#02

8 1 0
                                    

Sesuatu yang hadir tidak semuanya menyenangkan, karena akan ada hal-hal yang menyedihkan yang entah mengapa terlintas di dalam benak seseorang

***

Keringat mulai membasahi tubuhnya, wajahnya yang polos menampakkan butiran-butiran air yang hendak meluncur bebas. Bajunya kini mulai basah.

"Allah, hari apasih nasib eneng gini banget, berasa anak tiri tau gak" sambil memeras pel dan melanjutkan kegiatannya.

"Nyanyi aja kali yak, bosen dah gue"
"Masa sekelas gue doang sih yang kena hukum, gak asik tau"

Akhirnya Dey memutuskan untuk memporak-porandakan kamar mandi dengan suaranya. Tak banyak orang yang tahu kalau Dey memiliki suara yang sedikit merdu namun unik.

Di tengah-tengah aktivitasnya tanpa Dey sadari ada sosok yang mengamatinya dari kejauhan. Bahkan dia mulai menikmati suara Dey dan tanpa ia sadari, dia mengingat suatu hal. Ya, Dey mampu membuat dirinya berkelana dalam masa lalunya.

Laki-laki itu tidak tahu siapa pemilik suara itu, dia hanya mengetahuinya dari sisi belakang.

"Kenapa suaranya begitu mirip, oh Tuhan kenapa kau ingatkan kembali" gumam laki-laki yang sedari tadi memandangi.

***

"Met, kenapa cuma Dey yang kena hukum pak Yahya sih, gatega gue lihatnya" tanya Della sambil menusuk-nusuk pensil ke pipi Meta.

"Ya mana gue tau Dell, kayaknya sih ya Dey tadi tuh baru nulis soal doang" sambil sedikit mengingat-ingat.

Dey, tadi memang ketika datang ke kelas tidak langsung mengerjakan tugas. Bahkan dia sempat berjalan-jalan untuk melihat teman-temannya.

"Ck, dasar Dey lemot parah, utung jomblo dia"
"Eh lo kalau ngomong, lo sama Dey lemot siapa hah?"
"Lemot Dey lah buktinya gue gakena hukum pak Yahya" ucap Della sambil menatap tajam ke arah Meta.

Sedari tadi Rian yang tepat duduk di belakang mereka risih dengan keramaian yang ada.

Meta seharusnya duduk dengan Dey, namun karena Dey kena hukum dan teman sebangku Della, Zenna juga tidak hadir karena sakit. Akhirnya Della duduk bersama Meta tepat didepan bangku Rian.

"Meta, Della, Rian kalian bisa diam tidak, coba Meta kerjakan soal nomor 2 dan tulis jawaban di papan" peringatan tegas pak Yahya.

Ya, pak Yahya hanya meminta untuk mengecek PR mereka namun tidak mengoreksinya dan sekarang pak Yahya memberi mereka tugas.

"Kan lo sih rame mulu Dell, gue yang kena, hshhh" gerutu Meta.

"Meta sudah kerjakan, bapak tidak segan-segan untuk mengeluarkan kamu seperti Dey"

***

Bel istirahat berbunyi
Kringg....kringgg...kringgg

"Kantin, eneng dateng tunggu eneng ya" teriakan Dey dari dalam mandi.

Dey mendapat skros selama satu mata pelajaran namun dey malas untuk melanjutkan pelajaran setelahnya dan dia menghabiskan waktunya di kamar mandi.

Dey melangkahkan kakinya keluar dari kamar mandi dan menuju ke kantin. Dey memesan es jeruk dan semangkuk pangsit untuknya.

"Mang, es jeruk sama pangsit satu ya, kerupuk pangsitnya disendiriin ya mang" pesan Dey kepada mang Ucup penjual pangsit langganannya.

Sambil menunggu pesanannya Dey mulai memainkan ponselnya dan membuka aplikasi berwarna hijau dan mulai mencari kontak abanyanya.

Bang Zarf kebo 🙈
09.45 am
Bang, Dey tadi kena hukum pak Yahya, disuruh ngepel KM. Jangan bilang Mama ya Bang ntar gue beliin lo cendolnya mang Ujang. Sama ntar bayarin es jeruk gue sama pangsit di mang Ucup gue lupa bawa uang bang. Loveyou babang Kebo 💕.

Read

Bang Zarf kebo 🙈
09.47 am
Y, bct lo

Dey membuka kembali aplikasinya itu dan terkekeh geli membaca pesan singkat dari abangnya itu. Dan Dey tahu jika nanti sepulang sekolah abangnya pasti menuju kamarnya dan mengomel dengan tangan di pinggang mata melotot.

"Neng, ini pesenannya"
"Mang," panggil Dey ketika mang Ucup baru melangkahkan 3 kali langkah.

"Iya neng, naon?"
"Anu mang, Dey lupa gabawa uang ntar biar bang Zarf yang bayar ya bang, heheheh" sambil mengangkat dua jarinya membentuk huruf v.

Setelah menghabiskan makanannya Dey melenggang pergi begitu saja menuju kelasnya. Untuk menyampaikan keluh kesahnya kepada sahabatny Meta dan Della.

***

Baru saja hendak memasuki ruang kelasnya tubuh Dey menabrak Satria yang hendak keluar kelas.

"Eh jalan pake mata lo ya main nabrak gue. Untung gue diciptain punya keseimbangan 100% kalau kaga jatuh dong gue" sambil menunjuk bahu Satria.

"Jalan tuh ya pake kaki dungu, bukan mata" ketus Satria.

"Kata abang dan mama gue jalan pake mata tolol"

"Serah lo, kalau bisa lo jalan pake mata kaki seru tuh dari pada pake mata doang" ejek Satria sembari meninggalkan Dey yang masih dengan perasaan jengkel.

Dey antusias memasuki kelasnya mencari sahabatnya, bukan mereka adalah musuh sekaligus sahabat Dey. Musuh karena mereka selalu saja berdebat tak tentu arah dan sahabat karena merekalah yang ada saat Dey senang dan susah.

"Met,Dell capek banget gue pak Hayya tega banget dah sama cewek secantik gue masa iya bersihin toilet," gerutu Dey sambil meletakkan kepalanya di atas meja kelas.
"Eh,bego pak Yahya Dey pak Yahya," sahut Meta
"Untung deh lo bersihin toilet doang daripada lari muter lapangan, bisa mati lari lo ya," Della sambil membayangkan jika temanya akan pingsan setelah lari.
"Ya itu mah gue suka Della ntar ya gue ditolongin gitu sama pangeran yang cool persis banget sama cerita cerita yang sering gue baca di novel, "
"Hello Deyinda hidup tak seindah novel yang begitu syahdu dengan jalan cerita dan alur yang tertata, idup lo tak semenyenangkan novel Dey sayang, " Della sedikit menekan di akhir kata-katanya.

Ya semua yang dikatakan Della benar, bahwa hidup bukan sekedar seorang penulis yang dengan mudahnya mengatur semua alur dan tokoh dengan sempurna dan akhir bahagia seperti cerita telenovela, namun hidup yang sebenarnya itu penuh dengan liku, luka, dan lara.

Dey sedikit terngiang dengan semua yang dikatakan oleh Della sahabatnya hal itu membuat moodnya tiba-tiba hancur.

***

Kringg....kringgg

Bel masuk berbunyi, semua murid bergegas menuju kelas mereka masing-masing. Pelajaran setelah istirahat adalah waktu yang paling menyebalkan, karena mereka telah mengisi perut mereka dan kantuk menyerang dengan kuatnya. Sebagian murid mulai tak fokus begitu juga dengan Dey.

Dey mulai memikirkan hal-hal yang tidak seharusnya difikirkan. Jari-jarinya mengetuk-ngetuk meja dan matanya seolah kosong, entah apa yang difikirkan Dey saat ini dan intinya Dey sedang tak mendengarkan bu Anas yang sedang menjelaskan materi kimia.

Rian yang sedari tadi menggerakkan kursi Dey dengan tangannya pun tak mendapat respon.
"Dey," Dey hanya diam.
"Dey,dey,dey," mengencangkan gerakkan pada kursi Dey.

"Apasih,lo yan ganggu aja,males tau gak sih," Dey menatap Rian tajam.
"Sorry Dey habisnya lo gue panggil dari tadi gaada respon, gue mau pinjem bulpen lo yang ada kepala kelinci," Rian sambil menggaruk tengkuknya yang tak gatal.
"Elaaaah, nape lo pinjem bulpen gue,"

Rian memang menyukai bulpen Dey yang berbentuk kepala kelinci berwarna pink.

Meskipun menanggapi ucapan Rian namun Dey tetap saja memikirkan hal sedari tadi yang berlarian di dalam otaknya.

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MellifluosuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang