Siapakah yang tidak mengenal Awanya??
Gadis cantik yang pernah menjadi primadona SMA Erlangga dan banyak memikat hati para pria disana.
Ingat PERNAH....Dahulu Awanya Madelson terkenal dengan kecantikan dan kebaikan hatinya dikalangan remaja SMA Erlangga. Selain itu menurut sejarah SMA Erlangga, Awanya juga pernah menorehkan nama SMA itu dimata dunia dimana dalam ajang pendidikan paling bergengsi yang pernah diadakan.
Tak hanya itu Awanya juga terlahir dari kalangan pengusaha dunia yang membuatnya menjadi sosok manja dan keras kepala. Hampir semuanya bisa didapatkan dengan mudah oleh seorang Awanya
Kecantikan, kepintaran, kekayaan, kepopuleran namun tidak dengan kasih sayang.Kurangnya perhatian dan kasih sayang orang tuanya lah yang menjadi penyemangat terbesar dalam kehidupan Awanya. Namun seiring berkembangnya perusahaan orangtua Awanya semakin banyak menyita waktu berkumpul bersama.
Hal itu juga yang menyebabkan sifat buruk timbul dalam diri Awanya. Seperti yang saat ini sedang dilakukan oleh gadis itu ditengah lorong
"Awas, gue mau pergi" teriak Awanya menggema di seluruh penjuru lorong. Lorong yang semula sepi berubah menjadi lorong yang penuh sesak akan para murid untuk melihat apa yang sedang terjadi.
"Tapi Wanya, bagaimana dengan bayaranku" ujar seorang gadis terduduk sembari memohon dibawah kaki Awanya.
"Hahh, apa lo kata?? Bayaran"
"Iya Wanya, sesuai janji kamu kemarin setelah aku selesai mengerjakan semua PR mu aku akan diberi bayaran" ucap gadis itu lesu.
"Nggak ada yang namanya bayaran" bentak Awanya sembari berlalu pergi.
Saat Awanya akan berlalu pergi, gadis itu mulai menangis sambil memohon pada Awanya, bahkan ia rela mencium kaki Awanya demi mendapatkan bayaran.
"W-wanya a-aku m-mmohon" rintih gadis itu.
"Lo tuli ya, kalau gue bilang nggak ya nggak" ujar Awanya penuh penekanan, tak hanya itu Awanya mendorong gadis itu hingga membuat gadis itu terjengkang kebelakang. Terlihat Awanya hanya berdiri tak jauh sambil menyeringai kejam.
Anak-anak yang melihat kejadian itu terhenyak hatinya untuk membantu, tapi apa daya mereka hanya siswa kalangan rendah yang jelas-jelas berbeda jauh dengan Awanya yang bisa berbuat apa saja yang diinginkan.
Terdengar gadis itu menangis tersedu-sedu sambil memegang sikunya yang sedikit mengeluarkan noda merah. Beberapa siswi mendekati dan menenangkan gadis itu.
"Nisa, sudahlah ikhlaskan" Seorang gadis yang mungkin teman Nisa menghampiri sambil mengelus-elus bagian belakang punggungnya.
"T-tapi La, b-bagaimana dengan nasib keluargaku?" ucap Nisa yang masih ter-isak.
"Sabarlah Nis, aku tau semua akan ada jalannya" ucap gadis itu yang masih berusaha menenangkan Nisa.
"Lala terimakasih kamu sudah menjadi teman yang baik bagiku" ujar Nisa yang sudah mulai tenang.
Terlihat Lala mulai menjulurkan tangannya berusaha untuk memeluk Nisa. Lala adalah teman sekelas Nisa, tak hanya itu Lala adalah teman sekaligus sahabat bagi Nisa. Satu-satunya teman yang Nisa miliki saat Nisa berada dititik terendah nya.
"Tak apa Nis, aku sudah menganggapmu seperti adik aku sendiri" Lala tersenyum simpul.
"Heh cupu udah deh kebanyakan drama, enek gue ngelihatnya" teriak Awanya, dengan tampang garang dan tangan dilipat didepan dada membuktikan serasa semua murid dilorong itu tunduk dibawah kaki Awanya.
"Awanya" bentak Lala sambil berdiri menghadap Awanya.
"Apa lo, sok jadi pahlawan" Awanya mendorong bahu Lala dengan keras. Tetapi itu tidak membuat Lala bergeming dari tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Awanya
Random"kamu adalah pangeran dalam hidupku, pangeran yang selalu menjadi tameng dalam kehidupan sang putri" ucap gadis itu lemah. "dan kamu seperti putri yang senantiasa berada disamping pangeran apapun yang terjadi. Aku harap ini tak akan berakhir agar ak...