1

179 8 0
                                    

Bruk

Desyca melempar tasnya gak selow, ke atas meja.

"E buset, selow mbak"
Irene yang sedang melamum terjingkat. Beberapa orang yang di kelaspun ikut menoleh sejenak, kemudian melanjutkan aktifitasnya.

Tanpa menggubris irene desyca duduk lalu merebahkan kepalanya ke meja dengan kasar.

"Kenapa des? "
Irene mengernyitkan dahi, melihat desyca yang badmood pagi pagi.

"Hmh"
Yang di tanya cuman mendesah kasar.

"Kenapa lagi deh nih anak?"
Jaemin yang baru dateng meletakkan tasnya di bangku belakangnya irene dan desyca.

"Baru gue mau nanya ke elu jaem"
Irene menghadap ke belakang.

"Des ngantin yuk.."
Jaemin beralih berdiri di samping desyca.

"Males"

"Ampun deh"
Jaemin tanpa ba bi bu menarik desyca, ia dengan terpaksa mengikuti jaemin.

"Apaan sih jaem, sakit tangan gue"

Jaemin mendudukkan desyca di salah satu bangku kantin.

"Ada masalah sama nyokap?"
Tebak jaemin setelah duduk di depan desyca.

Desyca memalingkan wajahnya masam, enggan untuk menjawab.

"Tadi pas gue ke rumah, nyokap suruh gue ngomong ke elu, "
Jaemin melembutkan suaranya.

Desyca menunduk matanya berair,

"Gue tau ini berat buat lu, tapi coba buka pikiran lu. Pikirin perasaannya bunda, seberapa berat beban yang harus di pikulnya selama beberapa tahun ini, stelah ayah lu meninggal"
Dengan sangat lembut dan hati hati jaemin  menasehati desyca.

"Jauh dari apa yang lu kira. Bunda juga butuh pegangan, butuh sandaran"
Jaemin mengelus kepala desyca.

"Gue tau lu gak egois"
Jaemin tersenyum.

Desyca sesenggukan.

"Gue takut bunda berubah, gak sayang gue lagi" desyca menangkupkan tangannya ke mukanya.

"Gue takut di tinggalin lagi jaem."

"Gue cuman punya bunda"
Lirihnya.

Jaemin tersenyum lebar, diangkatnya wajah desyca hingga matanya saling bertemu pandang.

"Lu gak inget gue? Gue bakal selalu ada buat lu. Kapanpun lu butuh"
Tegas jaemin, masih dengan senyum manisnya.

"Ihhh, omongan lu bikin gue ambyar"
Desyca melepas tangan jaemin lalu menyeka air matanya.

Jaemin terkekeh kecil, tanpa suara.

"So..?"

Desyca menggeleng pelan.

"Entahlah, gue liat dulu. Setelah makan malam besok gue baru bisa mutusin"
Desyca menyandarkan dirinya.

Jaemin menghela nafas, kemudian tersenyum.

"Nah gitu dong. Baikan ya sama bunda"

"Iya, "

"Ok, yuk ke kelas, udah mau masuk"
Jaemin berdiri dari duduknya.

"Lah, mau jajan dulu gue, masak ke kantin ngobrol doang"
Desyca menolak

"Hadeh, udah bel noh, lu makan mulu sih"

"Yeeee, gue bolos ajalah sekali kali."
Desyca bersikukuh.

"Enak aja, enggak. Udah mau lulus pake bolos bolosan. No no"
Jaemin memaksa desyca berdiri.

i love you, jangan?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang