Sepertinya aku mulai terbiasa, dengan mata kiri ku yang tiba tiba merah dengan sendirinya.
Saat ini hujan turun cukup deras, perutku terasa lapar. Tapi, aku ingin memakan daging. Sial, Guren membawaku dengan hal sesulit ini.
Karena aku bosan hanya duduk duduk bersantai, aku memutuskan untuk keluar hanya untuk bermain mandi hujan.
Tapi kenapa lama kelamaan, perutku menjadi terasa sangat lapar. Kepalaku pusing, seperti ada yg tumbuh pada jari jari ku, aku melihat sedikit buram, aku merasa mungkin aku berubah lagi menjadi iblis yang memiliki nafsu. Ini semua berkat Guren, terima kasih.
"Miraga!!" Teriak seseorang, dia terlihat menarik lenganku untuk menepi di bawah gedong sepi
Aromanya menggoda.
Tanpa pikir panjang, entah ini spontan atau bukan. Yang jelas saat ini aku sedang menerkam lehernya, lalu menggigitnya.
"A-akhhh" Pekiknya perlahan mendorongku.
Tubuhnya mulai melemas, tapi aku tidak perduli karena saat ini aku sudah kenyang.
sring
Tanpa sadar aku melihat temanku ini sudah bertumpu pada bahu ku, kenapa dia? Apa dia tidak kuat berdiri.
"A-azumi san!?" Aku mengenalinya, seseorang yang menyukaiku.
Lehernya penuh darah, terlihat bekas gigitan seperti monster disana.
Aku segera membaringkannya di paha ku, walaupun itu di bawah gedung kosong.
"A-azumi san! Siapa yang melakukan ini padamu?" Tanyaku sekali lagi.
Loh, kenapa mataku menjadi berkaca kaca.
"S-siapa? O-h.. M-miraga kun.. S-senang bisa melihatmu.." Katanya sebelum ia tidak menyadarkan diri.
Aku panik, aku langsung menggendongnya dan membawanya ke rumah sakit, siapa tau dia pendarahan.
"A-azumi san, bertahan lah!"
Aku sadar, kenapa kota besar ini terlihat sepi, seperti kota terpencil? Ada apa dengan semua orang?
Aku kelelahan karena harus membawa Azumi sembari berlari. Aku terang terangan meneriakan kata tolong.
Melihat jendela jendela rumah yang gelap, eh tunggu — satu rumah yang lampunya belum padam.
"Paman, tolong ak—!?"
Dia muncul dari jendela lalu bergumam.
Apa? Aku tidak mengerti.
Kenapa dia bergumam menjauhlah monster?
Aku menengok ke belakang ku, namun tidak ada monster disana.
"P-paman, saya mohon—!?"
Dia kembali menatapku jijik.
lagi dan lagi dia bergumam menjauhlah monster.
Setelahnya lampu rumahnya terpadam.
Ada apa dengan semua orang?
To be continue.
Gomen, segitu dulu^ walaupun dikit, tapi saya up kan? Jangan lupa vote ya, kalo bisa follow saya biar lebih minat ngelanjutin ceritanya.