[01] Prologue

63 4 2
                                    

Perkenalkan namaku Kenzie Jo, panggil saja zii. Aku memiliki satu saudara kembar, Gracie Jo, panggil dia dengan sebutan gie (bacanya jii). Kami berdua berjenis kelamin perempuan, tapi mungkin aku harus mempertimbangkan apa jenis kelaminku. Kalau kalian mengira bahwa kami sangat sama, kalian salah. Aku termasuk golongan perempuan yang bisa dibilang bar-bar sedangkan Gie adalah perempuan yang memiliki sifat kalem.

Aku seringkali dibandingkan dengan Gie. Kalian pasti tahu bahwa dibandingkan itu sangat tidak enak. Kami memang mirip secara fisik, tapi bukan berarti kami juga harus mirip dalam hal kepribadian bukan?

"So what's the matter if we are twins? It doesn't mean we must to same at everything right? I'm just ME not she."

Aku lelah, lelah sekali sampai rasanya aku ingin muntah ketika dibandingkan dengan Gie. Padahal aku juga cukup pandai, sama sepertinya, bahkan kadang aku mengalahkan peringkatnya.

Tapi bukan berarti aku membenci Gie. Aku menyayanginya sekaligus melindunginya dari buaya-buaya darat yang haus akan perhatian. Gie memang sudah punya pacar, tapi masih banyak yang mengantri untuk menjadi pacarnya. Aku? Punya pacar? Tidak! Tidak akan! Mungkin memang banyak yang mengantri, tapi aku tidak pernah menanggapinya. Bisa dibilang juga aku adalah Single Terhormat.

•|| Thantophobia ||•

-- author's PoV --

Ny. Jo membangunkan Zii di kamarnya. Memang kamar Zii dan Gie dipisah, kalian kan tahu, (kemungkinan besar) mereka akan berdebat setengah mati untuk menentukan warna dinding dan menentukan furnitur di kamar, because they are really different. Lalu selanjutnya, Ny. Jo pindah ke kamar Gie dan membangunkannya.

Dengan segenap kekuatan Nyi Roro Kidul, eh segenap kekuatan lahir dan batin, Zii mulai melakukan rutinitasnya setiap hari. Setelah siap, mereka langsung turun ke bawah (karena kamar mereka di lantai dua) dan mulai sarapan bersama.

"Apakah kalian tahu? Kita memiliki tetangga baru, tepat disebelah rumah kita." Ucap Ny. Jo sembari menyiapkan roti untuk sarapan.

"Eoh? Benarkah?" Tanggap Gie dengan antusias, tidak seperti Zii yang kelihatannya tidak tertarik sekali dengan topik pembicaraan.

"Zii bagaimana tanggapanmu?" Ny. Jo memang selalu ingin tahu, anaknya yang satu ini memang sulit ditebak.

"Asal tidak menggangguku, itu baik." Jawab Zii acuh tak acuh.

Ny. Jo hanya menggeleng saja, di pikirannya melintas bagaimana anaknya yang satu ini menjadi sangat cuek? Sejak kapan? Entahlah. Mereka melanjutkan acara sarapan dengan beberapa topik yang tidak penting, kau pasti tahu, ini hanya untuk basa-basi. Dan seperti biasanya, Zii menanggapi dengan seadanya.

Setelah selesai sarapan, Zii dan Gie langsung bersiap untuk berangkat ke sekolah. Mereka selalu menggunakan mobil sebagai transportasi, tentunya mereka membutuhkan sopir untuk menyetir. Sejujurnya, Zii ingin sekali membawa motor sport-nya ke sekolah, tapi langsung ditentang keras oleh Ayahnya.

Sesampainya di sekolah, mereka langsung jalan menuju kelas mereka. Gie dengan ramah, memberi senyuman manis kepada setiap orang menyapanya. Dan tibalah pacarnya, Kim Taehyung, yang langsung menarik tangan pacarnya untuk jalan bersama. Dan tersisalah Zii, berjalan sendiri dengan headphone menggantung di leher (hanya untuk bergaya).

Saat jalan menuju kelasnya, samar-samar Zii mendengar bahwa kelasnya akan mendapatkan murid baru. Walaupun sebenarnya Zii gak peduli, tapi dia mendadak peduli akan hal itu. Pasti kau akan bertanya-tanya, bagaimana bisa?

Karena satu-satunya kursi yang kosong di kelasnya, ya sebelah dia.

Zii mulai melangkahkan kakinya ke kelas, seketika kelasnya menjadi sunyi. Dengan langkah malas, ia berjalan menuju tempat duduknya. Lalu duduk di tempat duduknya.

Tiba-tiba wali kelas mereka datang, bersama seorang anak laki-laki. Mereka masuk diiringi dengan sorak-sorai dari para siswi di kelas. Walaupun laki-laki itu memiliki wajah yang dapat digolongkan tampan, tapi Zii tidak tertarik bahkan hanya untuk meliriknya sekilas.

"Silahkan memperkenalkan dirimu." Kata Jung ssaem kepada siswa baru itu.

"Ah ne. Annyeonghaseoyo yeorobun janeun Park Jimin imnida." Siswa baru yang mengaku bernama Jimin ini, memperkenalkan dirinya sambil digoda oleh siswi dikelas.

"Baiklah Jimin-ssi kau bisa duduk di tempat duduk yang kosong di sebelah Kenzie Jo." Jung ssaem berkata dengan santainya dan Zii hanya berlapang dada menerima keputusan wali kelasnya.

Lalu Jimin mulai berjalan ke arah tempat duduk yang diarahkan wali kelasnya.

"Emm Jimin, namamu?" Tanya Jimin sembari menawarkan tangannya untuk berjabat tangan.

"Ah, kau bicara padaku? Namaku Kenzie Jo, panggil saja Zii." Jawab Zii dengan datar tanpa menghiraukan tangan Jimin.

"Dia cukup cantik tapi sombong." gumam Jimin, yang sebenarnya didengar baik oleh Zii yang duduk di sebelahnya tapi memilih untuk tidak menghiraukannya.

Akhirnya bel istirahat berbunyi. Zii pun keluar dari kelasnya dan menuju kantin, hanya untuk membeli makanan. Ya, dia memang selalu menyendiri saat istirahat padahal ia memiliki banyak sekali teman (mayoritas laki-laki). Belum puas menyendiri, Zii lebih memilih makan di taman belakang sekolah.

Saat membawa nampan berisi makanan dan minuman yang akan disikat habis olehnya, tidak seperti biasanya ada beberapa orang sedang bermain disitu. Zii berjalan santai ke kursi langganannya, tapi ada laki-laki yang menabraknya, dan menyebabkan semua yang dibawanya tumpah kemana-mana.

"Apa kau tidak punya mata?!" Kemarahan Zii mulai tersulut.

"Kaulah yang membuat kesalahan nona! Kau tidak memperhatikan sekelilingmu." Jawab laki-laki itu dengan santai.

"Oh jadi kau? Siapa namamu? Ah ya Jimin-ssi, apa perlu aku mencari rumah sakit untuk mencari orang yang mau mendonorkan matanya padamu?" Jawab Zii tidak kalah santai, walaupun jawabannya memang tidak pantas.

"Kau?! Kenzie Jo si nona yang sombong itu?! Perkataanmu itu sungguh tak pantas! Benar-benar cewek sinting!" Maki Jimin. Jimin hanya tidak menyangka, bahkan ada perempuan seperti Zii.

"Terserah tuan Park. Tapi aku hanya meminta tolong agar kau membelikanku makanan yang sama persis jangan lupa minumannya." Kata Zii sambil menunjukkan senyum liciknya.

"Kau yang telah menabrakku dan membuat bajuku ketumpahan minumanmu ini--" sejenak dia menciumi bau apa yang ada di bajunya. "Euuww... Green Tea?! Seleramu sungguh buruk nona kecil." Lanjut Jimin dengan nada meremehkan.

"Disini jelas-jelas kau yang menabrakku dajjal!" Emosi Zii pun tersulut lagi.

"Kau sangat berbeda dengan saudari kembarmu, Gracie Jo. Dia adalah perempuan idaman para laki-laki." Tujuan Jimin adalah menyulut emosi Zii.

"Bagaimana kau tahu aku punya saudari kembar?" Seketika Zii merasa bodoh, kenapa dia harus menanyakan hal itu? Sudah jelas mereka sangat mirip, mereka adalah kembar identik.

"Siapa yang tidak tahu tentang hal itu? Kau memiliki ciri fisik yang sama dengannya, tapi kelakuan kalian sangat berbeda." Jimin mulai mengetahui bahwa Zii tidak suka dibandingkan dengan Gie.

"Let me tell you this boy, this is the real me, i don't care about what people think about me and my sister. So what's the matter if i have a different side with my sister? 'cause i'm not trying to covering myself under a mask, this is who am i!" Jawab Zii dengan penuh rasa kemenangan, tapi juga kesal.

"And one thing you must to know, kau tidak lebih dari seekor ayam yang siap disantap olehku. If you don't want to say sorry to me, i don't have a choice." Lanjut Zii dengan nada sinis.

"Aku minta maaf?! Pada kau?! It will never be happen!" Kata Jimin tak kalah sinis. Satu hal yang perlu kalian ketahui, Jimin adalah pendendam sama seperti Zii.

"So we're officially be an Enemy, right now!" Kata Zii ketus dan langsung meninggalkan Jimin sendirian.

"Because i'm not trying to covering myself under a mask, this is who am i!" - Zii

Thantophobia ; PjmTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang