Solidarity Of Classmate

0 1 0
                                    

      Hos,hos,hos...langkah kaki Emeli yg terpincang2 membuatnya harus telat sampai kekelasnya.

      "Assalamualaikum..."Sambil membuka pintu kelas. Dia memang sadar jika dia sudah terlambat walaupun hanya 5 menit. Dan beruntung belum ada guru masuk karena hari ini sedang rapat.

       "Emeliiii.....!!! Kok tumben sih telat. Biasanya juga on time."Nayla teman sebangku Emeli langsung menginterogasi keterlmbatannya.

      "Sory ya guys gua telat. Soalnya tadi gua kecelakaan dikit."Emeli berusaha menjelaskan sambil meringis menahan sakit.

     Temannya yang lain langsung menghampiri Emeli dan memapahnya menuju kursinya.Kelas 10 A 3 memang terkenal solid dan kompak. Klo ada salah satu dari mereka tidak hadir disekolah pasti mereka langsung menjenguknya. Entah itu karena sakit ataupun ada izin tertentu bahkan tanpa keterangan sekalipun.

     "Kok lo bisa kyak gni sih. Eh PMR cepet ambil obat di UKS." Rio selaku ketua kelas  memberi intruksi.

     "Wah klo sampe terkilir bisa bahaya, Li. Mending kita bawa ke UKS aja ya. Atau Deon pacar gue anterin lo pulang ya?"
      Yuni nyerocos sambil melirik Deon nya itu. Deon hanya mengangguk saja   mengiyakan.

    "Gx papa kok guys. Gue cuma keseleo biasa kok. Terus lukanya juga gx parah2 amat. Gue pngen disini aja ikut belajar bareng kalian."
       Emeli mencoba mengatasi rasa  kekhawatiran mereka. Yah walaupun sakit tapi dia gx mau klo harus ngerepotin teman sekelasnya. Lagipula mereka peduli  pada Emeli saja sudah membuatnya bahagia. Emeli bersyukur karena dia memiliki teman2 sekelas yang begitu mengedepankan solidaritas walaupun rata2 murid dikelasnya itu latar belakang tempat sekolahnya berbeda2. Sesama teman sekelas itu adalah saudara. Begitu nasihat sang walikelas Pak Radit.

     "Oh.Alhamdulillah klo lo gx papa. Tapi klo lo butuh sesuatu bilang kekita ya. Jangan jalan sendiri. Ok?"
         Sarah selaku sekretaris kelas sekaligus "sesepuh kelas" kata mereka sudah seperti suster dikelas ini.

     "Iya. Makasih ya guys udh nolongin gue."Kata Emeli lirih.
        Dia sangat terharu dengan perlakuan teman sekaligus saudaranya itu.

      "Never mind, Li. Kita kan udh kyak saudara. Bener gx guys!!???"Dera sambil menempelkan kain kasa dilutut Emeli dan merekatkannya dengan plester.

     ***
    Sepuluh menit kemudian Pak Radit selaku walikelas masuk dan kebetulan hari ini hari Jumat. Jadi study time mereka cuma setengah hari.

******

     Kriiinnnnggggg........ Bel berbunyi tanda pulang sekolah. Semua siswa siswi SMAN 1 Las Vegansa berhamburan keluar gerbang. Para cowok langsung melesat karena bersiap2 akan melaksanakan Shalat Jumat berjamaah. Sementara para cewek sebagian besar pulang dan yang lainnya ada yang tetap stay disekolah. Karena habis dhuhur ada kegiatan ekstrakulikuler wajib pramuka.

     Emeli dengan langkah tertatih2 berjalan  dibantu Nayla menuju gerbang depan sekolah.

     "Li. Lo pulang sama gue ya."

      "Gx usah Nay. Gue jalan aja. Lagian rumah gue deket kok."

   
     "Tapi kan...."

     "Stop. Jangan maksa gue."

      Melihat ekspresi Emeli akhirnya Nayla menyerah dari aksi tawar menawarnya. Ia tau betul bahwa Emeli adalah tipe orang yang keras kepala dan  benci pemaksaan.

      "Ya ud. Klo gtu gue duluan ya. Bye...!!!!"

    Emeli hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya. Saat ia hendak berjalan. Ia melihat vespa melintas dan berhenti tepat didepannya. Tidak salah lagi pasti itu Erlan, kakaknya Emeli.

     "Kakak punya firasat klo kamu kenapa2. Makanya kakak datang kesini jemput kamu."

      Feeling Erlan memang the best. Itu ia warisi dari mendiang ayahnya. Namun baik Erlan maupun Emeli berusaha menyembunyikan kemampuan yang mereka miliki itu karena suatu alasan tertentu yang sangat rahasia dan tak seorangpun boleh tau kecuali anggota keluarga tentunya.

      "Yeah. Tadi adek keserempet motor. Tapi gx papa kok. Its okay."

     "Trus kamu inget muka yg nabrak itu?"

    Emeli hanya geleng2 kepala. Erlan hanya mengangguk memahami apa isyarat adiknya itu. Dia tidak tau dan tidak ingin membahasnya lagi. Toh besok juga lukanya sembuh karena obat2an dirumahnya jauh lebih efektif menyembuhkan luka.

     Kemudian Emeli menaiki vespa dibonceng oleh kakaknya itu dan langsung melesat. Jangan salah. Vespa milik Erlan kecepatannya bisa mencapai 85km/jam. Lumayan bukan?

   "Dek. Ntar gx usah jalan kaki lagi ya!?"

    "Emangnya kenapa kak?"

    "Kamu pakek aja vespa ini."

    "Terus kakak...?"

    "Kakak pake motor yang kopling. Kan udah dimodif sekarangmah."

     "Emm....bagus gx kak?"

     "Liat aja ntar...."

     Emeli mengagguk antusias. Dia penasaran bagaimana model motor ayahnya dulu setelah dimodifikasi. Seperti apa ya....????

ini ceritanya maaf ya klo ada berbau fantasi. soalnya lgi pngen kesitu. Yah anggap aja genrenya teenfiction fantasi. Ah... terserahlah yg penting smoga klian suka....

dont forget to vote and comment. If you didnt like to this story I hope you sillent.




Wonderfull LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang