3

4 5 0
                                    


'Bagaimana ini? Aku tidak bisa mengeluarkan darah. Jika dokter itu tau, hancurlah hidupku. Dia akan mengetahui bila aku bukan manusia tulen. Gawat!', batinku disaat ia berjalan membuntuti dokter tadi. Mereka berjalan menuju lab.

"Dokter!", aku memanggil dokter itu. Meski kesannya aku meneriakinya

"Ada apa? Ada yang ingin anda katakan?", tanya dokter itu nenatapku

"Se-sebenarnya anda tidak mungkin mengambil darahku",kataku

"Kenapa?",tanya dokter itu lagi

"A-aku punya pe-penyakit. Sangat tidak mungkin bila melakuknan transfusi darah. Anak itu bisa tertular", entah dari mana aku dapat ide itu.

"Benarkah? Penyakit apa?", dokter itu mengernyitkan dahi

"Anu..."

"Dokter", seorang suster menghampiri kami.
"Iya, ada apa?", tanyanya pada suster itu
"Kita sudah mendapatkan stok darah untuk anak itu. Baru saja dikirim", ucap suster itu. Tanpa basa- basi dokter dan suster itu pergi meninggalkanku.

'Syukurlah', batinku lalu kembali ke kursi di depan ruangan anak itu. Aku harap, anak itu akan bertahan.

2 jam kemudian...

"Tuan Zeril? Apa anda keluarga anak tadi?", dokter yang sama dengan yang tadi baru saja keluar dari ruang tempat anak itu memperjuangkan hidupnya.

"Sebenarnya bukan, tapi apa dia baik?", tanyaku dan beranjak berdiri

"Dia sudah sadar. Anda bisa menemuinya. Tapi, apa anda tahu keluarganya?", dokter itu bertanya lagi

"Tidak, aku akan menemui anak itu. Apa boleh?"

"Tentu"

Aku berjalan ke arah ruangan itu. Aku membuka pintu perlahan dan mendapati anak itu yang serbaring lesu. Ia diperban di banyak bagian tubunya. Ketika pintu yang ku buka menimbulkan suara, anak itu menatapku.

Aku berjalan mendekat

"Apa kau baik-baik saja?", tanyaku
"Kakak ini siapa?"
"Aku yang menyelamatkanmu dari kecelakaan"
"Dimana ayah dan ibuku, kak?"

Hah. Pertanyaan yang sungguh enggan ku jawab.

"Maaf, tapi ayah dan ibumu sudah meninggal"
"Meninggal? Apa itu?", ucap anak itu dengan sangat polosnya. Wajar saja, ia baru berusia sekitar 5 tahun

"Artinya, mereka pergi jauh. Dan kau tidak bisa bertemu dengan mereka lagi. Tapi, kakak yakin, orang tuamu menuju tempat yang indah"
"Kenapa mereka tidak mengajakku kak? Kenapa aku tidak bisa bertemu mereka lagi? Apa aku berbuat tidak baik hingga orang tuaku tidak mau bertemu aku lagi?"

Kenapa anak ini terus bertanya? Aku tidak suka pertanyaan yang sulit untuk ku jawab. Lagipun, ia terlalu kecil untuk mengerti

Tanpa sadar air mataku menetes. Ini jarang sekali terjadi selama aku hidup berabad-abad.

"Tidak seperti itu. Oh ya, siapa namamu? Kakak ingin tau", tanyaku mengalihkan topik pembicaraan

"Yudha"
"Yudha, nama yang bagus. Apa kau punya keluarga selain ayah dan ibumu?", tanyaku kalau-kalau saja aku bisa menghubungi keluarnganya. Akan lebih baik keluarganya yang mengurus anak ini dalam kondisi sekarang. Namun, nyatanya anak bernama Yudha ini diam membisu. Apa ia tak mengerti dengan apa yang aku tanyakan?

"Tidak", jawabnya setelah lama ku tunggu

"Apa kau tidak punya nenek, kakek, paman, atau bibi. Siapapun kau tidak punya"

Anak itu mengeleng. Hah. Sudah dipastikan anak ini akan masuk panti.

Aku beranjak dari ruangan itu. Namun, ada tangan kecil menggenggam jariku. Mencegah kepergianku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

100000 tahunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang