Two

282 8 0
                                    

Aku masuk mobil miliknya. Baunya harum. Dia duduk dibalik kemudi. Aku dan Jacgues duduk dibelakang. Jacgues melipat kening melihatku memperjelas kepadaku saat dirinya menyuruh untuk duduk didepan. Aku tahu, pria yang semakin tua ini kadang terlihat seperti diriku yang tercermin, keras kepala untuk beberap hal. Mungkin karena aku anak ketiga yang jelas mengaliri sifat dirinya.

Dia menghidupkan Rover. Menilik dari spion dengan garis bibir terangkat. Aku mengalah, melihat luar jendela meninggalkan pusat kota.

Aku tiba di pelataran setengah jam dari pusat. Jacgues jelas meminta pelan untuk mengendarai SUVnya.

"Kalau bukan karena lelah, aku sudah mengajakmu masuk untuk menghabiskan margarita." Jacgues menepuk Jean dihadapanku.

Aku tidak percaya dengan Jacgues. "Kau terlalu tua setelah menghabiskan banyak minuman tadi, Jac. Perbanyak ke gereja memohon ampun." Dia terkekeh menanggapi dengan berlalu menaiki anak tangga teras.

Jacgues membuka pintu menungguku disana.

Jean memberikan tatapan hangat pada Jacgues. "Aku akan berbicara sebentar dengan putri mu Mr. Godbertson." Aku berbalik. Jacgues mengangkat tangan mempersilahkan.

Aku menaiki anak tangga. Dia mengikuti. Aku memutar mata, keluar dari diriku yang kedinginan. "Tidak ada yang perlu dibicarakan."

"Clau, bukankah aku sudah meminta maaf padamu." Rahangnya merosot. Aku tahu dia memiliki tubuh kekar yang begitu jelas hingga menurunkan wajah jika berbicara denganku.

Aku mendesah. "Aku tidak tahu." Aku menuju pintu dia menahan sikuku.

"Maaf?"

"Ini terlalu rumit untukku." Suaraku naik melihat dia tidak bergerak untukku. "Kau menyebut namamu, berbicara, menyentuhku, lalu aku sadar kalau kau pria asing."

"Apa kau terbiasa dengan kencan tiga kali?" Dia mengusap wajah menaikkan alis lalu melepas tangan dariku.

Ngomong-ngomong mengenai kencan tiga kali. Well, aku tidak membantah untuk itu. Hal yang wajar dilakukan untuk pertama kalinya. Tapi sekarang aku bukan perempuan kuno lagian aku juga sudah tidak perawan. Setelah orang brengsek itu mengambil diriku dalam keadaan mabuk.

"Dulu." Kedua tangaku tertumpuk didada. "Kau bisa pergi. Awal musim dingin untuk pesta memang terasa aneh."
Kenapa Katie memilih itu. Aku tidak tahu. Yang aku tahu dia lebih pendiam dari diriku dan Diana. Dan dia terlihat begitu cantik dari wajahku.

Jean menerima telfon dan mematikan.
"Aku dengar Courtney sedang berbicara lewat telfon kepada temannya. Aku mendengar kalau tahun baru menjadi ajang baginya... dan mungkin dirimu juga ikut. Disana dia menyebut dirimu yang akan tampil jika tidak bisa membawa pria sebagai kekasihmu." Tubuhku gemetar jika menilik kebenaran yang akan terjadi pada hari itu. Tidak terbayangkan. Mudah saja aku menemukan pria tapi aku tidak akan mempermudahkan untuk meniduriku. Setelah kejadian beberapa tahun aku semakin menjaga tubuhku dari pria yang hanya melihat penampilan.

"Kau penguntit?" Rahangku mengeras untuk menatapnya.

Dia tersenyum menyender pada dinding. "Kau bisa memanggil itu setelah aku menemukanmu di toilet." Dia membuka mulut kembali. "Courtney akhirnya bercerita untukku."

Ah, aku terjebak dalam ucapanku.

"Aku tidak pernah mendengar kau dimulut Courtney."

"Dia teman lama. Bertemu kembali saat dia menonton balapan menemani Nathan." Dia menatap lurus ke depan pada dua kursi disampingku, satu set tempat duduk di teras. "Aku senang melihat dia kembali setelah beberapa tahun tidak berjumpa begitupun dirinya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ORIGINAL SIN #2 TSLOETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang