RELIANCE 1

304 66 199
                                    

Happy reading! <3

***

Kringgg ...

Suara alarm berbunyi nyaring di kamar seorang gadis yang kini masih tertidur pulas.

Kringgg ...

Sekali lagi, alarm itu berbunyi. Tapi si empunya tidak memedulikan suara alarm itu, malahan ia langsung menutup kepalanya dengan selimut.

Kringgg ...

Ini ke tiga kalinya alarm itu berbunyi, gadis itu langsung bangun untuk mematikan alarm dengan perasaan kesal.

"Ganggu gue tidur aja deh!" ketusnya dengan suara serak khas orang bangun tidur, kemudian matanya tak sengaja melihat ke arah jarum pendek jam.

06.30

"MAMAAAA!" pekiknya keras kemudian segera berlari menuju kamar mandi. Untuk apalagi selain mandi?

"Ma, Mey enggak sarapan di rumah ya. Telat banget soalnya. Bang, ayo berangkat! Anterin Mey!" ucapnya sambil turun tangga dengan heboh. Semua orang yang ada di meja makan hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kehebohan gadis itu.

"Mey, hati-hati. Itu di tangga lho, bahaya!" peringat Mamanya. Gadis yang bernama Meysa itu tak mengindahkan ucapan Mamanya, yang penting sekarang ia tidak telat ke sekolah.

"Enggak bakalan jat-"

BUGH!

Meysa terjatuh sebelum menyelesaikan ucapannya. Sekarang ia hanya bisa mengumpat kesal. Kenapa harus terjatuh saat ia sedang buru-buru?

"Bego emang!" gumam Abangnya yang masih bisa didengar oleh kedua orang tuanya dan juga Meysa.

Lagi-lagi kedua orang tuanya menggeleng melihat sikap anaknya. Yang satu ceroboh dan yang satunya lagi tidak pernah bisa menjaga ucapannya.

"Jaga ucapan kamu Wildan. Kamu itu abang, harus bisa mencontohkan yang baik sama adek kamu!" peringat Papanya yang dibalas cengiran lebar oleh Wildan.

"Bukannya bantuin malah bilang bego!" ketus Meysa kesal sambil bangkit dari jatuhnya. Ia merapikan kembali rok yang dipakainya, lalu mendengus kesal.

"Dih, udah gede masih mau dibantuin!"

"Ya kan lo abang! Harus bantuin adeknya dong!"

"Ya enggak semuanya harus dibantuin kan?"

Lagi-lagi terjadi perdebatan antara abang dan adek. Pagi ini benar-benar pagi yang heboh!

"Sudah-sudah! Mey, ayo minum susunya. Bukannya kamu telat?"

"Ma, tapi minum susu juga bisa membutuhkan waktu beberapa menit. Meskipun 2 menit waktu itu berharga buat orang yang telat, Ma!"

"Daripada banyak ngomong, mending lo minum susunya! Kalo lo enggak minum susunya, gue males nganterin!"

Meysa menghela napas kesal, lalu meminum susunya dengan sekali tegukan. Abangnya sungguh menyebalkan. Kadang ia sangat ingin membuang abangnya ke lautan, lalu membiarkan abangnya dimakan oleh ikan hiu, ikan paus atau ikan apapun!

***

Meysa sampai di sekolah tepat waktu. Untung jarak rumahnya ke sekolah cukup dekat. Kalau tidak, mungkin ia akan berlari di lapangan atau ia harus hormat di depan tiang bendera sampai istirahat. Kali ini, ia benar-benar beruntung.

Meysa berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Langkahnya begitu santai, sampai ia tak sengaja melihat Pak Johar—guru matematikanya—keluar dari ruang guru untuk menuju ke kelasnya.

Reliance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang