BAB 1
BERJALAN beriringan bersama Kenia—teman barunya—dengan mengikuti dan diikuti siswa baru lain, Elsa sambil fokus mendengarkan pengenalan area sekolah oleh panitia yang mendampingi mereka. Hari ini adalah hari orientasi siswa baru di sekolah Elsa. Gadis itu cukup bersemangat mengikuti serangkaian kegiatan sejak hari pertama.Namun tadi pagi, Elsa datang sedikit terlambat ke sekolah karena tidur sangat larut semalam. Ia keasyikan berselancar di dunia maya hingga lupa waktu. Ketika tanpa sengaja melihat jam di sudut ponselnya, ia sampai terperanjat. Pukul satu tengah malam akhirnya Elsa tidur.
“Dia tampan, kan?” Kenia tiba-tiba membuka suara.
“Dia siapa?” balas Elsa bertanya, ia mengikuti arah pandang Kenia dan tersenyum kecil. Kenia sedang melihat ke arah senior yang menjadi pendamping mereka. Leonard Viscall namanya.
“Kudengar dia sangat pandai dan juga aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler,” imbuh Kenia lagi. Masih betah memandangi senior mereka dengan penuh kekaguman, melupakan sejenak bahwa ia memiliki kekasih. Hanya mengagumi tak apa bukan?
Elsa hanya menggumam. Ia memegang sisi perutnya yang mulai terasa nyeri. Karena kesiangan, tadi pagi ia tak sempat sarapan. Perutnya sudah pasti kosong karena tak terisi apa pun sampai saat ini sudah menginjak siang.
Perih di perutnya makin lama makin menjadi-jadi. Elsa sampai meringis dibuatnya. Ia berpegangan ke tembok, membiarkan teman-temannya mendahuluinya berikut juga Kenia. Sial, kepalanya juga pusing sekarang.
Perutnya tak bisa dikompromi hingga jam istirahat untuk makan siang. Di dalam sana mulai bergolak, Elsa sangat pusing dan ingin muntah. Tapi ia tahu, tak akan ada apa pun yang bisa dimuntahkannya.
Kenia baru sadar bahwa Elsa tak di sampingnya ketika perkataannya sama sekali tak mendapat jawaban. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Elsa yang menyandarkan pundaknya ke tembok. Dengan cepat ia menghampirinya.
“El, are you okay?” Suaranya terdengar cemas. Ia melihat wajah Elsa yang sangat pucat dan mendengar ringisan yang sesekali meluncur dari bibir gadis itu.
Tak lama setelah Kenia bertanya, Elsa kehilangan kesadarannya. Tentu saja Kenia terkejut. Ia memanggil teman-temannya yang berjalan belum terlalu jauh. Pendamping mereka dengan sigap mengangkat tubuh lunglai Elsa.
Terang saja hal itu sedikit menimbulkan keriuhan. Namun, Leon mengatasinya dengan cepat, ia membawa gadis pingsan itu menuju ruang kesehatan. Ia berpapasan dengan salah satu gurunya. Dianggukkannya kepala dengan sopan untuk menyapa, lantas meneruskan langkahnya lebih cepat.
Laki-laki itu masih berdiri di sana memandang punggung salah satu anak didik berprestasi di sekolah itu. Sekilas ia dapat melihat wajah pucat dengan mata yang terpejam di gendongan Leon. Rexan menyugar rambut dengan jemarinya begitu ia berpikir bahwa gadis itu sangat menarik.
*****
Kelopak mata Elsa bergerak untuk terbuka secara perlahan. Ia menatap langit-langit ruangan yang berwarna putih. Langsung saja ia ingat bahwa tadi dirinya pingsan. Dan sekarang, pasti ia ada di ruang kesehatan sekolah.
“Merasa baikan?”
Elsa menolehkan kepala ke arah gorden yang disingkap. Leon yang baru saja pergi untuk membeli air mineral dan sepotong roti di kantin sudah kembali. Ia mengangsurkan air mineral dan roti yang dibawanya kepada Elsa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Desire
Romance21+ Tentang Rexan Reagan dan Ellysa Moriz. Tentang cinta, gairah, dan luka masa lalu. Cerita ini bukan untuk kamu yang sensitif. 16 Desember 2018 Hika