Welcome

20 1 0
                                    

Gadis itu berjalan santai disamping kakak dinginnya. Mereka berjalan beriringan menuruni tangga menuju ruang makan, dimana terdapat orang tua yang selalu menyambut pagi mereka dengan senyuman. Tanpa bertatap mata, keduanya tersenyum bersamaan menatap orang tua mereka seraya menghampiri.

Pemuda itu meletakkan tasnya disofa sebelum akhirnya menarik kursi diikuti adiknya. Ia hanya mengangguk ketika Mamanya memberikan sepotong roti dan segelas susu putih padanya. Tidak jauh dari sang kakak, gadis itu tersenyum dengan mata violetnya yang menatap sang Mama isyarat terimakasih.

"Dimana yang lain?" tanya suara lembut berasal dari Sang Mama.

Lebih memilih menatap ponsel masing-masing, keduanya mengedikkan bahu bersamaan.

Wanita separuh baya itu mengernyit, "pindah kamar lagi?" tanyanya menyelidik.

Mereka mengangguk bersamaan.

"Kamu, sih, buat anak nggak sepabrik." pria separuh baya menatap istrinya menyalahkan.

Wanita itu mendengus seraya menatap suaminya menantang, "Keano, kamu sudah mengatakan kalimat itu puluhan kali." katanya.

Keano terkekeh seraya membenarkan letak kacamatanya, "ayolah, Dabbie. Itu bukan sepenuhnya salahku."

Dabbie menaikkan sebelah alisnya meminta penjelasan. Namun, belum sempat Keano membuka mulutnya, suara menggelegar hampir merobohkan mansion mereka.

"VERRO!!! DIMANA JEPIT RAMBUTKU?!"

"SUDAH AKU KATAKAN DARI DULU, BAHWA AKU TIDAK TAU, VAIRRA!"

Sunyi sejenak. And then....

PYAAAR!!!

"VERROOOO!!! ARE YOU CRAZZY?! INI AKU BELI DI THAILAND DAN KAMU DENGAN RINGANNYA—"

"KERTAS YANG SEMALAM DISINI DIMANA?!"

"AKU NGGAK MAU TAU, KAMU HARUS GANTI RUGI! ITU GUCI MAHAL, VERRO! LEBIH MAHAL DARI RUMAH PRESIDEN!"

"KAMU SELALU MENGHABISKAN UANG UNTUK MEMBELI BARANG GILA YANG MUDAH PECAH DAN TIDAK TAHAN LAMA!"

"KAMU YANG GILA!"

"KAMU YANG BELI!"

"MANA ADA ORANG GILA NGAKU?!"

Verro tertawa, "HAHAHAHA!!! NGAKU KAMU, MAMPUS!"

Dabbie menggeleng menatap Keano yang mengerti kemudian beranjak.

Keano berdiri dibawah tangga seraya berkacak pinggang, "VAN VERRO MARTHEN MCZURICH! NA VAIRRA MACHEVA MCZURIH! TURUUUN KALIAN BERDUA!"

Semua terdiam, lalu....

"BAIKLAAH, PAPA!" jawab Vairra dan Verro bersamaan dengan nada sumringah.

Dabbie menatap kedua anak dinginnya yang masih menatap ponsel masing-masing, "semua juga tau kalau sifat Verro sama Vairra nurun dari kamu." katanya ketika Keano duduk dikursinya.

"Morning, Mom and Dad!" sapa Verro dan Vairra bersamaan.

Mereka mendekat kemudian duduk didepan pemuda dan gadis dingin itu. Kini Verro dan Vairra menatap cerminan masing-masing—hanya saja dengan sedikit tampilan yang berbeda, khusus untuk ekspresi.

Ya. Verro merupakan saudara—tepatnya adik—kembar dari pemuda itu, dan Vairra adik kembar dari gadis itu. Namun, sikap yang berbeda membuat Verro lebih sering menghabiskan waktunya bersama Vairra. Hal yang membuat mereka berbeda selain ekspresi adalah kornea dan rambut.

Metafora Cinta ViolethTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang