[Anya]
"Obet!!!"
Seseorang memanggil nama kecil Robert dengan lantang. Robert yang namanya dipanggil sontak menoleh ke arah jam tujuh. Aku lihat Robert melambaikan tangannya. Wajahnya terlihat sumringah."Woi... kesampaian juga akhirnya kita bertemu di sini?"
"Apakabar broh!" dengan salaman khas anak lelaki, saling berjabat lalu dengan tangan terkepal keduanya saling menghantamkan kepalan tsb lalu beradu ke atas dan bawah. Aku hanya melihat adegan itu sambil tersenyum.
"Oh ya masih ingat?" tanya Robert sambil menujuk ke arah lelaki yang berdiri di dekatku.
Yang ditanya langsung melontarkan senyum ke arahku, tangannya menyibakkan poni yang sebenarnya tidak jatuh. Lalu menjabat tanganku, "Anya!"
Aduh nama suaranya terlalu lantang, aku rasa seluruh restoran ini akan tahu namaku. Tanganku menutupi wajahku. Robert rupanya menyadari kalau aku malu dengan suaranya yang terlalu lantang.
"Nang, volumemu kecilin sedikit lah, bisa-bisa wajahnya menyatu dengan warna tembok yang serba pink ini," kelakar Robert.
Aku hanya tersenyum dan tak banyak berbicara. Sebenarnya aku tidak terlalu nyaman. Meski yah wajah lelaki di sampingku samar-samar terasa tidak asing.
"Anya lupa? Lanang Putra Lelaki - Triple!"
Bersamaan itu pula terdengar pramusaji di belakangku agak terpekik cekikikan saat mendengar sebuah nama disebut. Nama yang unik. Namun demi kesopanan kepada customer dengan susah payah pramusaji itu menahan tawanya. Apalagi supervisor yang ganteng tapi sepertinya agak ngondek itu sudah melototinya.Lanang Putra Lelaki, mendengar nama itu mana mungkin aku melupakannya. Bocah ingusan yang boleh dikata setiap hari ke rumah hanya untuk meminjam buku. Kutu buku. Manusia yang sepertinya bukan manusia melainkan Ensikopledia berjalan. Tapi kalau kami berlima bersama kawan yang lain sedang bermain peran mengkhayal sebagai Lima Sekawan, maka dia menginginkan menjadi Julian! Ya jelas saja peran itu tak pantas untuknya. Kacamata dan terkesan linglung. Tapi itu dulu. Kenangan semasa kami masih duduk di bangku sekolah dasar. Kali ini seratus delapan puluh derajat berbeda telak dengan sosok lelaki di sampingku ini.
"Kamu operasi? Kok sudah tidak pakai kacamata? Kok..." tanyaku terpotong.
"Kok ganteng maksudmu?? Makasihhhh..." pura-pura menegakkan krah bajunya sambil mengedipkan matanya beberapa kali lalu duduk di sampingku.
"Halaaahh ta culek matanya baru tahu rasa." Robert langsung pasang aksi seolah-olah hendak menculek mata Lanang.
"Yuk kita pesan makanan. Lapar nih." Lanang mengangkat tangannya memanggil salah satu pramusaji.
Sebenarnya sedari tadi aku sudah membolak balik halaman menu.
"Pilih apa?"
"Air mineral saja," sahutku singkat.
"Lah takut amat, sudah pesan saja makanan dan minuman yang enak. Masak jauh-jauh ke kota Metropolitan kamu hanya pesan air doang?" kata Robert."Kwietiaw Seafood,"Lanang memesan makanannya.
Robert bergumam, "Sebenarnya aku pingin makan Nasi goreng teri Medan. Cuma banyak kali dosaku nanti."
"Apa hubungannya??!" tanyaku dan Lanang hampir bersamaan.
"Akan ada adegan dramatis nanti. Banyak mata ikan teri yang memandangiku. Arwah-arwah mereka pasti akan bertanya mengapa aku tega memakan mereka semua?" dengan raut serius Robert menjelaskan.
"Wuuuu somplakkk!!!" Lanang langsung menyahut.
Akhirnya aku hanya memesan nasi, sayuran pokcay, gurame asam manis. Sementara Lanang memesan Kwietiaw Seafood sedangkan Robert akhirnya menjatuhkan pilihannya sebagai pembunuh berdarah dingin alias makan nasi goreng teri.
Di antara pengunjung di restaurant itu, sepertinya hanya meja kami yang paling rusuh. Kami bertiga tampak riuh membicarakan masa lalu. Akhirnya aku harus mengakui ikut hanyut dalam kenangan semasa kami masih kanakkanak. Betul kata kawan lamaku. Terbuat dari apakah kenangan itu? Mengapa masih sanggup menyisakan adegan demi adengan yang terkadang kita tidak menginginkannya.
Ketika Lanang menyisingkan lengan bajunya. Tibatiba pandanganku tertuju pada pergelangan tangan kanan, ada logo Triple Moon Goddes.
YOU ARE READING
Anya
General FictionLelaki mana yang sanggup memalingkan wajahnya untuk tidak menatap Anya? Anya, perempuan misterius bermata biru.