Sebuah bus dalam kota menurunkan ku di halte perempatan tepat di bawah pohon ginko berwarna orange dengan dedaunan yang bertebaran menambah nuansa sore hari menjelang petang berbaur bersama dengan cahaya sayu sang Surya yang temaram . Ku langkahkan kaki mungil ku menyusuri jalan setapak bertabur daun ginko, cahaya senja menusuk penglihatan membuat ku merasa semakin sendu menapaki jalan tersebut. Kini dihadapan ku telah berdiri tegak sebuah bangunan tua. Tempat dimana ku dilahirkan tempat dimana ku lalui masa remaja. Dengan langkah gontai ragu dan pandangan tertunduk ku masuki rumah bernuansa putih tersebut. Dengan tangan yang tak yakin aku memutar kenop pintu, derit pintu yang telah berkarat berbunyi, sebelum ku langkahkan kaki masuk, ku lemparkan pandangan ku pada rumah kosong berwarna hijau tepat di samping rumah putih tersebut.
Seolah ada semacam sihir entah mengapa kaki mungil ku membawaku melangkah ke arah rumah itu . Dan semua kembali berputar di hadapan ku tepatnya di dalam pikiran ku. Tentang kau dan aku saat umur kita masih belasan tahun. kau dan aku yang berteman, bahkan lebih akrab dari sekedar teman. Aku sering berkunjung ke rumahmu, dan kaupun sering berkunjung ke rumahku. Hari ini, tepat setelah 3 tahun aku yang telah dewasa kembali ke rumah ini lagi.
Kulangkahi pintu yang dulu kulewati bersamamu. Hawa rumah ini tak seperti dulu. Tak ada aroma roti dan kayu perapian. Dingin, kusam dan tak ada dirimu. Akan Tetapi, rasa betah itu tetap singgah di relung hatiku masih seperti saat dahulu. Aku seperti pulang ke rumahku, benar-benar kerinduan tempat ini memenuhi ingatan dan perasanku.Ku kelilingi rumah itu sambil melihat-lihat, dan aku terkejut, di sebuah laci, kutemukan syal milikku, yang pernah kupinjamkan padamu dulu. Aku terharu kau masih menyimpannya hingga saat ini di laci kamarmu, walaupun kamar ini telah kau tinggalkan bertahun-tahun lamanya. Setidaknya aku lega benda kesayangan ku masih ada di salah satu sudut kamar mu. Senyuman sedih dan syukur ku Sunggingkan dengan sangat kaku, hati ku perih dan bahagia disaat bersamaan
Kududukan diriku di tepi ranjang bercorak animasi Mickey mouse. Ku pejamkan mataku mengingat rupa mu.
Dulu kau begitu tampan, begitu baik hati. Kau selalu memperlakukanku seperti saudari kecilmu. Kau melimpahiku dengan kasih sayang yang tak kudapatkan dari rumah dan kedua orangtuaku. kau tahu pasti keadaanku dulu di rumah seperti apa, dan hal itu menjadikan mu bertanggung jawab memberikan ku senyuman. Kau jadikan aku prioritas daftar nomor satu dalam hal kebahagian. Aku sangat sangat bersyukur memiliki teman seperti kau. Setiap hari, minggu, bulan dan tahun ku lalui bersamamu, Kita bahkan pernah bandel membawa keluar mobil dan berlibur bersama ke daerah selatan, melintasi hutan-hutan. Aku masih ingat, semburat jingga dedaunan musim gugur yang berjatuhan, seperti puzzle yang menata pada tempatnya. Jika kau menanyakan padaku sekarang, aku masih bisa menceritakan padamu detailnya, karena saat itu adalah salah satu hal terindah dari sekian banyaknya hal indah yang kau torehkan di kehidupan remajaku.Ku hembuskan nafasku yang tercekat, karena memori yang masih tersimpan rapi di salah satu tempat penting di dalam ingatanku. Ku buka perlahan manik hazel ku dan menyadari kini segalanya sudah menghilang. Tak ada lagi dirimu di sana. Tak adalagi kehangatan mu yang kurasa.
Aku tersenyum masam menyadarinya.
Aku mungkin terlihat baik-baik saja, tapi hatiku tak pernah baik-baik saja secara sempurna.Semakin lama berada dalam rumah mu semakin banyak memori yang menyeruak saling bersahutan meminta untuk di ingat. Kau adalah wujud dari kebahagian untuk ku.
Sungguh saat itu masa kecil ku yang hambar berubah membahagiakan begitu kau pindah ke rumah di sebelah rumahku. Aku yang kesepian, jadi ceria karena berteman denganmu. Masih kusimpan foto masa kecilmu dan aku di dompet pink kesayangan ku, foto lelaki kecil berkacamata, dengan pipi terplester bergambar Mickey saat dijepret kamera. Aku masih mengingatnya dengan jelas, saat itu aku ingat bermain ke rumahmu untuk pertama kalinya, aku ingat Ibumu mempersilahkanku langsung ke kamarmu. Dan disana aku Melihat Ada ranjang dua tingkat, kau tidur di bagian bawah, karena bagian atas milik kakak laki-lakimu yang sudah merantau ke luar kota.saat itu kau sendirian saja tersenyum hangat sambil menarik ku bergabung bermain lego. Tak lama kemudian ibu mu datang membawakan cemilan siang, sungguh ibumu juga manis dan hangat, persis seperti dirimu. Ibumu saat itu mendongeng tentang masa kanak-kanakmu saat kau bergabung di tim basket, mengoda mu membuat gelak tawa dari ku keluar karena kebahagian kecil dari ibumu dan dirimu. Jujur saja aku suka mendengarnya, hingga kubiarkan ia bercerita berulang-ulang tanpa menjedanya. Aku tahu semua itu telah lama berlalu, tapi aku masih bisa merasakan gema hangatnya di seluruh ruang bekas kamarmu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
(oneshot) Begin Again ✔
Romancekau segalanya. segalanya bagiku, namun mengapa kau memberikan jarak yang terlampau sakit untuk ku jalani? - kim hanbin - Kim jinhwan