07 Mata Rubah Mencekam

250 52 29
                                    

Bagian Tujuh

Mata Rubah Mencekam


"Kepada para calon consort, Anda semua dipersilakan duduk," instruksi pengawal kerajaan yang selalu bertugas menyuarakan pemberitahuan; Wonho.

Segera Jisung menarik bangku dengan kedua tangannya, setelah ia duduk, diraihnya napkin, membukanya, dan dengan wajar menaruh di atas pangkuan. Appatizer kali ini adalah sup. Jisung suka itu, diaduknya perlahan dengan sendok sup sebelum menyantapnya.

Kemudian, main course datang. Aroma steik yang menggugah selera tercium.

"Daniel-ssi, bisakah dirimu tidak tertawa terus saat makan? Itu sungguh tidak sopan."

Teguran Jinyoung itu menarik perhatian Jisung yang terfokus pada steik, garpu di tangan kirinya mengambang di udara. Ia mengerjap, terngiang dalam ingatannya suara serak Seungjun yang seksi.

"Ingat Tuan, jangan mengejek atau memberitahu seseorang bahwa dia memiliki etika makan yang buruk. Itu tindakan yang tidak etis."

Tanpa suara, Jisung kembali makan. Sungwoon di sampingnya duduk bersandar. Lagi-lagi suara Seungjun memantul di kepala Jisung.

"Jangan lupa Tuan, jangan menyandarkan punggung di sandaran kursi. Itu sangat tidak sopan. Juga jangan bersedekap di meja makan, mengerti?"

"Mengerti," batin Jisung kesal, "saking mengertinya, setiap makan aku selalu terngiang perkataanmu, Seungjun."

Tanpa bersuara, Jisung menyantap makanannya. Begitu melihat Raja meletakkan garpu dan pisau di atas piring, segera Jisung menghentikan acara makannya. Tanpa menimbulkan bunyi, melakukan hal serupa.

.

.

Rasanya lebih mendebarkan dibanding hari pengukuhan title Lord yang Jisung terima. Debaran tidak karuan muncul begitu saja saat kakinya melangkah memasuki Aula Kerajaan. Meski sudah jelas bisa ia tebak siapa yang akan memenangkan tes pertama itu. Terang dan nyata. Putra bungsu yang datang dari wilayah timur; Park Woojin.

Meski sudah tentu begitu, tetap saja menghadiri pengumuman memicu jantungnya berdetak lebih kencang. Entah gelora apa yang bersarang dalam palung perasaan Jisung, ia rasanya enggan angkat kaki dari istana.

Setengah tidak siap, Jisung duduk di kursinya. Terdengar cekikik pelan dari samping, tanpa perlu mengecekpun ia sudah yakin seratus persen siapa itu.

Colekan di bahu membuat Jisung mau tak mau menoleh, mengangkat sebelah alisnya pada si gigi kelinci yang menyengir lebar.

"Apa?" tanya Jisung pada akhirnya dikalahkan rasa penasaran.

Cengiran Daniel semakin lebar, "menurutmu akan ada satu atau tiga pemenang?"

Dahi Jisung mengerut, ia menghela nafas, "satu ataupun tiga, namaku jelas tidak akan ada di sana."

"Ups," Daniel menutup mulutnya yang Jisung tebak berniat tertawa—seperti biasanya.

"Penasehat Utama Kerajaan, Seyong Kim, memasuki Aula!"

Desas-desus mereda seiring pria berseragam resmi kerajaan itu memasuki ruangan.

"Uw, bajunya keren," timpal Daniel berbisik.

"Kalau kau gagal jadi consort, tahun depan melamarlah jadi petugas Istana," saran Jisung pada akhirnya. Terlalu gatal tidak mengomentari Daniel yang masih sibuk menowel pundaknya.

Become a Consort of Prince Jaehwan🍀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang