Jaemin tersenyum memandang bayangan Jeno yang menghilang di belokan. Senyum miliknya menghilang ketika ia berbalik hendak masuk ke rumah. Binar matanya redup memandang datar ke arah rumahnya.
"Aku pulang." salamnya tanpa berharap mendapat balasan, Jaemin langsung menuju ke kamarnya.
"Ya! Kau tidak bekerja?! Kenapa kau malah pulang hah!?!" itu suara ibunya dari dapur. Jaemin hanya berhenti sejenak kemudian melanjutkan langkah kakinya.
Menghela nafas begitu memasuki kamarnya kemudian ia segera membersihkan diri. Sehabis mandi, perutnya bergaung. Dia lapar. Kegiatannya seharian ini menguras tenaganya. Tapi dia enggan untuk makan malam atau sekedar mengambil camilan di dapur.
"Baiklah, Na Jaemin, ada tugas dan tumpukan buku yang meminta perhatianmu. Semangat!" dia memoles senyum, berusaha meningkatkan suasana hatinya.
Ting!
Jaemin mengambil hpnya terdapat sebuah pesan dari nomor tidak dikenal.
Selamat malam, Jaemin :)
Karena tidak tahu siapa pengirimnya, Jaemin mengabaikannya dan melanjutkan acara belajarnya.
Ting!
Bagaimana kabarmu?
Apa yang kamu lakukan?Jaemin mengernyit ada pesan lagi, dari nomor yang sama juga. Dia mengabaikannya. Toh, dia nggak kenal siapa pengirimnya.
Brakk
Dia berjengit seraya mengelus dadanya menenangkan dirinya. Kali ini adalah suara pintu yang dibanting dengan kasar.
"SUDAH KUBILANG BIAR AKU YANG MENGURUSNYA SENDIRI!"
"KAU KIRA KAU MENGERTI APA YANG LAKUKAN ITU HAH!"
Diikuti dengan suara bentakan yang memekakkan.
Jaemin memejamkan matanya, itu orangtuanya. Mereka bertengkar lagi. Jaemin berusaha kembali dalam kesibukannya tapi telinganya menghianatinya. Suara mereka terekam dengan jelas di otaknya.
'Kembalilah Jaemin, abaikan saja mereka. Fokus!' dia berusaha menyugesti dirinya sendiri. Namun, dia tidak bisa menahannya. Bagaimana pun dia adalah seorang anak yang akan bersedih apabila keluarganya dalam kondisi tidak baik. Mau seberapa sering dia mencoba kuat dan membiasakan diri. Rasa sakit itu tetap ada.
Hiks..
Tidak perduli lagi dengan tugas di depannya Jaemin terisak, air mata menghiasi pipinya. Dia ketakutan."Arrghh" Jaemin membelalakkan matanya. Rasa takutnya semakin membesar mendengar suara rintihan ibunya.
Tak kuat lagi, Jaemin berlari keluar kamarnya. Dia mendapati ayahnya sudah akan melayangkan tangannya ke ibunya.
"HENTIKAN APPA" tangan ayahnya terhenti di udara.
"Diam kau, Jaemin!" desis ayahnya.
Tergesa Jaemin menuju ibunya. Menuntun ibunya agar berlindung di belakangnya.
"Minggir kau Jaemin. Biar appa beri pelajaran ibumu. MINGGIR!" Jaemin berusaha mempertahankan posisinya ketika ayahnya menarik dan mondorong tubuhnya untuk menyingkir.
"KAU YANG BODOH! KAU PIKIR DARIMANA KAU BISA MENGEMBALIKAN UANG ITU HA!" Jaemin merasa telinga dan hatinya sakit mendengar cacian ibunya terhadap ayahnya.
"Kau.. TAU APA KAU!" Kemarahan ayahnya sudah benar-benar meledak.
Ayahnya berusaha melayangkan pukulannya ke ibunya. Ayahnya membabi buta. Sedangkan Jaemin berusaha melindungi ibunya tak ia pedulikan jika ia yang menerima pukulan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Morning Dew | Nomin
FanfictionPagi yang dingin dan penuh embun. Saat itulah Jeno melihat Jaemin untuk pertama kalinya.