III. Ibu Peri jadi Mak Lampir

5.7K 451 21
                                    

Pagi itu, rasanya Dyra tidak punya tenaga untuk berangkat sekolah, dia enggan. Nyawanya serasa tertinggal entah dimana.

Namun, dengan berat hati, dia tetap berangkat sekolah dengan bujukan dari Bi Imah, Mbak Lina, dan Bang Iswan. Untung saja, makhluk itu tidak jadi menjemputnya, mungkin lupa. Eh, tapi cowok itu rada begok juga, sih. Emang dia tahu rumah Dyra? Begitu pikirnya.

Jangan tanya dia berangkat dengan apa, tentu saja Dyra naik bus umum. Karena Audrey tidak akan pernah sudi untuk satu mobil dengan Dyra. Satu atap saja Audrey selalu menyiksanya. Apalagi kalau satu mobil; yang lebarnya tak seberapa itu.

Sesampainya di sekolah pun, Dyra tidak sesableng biasanya. Bahkan, teman satu kelasnya pun sampai terheran-heran.

"Heh! Kutu badak! Kesambet apaan lu? Sampe diem aja dari tadi," tanya Jali—teman satu kelasnya—, saat jam istirahat pertama berlangsung.

"Kesambet hantu tanpa wajah kali," sahut Dodi dari sudut tergelap kelas. Biasa, dia dan teman-temannya sedang menonton film Jepang; kalian pasti tahu film apa itu. Iya, betul! Spongebob!

"Kenapa harus hantu tanpa wajah yang nyambet?" tanya Wina, si sekretaris kelas.

"Lah, dari tadi dia kan nggak ngomong. Nah, hantu tanpa wajah kan nggak punya apa-apa, mana bisa dia ngomong. Bernapas aja dia nggak bisa," jawab Dodi yang kembali fokus dengan filmnya. "Buset! Hot banget si Squidward kagak pake celana!"

"Dod, jauh-jauh deh, lo! Tambah goblok gue entar!" sahut Jaka yang duduk di samping Dodi.

Dyra tak menghiraukan teman-temannya yang masih bersawala tentang hantu jenis apa yang merasuki dirinya dan asyik menonton film 'Spongebob'.

"Lo kenapa sih, Dyr?" tanya Tara. Sekarang, empat sejoli itu merapat ke meja Dyra dan Inara.

"Ratu durjana itu ngapain lo lagi? Dia ngambil suara lo?" tanya Jessie. Kemarin, dia habis menonton kartun Little Mermaid bersama adiknya. Mungkin saja, si ratu jahat mengambil suara Dyra dan menukarnya dengan kaki manusia. Nyatanya, sekarang Dyra bisa ke sekolah. Ada kakinya pula. Beginilah jika otak digunakan 100%. Angka satunya jangan lupa diilangin.

Inara langsung menjitak Jessie, "Lo kira dia little dugong apa?" kesalnya. Karena, Jessie itu mudah terpengaruh. Dan dia itu korban terbesar sinetron jaman sekarang. "Sekarang lo gitu Dyr ke kita? Main rahasia-rahasiaan?"

Dyra menatap teman-temannya yang selalu saja bisa meluluhkan kekerasan hatinya. Sejenak, dia memejamkan mata, lalu menghembuskan napasnya galau.

"Kemarin, gue ketemu anak Pelita." Dyra mulai bercerita.

"Tapi, kok lo sedih, sih? Lo kan abis ditempeleng duit. Bagi dong," sahut Jessie memotong ucapan Dyra.

Bukannya ditempeleng duit, Jessie malah mendapat tempelengan dari Tara, membuatnya menyengir, "Bego tuh jangan dipupuk, Jessie sayang!"

"Udah, udah. Terus gimana, Dyr? Lo diapa-apain sama mereka?" tanya Inara menengahi.

Saat itu pula, Dyra langsung menatap teman-temannya seperti anak kucing yang sekarat. Mata hitam legamnya yang memang mirip mata kucing, semakin menambah kesan dramatisnya. Air mata pun mulai menumpuk di pelupuk matanya.

"Bunuh gue, Na! Gue udah nggak sanggup idup lagi!" Kejer Dyra, mulai mewek kayak kucing habis kecebur got.

Dengan air mata bercucuran, Dyra menceritakan semua kronologi bencana yang menimpanya kemarin.

"Idup lo kok miris banget sih, Dyr." Bukannya memberi saran, Inara malah memperburuk suasana hatinya.

Istirahat pertama pun berakhir. Ketiga sejoli itu sudah tidak lapar lagi, mereka kenyang dengan curhatan dan rengekan Dyra.

Ronde kedua pun dimulai, alias istirahat kedua. Keempat makhluk itu berkumpul lagi setelah melaksanakan solat Dzuhur berjamaah. Solehah kan mereka?

"Dyr, nanti kalo lo dijemput, gue ikut, ya?" Izin Jessie, yang langsung dijitak oleh Dyra secara langsung tanpa perwakilan.

"Lo jadi temen nggak ada gunanya banget, sih?!" sungut Dyra kesal setengah mati. "Gue mau minta bantuan kalian buat kabur. Eh, lo malah mau ngikut tu brandalan. Lo besok mau layatan di kali Ciliwung?!"

"Lah, kok di kali Ciliwung, Dyr?" tanya Tara tidak mengerti. Inara dan Jessie manggut-manggut setuju.

"Ya biar kesannya horor gitu, lho. Kalo jasad gue cuma dibuang di kali biasa, gue mau protes ama Bang Rez-nya. Gue upik abu berkelas, jadi pas mati juga harus berkelas," jawab Dyra songong. Padahal tadi habis mewek-mewek.

Tapi, ketiga gadis itu hanya ber-oh ria seperti paduan suara acapella. Mimpinya terlalu tinggi, tolong sadarkan mereka.

"Eh, tapi ya, dari yang gue denger, ketua anak Pelita tuh ganteng banget lho," ujar Jessie si ratu ghibah. Dyra langsung manggut-manggut kenceng, tanda dia setuju pake banget.

Inara dan Tara spontan langsung menatapnya, "Bener, Dyr?!" tanya Inara antusias, yang dibalas anggukan kepala dari Dyra dan lebih kenceng lagi. Tara sampai bergidik ngeri melihat kepala sahabat se-pergoblogannya itu yang nampak seperti mau copot.

"Ya udah, nanti jangan ada yang bantuin Dyra kabur!" celetuk Tara, yang langsung disetujui Jessie dan Inara mantap.

Sedangkan, Dyra yang tersadar langsung menjitak kepala mereka satu per satu, "Tai lo semua! Nggak guna lo pada idup!" teriaknya frustrasi.

Sepulang sekolah, Dyra langsung memanjat pagar sekolah yang tingginya hampir mencapai tiga meter. Ia tidak peduli dengan ketiga ibu perinya yang kini sudah bertransformasi menjadi mak lampir dalam sekejap. Dia lebih memilih melanjutkan hidupnya daripada mengikuti ajaran sesat sahabat-sahabat pengkhianatnya itu.

Setelah sukses turun dengan selamat tanpa sekurang apapun, Dyra melenggang pulang dengan wajah berseri-seri. Namun, baru saja dia menyengir senang sambil bersenandung ria, sebuah suara memanggilnya. Jessie.

Dyra langsung menoleh. Sialnya, Jessie tidak sendiri. "Dyra! Buruan ikut! Kita konvoi sama cogan-cogan!" teriak Jessie yang diboncengi oleh salah satu anak Pelita menggunakan motor sport berwarna merah.

Sialnya pula, tidak hanya si bloon Jessie. Tapi juga Inara dan Tara yang diboncengi cowok-cowok keren.

Seketika, Dyra menjatuhkan rahangnya tidak percaya dengan pengkhianatan yang dilakukan sahabat-sahabat karib, ralat, sahabat-sahabat gaguna-nya. Dasar emak-emak lampir durjana!

To be continued.

Pendek banget, njir:v

Kalau suka, jangan lupa bilang "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?" <( ̄︶ ̄)>

Hhe...

Sweetest 'Sangar' Boy [ DISCONTINUE ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang