Di dunia nyata saja manusia sering bohong, apalagi di dunia maya.
📱
Mera kudet. Faktanya memang begitu. Jadi bukan hanya sekadar mitos belaka. Ini sudah terbukti dengan penelitian dua tahun lebih yang dilakukan Amel. Dan hasilnya menyatakan bahwa Mera memang positif mengidap penyakit kudet akut.
Oke, ini memang berlebihan. Tapi bayangkan kalau ini beneran terjadi di kehidupan nyata. Di zaman now, zaman millenium, zaman modern. Orang manapun pasti menggunakan yang namanya media sosial, apalagi facebook.
Bahkan neneknya si kepala suku alias ketua kelas alias Ojan punya akun facebook. Yang tua saja masih bisa mengikuti arus perkembangan zaman, lah ini yang muda malah acuh tak acuh.
Mera sepertinya berasal dari zaman purba yang datang ke masa kini dengan lewat pintu portal. Amel geleng geleng sendiri melihat Mera yang masih acuh dengan informasi yang baru saja dia dapat dari Facebook.
"Mer, lo denger gue nggak sih?" Kesal Amel merasa dirinya diduakan dengan novel Tere Liye yang sedang dibaca Mera.
"Denger," balas Mera masih asyik membaca novel berjudul Pulang.
"Kalau lo denger, harusnya ekspresi lo kaget kek, syok kek, marah kek, sedih kek." cemberut Amel.
Mera menutup novelnya, menatap datar ke Amel.
"Gue nggak peduli sama Song Jong Ki yang katanya calon masa depan lo itu nikah sama Song Hye Kyo. Gue nggak suka oppa-oppa lo yang kulitnya putih ngalahin cat tembok rumah gue, jadi please berhenti alay kayak gini. Lagian lo salah berharapnya sama yang jelas lo nggak mungkin dapetin." Jelas Mera membuat Amel bertepuk tangan.
"Ini aplause untuk yang ke 52 dalam dua tahun lo bicara panjang kayak gini. Selamat nona Almera." Tawa Amel mendapat balasan cuek dari Mera.
Suasana kelas yang memang ramai karena jam kosong membuat tawa Amel tidak mengganggu yang lain. Lagi pula tawa temannya di meja belakang lebih riuh dari Amel.
Mera berdecak pelan, lalu kembali membuka novelnya tadi. Daripada membaca informasi tidak penting di media sosial lebih baik membaca novel yang bisa memberi pesan moral ke kita.
"Astogeeehhh Mer. Merinding ini bulu ketek gue." Lagi dan lagi, aktivitas Mera terganggu dengan teriakan Amel di sebelahnya.
"Lo tau Fero, kan? Nih nih lihat! Gileee cakep banget ya?" Mera sama sekali tak melirik ponsel yang disodorkan Amel. Ponsel yang menampilkan foto upload-tan terbaru dari akun facebook alfero.angkasa
Menampilkan wajah tampannya dengan jaket kulit ditambah menunggangi motor gedenya. Melelahkan hati kaum hawa yang melihat ketampanan pangeran bola.
Amel berdecak kesal lagi.
"Mer, bisa nggak sih lo wow dikit gitu lihat foto pangeran bola kita?"
"Kita? Lo aja kali." Judes jawaban Mera.
"Lo itu aneh banget tauk."
"Udah tau."
"Tapi ini Alfero lho Mer, Alfero." Sekali lagi Amel memperlihatkan foto Alfero ke Mera.
"Tampang cakep nggak ngejamin sifatnya cekep." Kata Mera mengingat kejadian kemaren.
"Sok tau lo, Mer. Lihat nih, wajahnya gemesin, tampan, nggak ada tampang nakalnya, pasti sifatnya sama kaya wajahnya." Mera memutar bola matanya.
"Emang lo pernah bicara sama dia?" Tanya Mera.
Tentu Amel tertawa, "ya jelas belum lah." Mera mendengus sebal.
"Kalau belum jangan langsung nilai baik orangnya, bisa jadi itu hanya topeng penyamaran."
"Emang lo pernah ngomong sama Fero?" Mera mengangguk samar.
Amel membulatkan matanya, "Serius lo? Kapan? Di mana? Gimana ceritanya?" Heboh Amel. Mera lupa kalau teman sebangku dari kelas 10 itu punya sifat kayak gini.
"Lupain," kata Mera tidak ingin membahasnya lagi. Tapi bukan Amel namanya kalau menyerah di tengah jalan.
"Ceritain atau gue buatin lo akun facebook, terus nanti akunnya gue namanin almerahcelalucetiasamakamueh." Amel tersenyum kejam.
"Mel, gue beneran nggak suka kalau lo ngancem gitu. Nggak lucu."
"Emang, tapi ngakak." Tawa Amel, "Udahlah ceritain ke gue, apa yang terjadi sama lo dan Fero."
"Gue bilang lupain ya lupain. Gue nggak mau bahas itu lagi." Keekuh Mera tak mau cerita.
"Oke, kalau gitu gue beneran buatin lo akun facebook."
"MEL!" Bentak Mera beneran tidak suka melihat tingkah Amel seperti ini.
Bagi Amel, bentakan tadi sudah kebal dia dapatkan jadi dia dia tidak akan kaget atau nangis karena bentakan itu.
Berteman dengan Mera selama dua tahun ini membuatnya hapal betul sifat Mera, tapi ya gitu sifat Amel yang tak kenal bosan membuat Mera tersulut emosi malah membuatnya tak takut jika Mera marah. Itu sudah makanan kesehariaannya selain dikacangin, dicuekin, dijudesin.
Tak masalah dengan itu, yang penting Mera tidak menjauhinya. Itu saja sudah cukup.
Bagi Amel, Mera itu tipe temen yang harus dia taklukkan. Amel ingin menaklukkan hati Mera agar bisa mendapatkan kepercayaan dari diri Mera. Sungguh tidak menyenangkan kalau sebuah pertemanan tidak dilandasi kepercayaan, seperti pertemanannya dengan Mera. Jadi sesulit apapun buat dapetin kepercayaan Mera, Amel akan melakukannya.
"Oke oke, kita lupain soal Fero." Kalah Amel, lebih baik menyerah.
Mera lega, lalu kembali melanjutkan membacanya, sedangkan Amel bergabung dengan temannya di belakang. Mereka yang di belakang adalah gerombolan pencinta korea, jadi tidak akan membuat bosan seorang Amel. Lebih baik membicarakan oppa oppa ganteng daripada beradu mulut sama teman kudetnya itu.
"Sumpah gue nggak rela banget ayang beb Song Jong Ki nikah sama Song Hye Kyo." Dan lagi teriakan alay Amel itu membuat Mera terganggu.
📱
Tbc.
Semoga suka sama cerita baru ini.
Terima kasih sudah membaca
Vote dan comment nya ya😄Thank you
KAMU SEDANG MEMBACA
Stalker
Teen FictionCover by Wattpad's Cafe Biasanya yang sering stalking stalking itu cewek, nah bagaimana jadinya kalau seorang seperti Fero terlahir dengan kecerdasan dalam menstalking seseorang itu dipertemukan dengan Mera, si cewek judes dan tertutup. Semuanya ber...