Aku dan Dia di besarkan bersama, tumbuh dan besar di tempat yang sama, dapat cinta dan kasih sayang dari orang yang sama secara adil. Adil dalam artian tidak membeda-bedakan, walaupun status kami berbeda. Aku Kim So Eun adalah anak kandung, sementara Dia, Kim Sang Bum anak dari salah satu karyawan appa di kantor, yang kemudian di angkat orang tuaku sebagai anak setelah kepergian ke-dua orang tuanya.
Selisih usia empat tahun, membuat Kim Bum oppa -begitu aku memanggilnya- sangat memanjakanku dengan segala rasa sayangnya sebagai seorang kakak pada adik. Awalnya aku juga begitu, menyayanginya sebagai seorang kakak. Namun kemudian rasa lain muncul di hatiku yang lama kelamaan makin berkembang hingga aku menyadari kalau aku mencintainya. Bukan cinta seorang adik pada kakaknya, tapi cinta seorang yeoja pada namja.
Walau begitu, aku tetap menjalani hariku sebagai adik dari Kim Sang Bum. Aku menutup rapat-rapat perasaanku. Aku tak ingin Dia, eomma dan appa mengetahui tentang perasaanku. Tidak bisa membayangkan bagaimana tanggapan mereka nantinya saat mengetahui itu semua.
Dia sendiri tumbuh dan besar menjadi anak kesayangan orang tuaku. Sikapnya yang baik di tambah kemampuan otak di atas rata-rata yang menjadi penunjang semua itu. Dan jangan lupakan kata tampan yang tersemat di dalamnya, menjadikannya sebagai sosok laki-laki yang sempurna.
Karena aku anak tunggal, kehadirannya melengkapi keluarga kami. Dan appa sejak dini juga sudah menggadang-gadangkan kalau Dia yang akan jadi penerusnya di perusahaan.
Semua itu tidak membuatku iri ataupun cemburu, tidak sama sekali. Malah sebaliknya, aku turut bahagia mendengarnya. Aku tau, Dia bukanlah orang yang tamak dan serakah akan harta. Ia selalu menomor satukan diriku. Dan lagi appa juga sudah membagikan hartanya pada kami dengan adil, jadi aku tidak takut kalau nanti Dia akan menguasai harta keluargaku.
Sudah dua tahun Dia bekerja membantu appa mengurus perusahaan. Berkat kepintaran dan kelincahannya, perusahaan kami mulai menampakkan peningkatan yang cukup signifikan. Mungkin karena itu semua, membuat relasi bisnis appa banyak yang berdatangan menyodorkan anak gadis mereka, meminta Dia untuk di jadikan menantu.
Selama ini aku tenang-tenang saja karena Dia hampir selalu menolak mereka. Tapi pagi ini saat kami sarapan bersama, Dia memberikan tanggapan lain, saat appa mengatakan kalau ada salah satu rekan bisnisnya menawarkan anak gadisnya untuk jadi calon istri Kim Bum oppa.
"Owh Park Sin Hye, aku mengenalnya. Dia yeoja yang cantik dan pintar."
Tes!
Rasanya seperti sebuah pisau menancap tepat di hatiku. Berdarah.
"Ya, appa juga mengenalnya. Ayahnya mengatakan kalau dia juga lulusan dari Oxford, sama sepertimu Bum."
"Hmm, appa benar. Aku mengenalnya saat aku masih kuliah dulu." Dia menjawab ringan obrolannya dengan appa, sementara hatiku serasa tercabik mendengarnya.
Bukan berlebihan atau apa, tapi ini bukan seperti Dia yang sebelumnya. Biasanya Dia hanya menanggapi santai dan langsung menolak saat itu juga. Tapi sekarang Dia menanggapi lain.
"Jadi, apa kau menyukainya?" Kembali appa menanyai pendapatnya, membuatku deg-degan dengan perasaan campur aduk saat menantikan jawabannya.
"Ya."
Owh ya Tuhan. Aku tidak sanggup lagi berlama-lama duduk di kursi panas ini. Segera aku bangkit, berpamitan dan melangkah pergi dari ruangan yang terasa menyesakkan.
"Eunnie, tunggu oppa sebentar."
Eunnie, itu panggilan sayangnya untukku yang selama ini membuatku tenang dan bahagia saat ia mendendangkan panggilan itu. Tapi sekarang tak lagi.