satu

210 139 9
                                    

BunRham

Semua kenangan gue pada kejadian kemarin terhambur begitu saja ketika Jingga tiba-tiba ngetok kepala gue agak keras. "Woy udah napa ngelamunnya, ayok ke kantin"

"Hah? Dah beres?"

"Iya Bunga, ngapain juga aku manggil kamu ke kantin jika masih ada guru berdiri didepan? Tolol namanya."

"Lo ngatain gue tolol?"

"Apasih kamu? Siapa juga yang ngomong tolol ke kamu?"

"Au ah! Bicara sama lo bikin gue pengen makan manusia!"

"Kayak kanibal deh.."

"Seriously, Ga, lo di OSIS jadi sekertaris satu kan? Dan lo lola ke gini?!"

"Bahasa apapula lola itu, kamu ada-ada aja ya Bunga ngomongnya" Jingga terkekeh beralih sibuk dengan buku dihadapannya.

Karena gue gak mau memperpanjang malasah akhirnya gue nyerah, mata gue sibuk memperhatikan Jingga.

"Heh bodong! Tadi manggil ke kantin, kok sekarang lo malah sibuk sama buku sih? Jadi apa kagak neh?!"

Jingga menoleh, "Gak napsu. Kamu aja sana yang makan, aku lagi buat sesuatu untuk olimpiade matematika rabu depan bareng Dirga"

"LOH?! DIRGA MANTAN GUE?!"

Tanpa membalas ucapan gue Jingga cuma ngangguk mengiyakan.

"Ternyata mantan gue ada yang berkualitas, gue kirain sampah semua." Cerocos gue. "Yaudah lo gak ke kantin kan? Hah gue juga gak akan ke kantin, mager, gak ada temen"

"Kamu harus makan Bunga, nanti magh kamu kambuh, terus sakit, gak masuk sekolah, nanti aku gak ada temen duduk!" Jingga mendorong sedikit kencang agar gue berdiri.

"Ihh gak mau! Dibilangin gak ada temennya! Maksa deh!"

"Sini gue temenin" Entah datang darimana dia udah menarik gue dengan lembut dan berjalan beriringan menuju kantin.

Astaga!

"A-abrham?"

"Iya?" Abrham menoleh dengan senyuman yang persis seperti yang gue lihat kemarin.

"M-mau kemana?"

Abrham terkekeh, "Ya ke kantin lah sayang, emang lo mau gue bawa ke KUA?"

Gue seketika terdiam, degup jantung gue udah gak stabil.

"E-eh? Ohh"

Gak sadar udah masuk diarea kantin, gue mengerjap, entah sejak kapan gue udah duduk.

"Mau makan apa? "

"E-eh, terserah deh, lo mau makan juga?"

"Gue? Gak laper. nemenin lo aja"

"Lah masa gitu? Jadi ceritanya gue makan sendirian nih?"

"Siapa bilang? Kan ada gue yang nemeninnya meski gue gak makan "

"Y-yaudah deh" Balas gue pasrah.

Beberapa menit berlalu dan Abrham kembali dengan sebuah mangkuk bakso ditangan kanannya dan segelas teh hangat ditangan kirinya. Gue yang lihat itu mengerutkan dahi.

"Itu teh angetnya buat siapa? Lo?" Tunjuk gue dengan dagu.

"Buat lo. Gak baik minum dingin-dingin, lo sakit siapa yang bakal gue anterin balik?"

Semburat merah mulai terlihat dikedua pipi gue, dengan segera gue mengalihkan kepala gue, "Dih? Gue yang sakit apa hubungannya coba sama lo mau anterin balik ?"

"Lupain aja. Emang gak berhubungan, makan gih" Abrham membuang mukanya acuh saat gue menatapnya secara terang-terangan.

Ucapan Abrham barusan membuat gue jadi bertanya-tanya, nih cowok kenapa dah? Gue salah ngomong?

***

BunrhamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang