Ella menghembuskan nafasnya pelan, dengan langkah kaki yang menuju gerbang bertuliskan "SMA Bakti Bangsa". Kakinya melangkah dengan lesu, seakan banyak beban yang di bawa. Sekali lagi, Ella menarik nafas dalam lalu di hembuskan dengan pelan. Ya, pagi ini Ella harus menjalani kehidupan nya seperti biasa. Pergi ke Sekolah, belajar, dan bertemu teman. Tunggu, memangnya Ella punya teman yang benar-benar bisa di sebut teman?. Entahlah, dia tak begitu pusing memikirkan itu. Karna memang hidup ini hanya sebuah drama yang penuh sandiwara bukan? Dia betul kan?.
"Heh, kutub" seseorang berseru dengan sangat keras tepat di telinga Ella. Sehingga membuat Ella mengusap telinganya dengan kesal karna kaget sekaligus telinganya berdengung sakit.
Ella tak menoleh, mengabaikan teriakan di telinganya. Ya, kalian harus tau, kalau Ella benci dengan orang yang tadi berteriak di telinga Ella.
"Woe dasar sombong jadi orang" teriak orang itu lagi saat melihat Ella tak menggubrisnya sedikitpun.
Ella tetap acuh, dan tetap berjalan lurus tanpa menengok sedikitpun. Biar tau rasa, dipikir telinga Ella nggak sakit di teriakan gitu. Huh.
Setelah berjalan melewati koridor dan kelas-kelas, akhirnya Ella sampai juga di kelasnya. Ya, kelas XI IPS 4, yang sekarang ini keadaannya sangat kacau. Iya, kacau, seperti keadaan pasar setelah ada kejadian pencopetan.
Disana, teman-temannya sedang sibuk dengan aktivitas yang di sebut Nyontek PR temen, karna alasan terbego sepanjang dunia Ella bersekolah, yaitu-lupa ngerjain PR- huh. Padahal di grup kelas juga sudah di ingatkan untuk mengerjakan PR, ya mamanya juga pemalas, jadi lebih enak pura-pura terkejut kalau ada PR lalu bikin alasan nggak baca chat di grup, dan akhirnya nyontek. Ya, sandiwara yang sempurna.
Tapi, yang kalian harus tahu, Ella bukan orang seperti itu. Tenang, PR nya sudah selesai jauh-jauh hari. Jadi, di tengah keributan teman-temannya yang nyontek, Ella bisa duduk manis di bangkunya dengan tenang.
Eits, tenang? Yakin? Buktinya, baru saja Ella meletakkan tas nya dan akan duduk, catat,-belum sampai duduk loh ya- sudah ada yang memanggil namanya dengan kencang sehingga membuatnya menjadi pusat perhatian.
"Marvella, Marvella, Marvella" ucapnya tiga kali seperti membaca mantra.
Disana di tempat duduknya Ella menghela nafas lemah. Dengan lemas Ella menjatuhkan dirinya di tempat duduk.
"He, kutub, kenapa lo gue sapa di koridor cuma diem aja?" Lanjutnya setelah sampai di hadapan Ella.
Ella tetap diam, menatap tajam orang di hadapannya.
"Lo kenapa sih sama gue? Marah? Diem mulu lo kayak batu" dengus orang itu "Nih ya masih mending kalau batu bara bisa di jual lah elo batu akik aja bukan, batu kali iya" cerocosnya panjang.
"Jangan ganggu gue" akhirnya, Ella bersuara. Tiga kata itu di ucapkan dengan nada rendah namun penuh penekanan, dan satu lagi, sorot tajam dari Ella untuk cowok gila yang selalu mengganggunya.
Mata cowok itu membulat sempurna, mimik terkejut terpampang di wajahnya "Marvella gue, ternyata bisa ngomong" gaya bahasanya di buat setajub mungkin. Seakan-akan kalau Marvella bicara adalah keajaiban. Ya, Marvella memang keajaiban bukan?.
Cowok itu menoleh ke seluruh penjuru kelas, menoleh pada murid kelas XI IPS 4 yang tengah menatap mereka, lalu berteriak heboh "Woe kalian semua harus inget, si Marvella batu kali yang nyasar di kutub ini bicara sama gue woe"
Ella menghembuskan nafasnya dengan kasar. Mengabaikan sorakan teman-temannya, dia menelungkupkan kepalanya di atas meja dengan kedua tangannya yang menjadi bantal. Huh, pagi yang menyebalkan.
🍁🍁🍁🍁
Huh. Bismillah cerita baru. Yaaa, aku tau Sarah belum di update tapi sudah buat cerita baru. Aku tau aku salah, tapi gimana lagi, otakku tak bisa diajak kompromi. Daaaaann setengah tahun aku menghilang akhirnya kembali lagi.
Selamat menikmati cerita baru ku ya teman-teman. Ily ♥️
YOU ARE READING
Marvella
Teen FictionMarvella. Dalam bahasa Perancis yang berarti keajaiban. Tapi, tidak untuk dirinya. Namanya mungkin memang Marvella, tapi tak ada keajaiban dalam dirinya dan hidupnya. Selamat berkenalan dengan Marvella dan kehidupan nya.