belakang gue bisa melihat dia pergi ke arah yang berlawanan sambil terus bersidekap.

-*-*-*-*-*-*-*-*-*-*

A/N: Haii, aku tau part yang ini itu pendek... tapi aku usahain biar bisa double update hari ini... Maaf yaa kalo ceritanya jelek atau aneh...

Jangan lupa vomment yaa

Byee, Mwaahhh

How Dare You?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang