0.0

390 15 7
                                    

Nun, di kesunyian malam, hanya ada beberapa suara jangkrik dan Anai-anai berterbangan mengitari lampu. Rembulan bersinar terang menerangi bumi. Memang saat itu sedang bulan purnama.

Aku sedang membantu ibu untuk menyiapkan makan malam. Aku membantu mengiris bawang, sedangkan ibu menggoreng ikan.

Selesai memasak kami pun makan malam bersama ayah. Ayah makan dengan lahap karena seharian bekerja.

Ibu terlihat hanya makan sedikit, ya... karena memang porsi makan ibu seperti itu.

Aku makan dengan lahap dan banyak, entah karena apa, aku tidak terlalu lapar namun mulutku sangat ingin makan lagi dan lagi. Memang makanan ibu adalah makanan terlezat di dunia.

Selesai makan aku tak langsung tidur, aku merakit Tamiya ku.

"Bayu...!"
Suara ibu yang berada di dapur memanggilku.

"Iya Bu,..."
Aku lalu bergegas menemui ibu.

"Tadi sore ibu lupa mengangkat jemuran, tolong kamu angkat ya..."

"Ok," jawabku menyanggupi.

Aku pun bergegas menuju lantai dua rumahku. Lantai dua rumahku adalah tempat menjemur pakaian, hanya lantai kosong dan atap serta pagar pembatas.

Aku mengambil sandal milikku dan menaiki tangga. Aku mengambil ember merah yang biasa ibu pakai untuk mengangkat jemuran. Aku mulai menaiki tangga dengan hati hati. Sampai di atas aku membuka pintu lantai dua yang terkunci.

Aku mulai mengangkat jemuran ibu. Aku menengok ke arah rumah bercat orange di samping rumahku. Sambil mengangkat jemuran aku berbicara dalam hati, "rumah sebesar itu dan seindah itu kenapa ditinggal penghuninya ya? Apa karena jelek atau karena..."

astaga! aku melihat sesuatu di rumah itu, seperti gadis,... "ah, cuma firasat saja...., lagian mana mungkin gadis masuk rumah itu malam malam toh gerbangnya terkunci." aku bergumam dalam hati sekedar menenangkan diri.   

Aku mencium aroma yang aneh, baunya seperti bunga mawar,
Aku pun terdiam sesaat,  aku memberanikan diri, lalu melanjutkan tugasku mengangkat jemuran.

"Hiks hiks hiks..."
Aku mendengar suara tangisan seorang gadis, terdengar agak serak.... Suara itu terdengar dari kejauhan

Aku mencium bau busuk, lebih tepatnya bau mayat. Baunya bersumber dari balik tubuhku.

Aku memberanikan diri. Aku membalik badanku. Aku melihat wanita muda yang berpakaian kuno dan sedikit lusuh dibelakangku.

"Kamu siapa? Kenapa kamu bisa ada disini?"
Aku memberanikan diri untuk bertanya.

Dia diam.
Aku ingin tahu dia itu siapa, atau lebih tepatnya apa.

Aku merasa takut. Keringat dingin mulai bercucuran dari tubuhku.

Aku mencoba untuk mengarahkan pandanganku kearah kakinya. Jantungku semakin berdebar kencang. Aku tercengang, kakinya tak menapak bumi.

Aku takut, tak tau harus berbuat apa.
Aku hanya bisa berdoa dalam hati. Dia semakin mendekat aku mencium bau mayat disini. Dengan kebaya hijau nya yang berlumuran darah.

"Jangan ganggu rumah itu lagi."Tuhan!!!!" aku menjerit kencang. "AAAAAAAAA, IBUUUUU, AYAAAH... SIAPAPUN TOLONG AKU...." aku memejamkan mata karena ketakutan.

Ayah dan ibu datang, "ada apa nak" aku hanya bisa diam. Aku sangat takut. Ayah dan ibu kemudian membawaku turun. 

Aku dibawa ayah ke kamar. Ibu dengan cepat mengangkat jemurannya lalu datang ke kamar setelahnya.

"Ibu, aku min..ta maaf ... Ti...ti...dak bisa melakukan ... Tu.. gas deng.. ngan baik..." Suaraku agak tergagap gagap.

"Tidak apa, yang penting kamu nggak kenapa napa."  Jawab ibu menenangkanku.

Malam itu terasa sangat panjang bagiku. Ketakutan ku membuatku terlelap semalaman. Aku pun langsung tertidur saat itu.

Ayah dan ibu kembali ke kamar dan terlihat membicarakan sesuatu. Mungkin tentang masalahku semalam di lantai dua.

"Makasih udah baca jangan lupa tinggalkan komentar..."

Share ke temen temen kalian ya...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LarasatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang