05 Nah Ini! Jadi Begini Rasanya

301 51 41
                                    

Bagian Lima

Nah Ini! Jadi Begini Rasanya


Daniel bersenandung sambil melihat-lihat bahan makanan yang tersedia. Putra Yoon disebelahnya masih tepekur berpegangan pada ujung meja, entah menggumamkan apa. Orang di kiri Daniel malah hanya diam memandangi semua bahan makanan.

Pada sisi lain, Guanlin—yang baru mendapat gelar Lord tahun ini—tampak menimang-nimang jamur yang berbeda di tangannya.

"Ini jamur satu sama jamur ini apa bedanya sih? Ini harus diapakan? Apa kupotong saja? Ini bener tidak ya motongnya?"

Sambil menahan tawa geli, Daniel mengalihkan pandangan. Perhatiannya terhenti pada sosok putra bungsu keluarga Park yang tengah sibuk memotong wortel. Meja mereka yang persis bersebrangan membuat pandangan Daniel sangat leluasa.

Putra Park itu sibuk merajang bawang, memotong wortel serta daging. Tepat di samping wajan berdiri botol wine merah. Daniel menggaruk leher bingung, 'dia mau bikin apa dengan wine merah?' dan semakin penasaran saat melihat pemuda itu mencincang cokelat batangan. Dia ingin membuat apa!

Berbanding terbalik dengan Woojin, si putra tunggal keluarga Hwang malah sibuk mencuci belut. Bola mata Daniel hendak meloncat dari tempatnya mendapati kumpulan hewan itu di dalam mangkok pada meja Minhyun, menggeliat, menjalar berniat kabur. "Be-belut? Wah, sungguh? Wah."

Segera Daniel menggelengkan kepala mengembalikan fokusnya, menggaruk pelipis. "Makanan apa yang beraroma wah-wah-uwah? Apa, ya?" garukannya semakin anarkis.

Hingga matanya singgah pada sosok sang Pangeran di atas podium. Duduk tenang bersebelahan dengan Marco. Dua kata yang pas menggambarkan kesan sang Pangeran adalah pure and simple.

Sebuah ide tiba-tiba melintas dalam benak Daniel.

"Karena aku tidak tahu makanan apa yang kau maksud, Pangeran, jadi lebih baik aku memasak makanan yang sama kesannya denganmu, kan?" monolog Daniel menatap lekat sang Pangeran.

Daniel menyatukan tangannya, "oke! Mari kita buat Stoemp yang manis dan sederhana!"

.

.

Setelah menimang-nimang kentang kuning yang bagus, Daniel segera memotongnya, kemudian kembali memotong dengan cekatan kembang kol berukuran medium dengan ukuran potongan yang sama.

Setelah merebus potongan kentang dan kembang kol, Daniel mengambil bawang perai. Memotong bagian hijaunya yang gelap, juga akarnya. Membelah dua bagian dan menyiramnya dengan air mengalir, membersihkan dengan telaten hingga benar-benar bersih. Setelah kering, Daniel menjadikan bawang perai itu potongan tipis-tipis berbentuk cincin.

Wortel yang sudah dipotong-potongpun masuk juga ke dalam panci rebusan, bersama sayuran yang lain. Menggelegak bersama air mendidih.

Daniel celingukan mencari mentega, tidak menemukan di antara deretan bahan di atas meja, ia berjongkok membuka laci-laci yang ada di bawah.

Lalu terdengar bunyi memekakan telinga. Saking kagetnya kepala Daniel sampai terantuk, meringis, ia bangkit. Terjadi kegaduhan, perlu waktu bagi Daniel untuk benar-benar memahami apa yang terjadi.

"Oh astaga!" seru Jisung.

Dan Daniel juga berkomentar sama seperti yang dilakukan Jisung saat menyaksikan apa yang menimpa orang di samping Guanlin. Mejanya terbakar, dilalap api. Dan sang empunya meja terguling di lantai. Percikan api terlihat ada di tubuh orang itu.

Become a Consort of Prince Jaehwan🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang