BAB 2
BERAT. Elsa mengerucutkan bibirnya. Tega sekali Miss Lauren menyuruhnya membawa setumpuk buku tugas milik anak-anak satu kelas ke ruang guru yang terletak di lantai dua. Di sekolahnya ini, terdapat empat gedung megah. Satu diantaranya adalah gedung ekstrakurikuler, sedangkan ketiga gedung lain adalah ruang kelas.Kelas Elsa, berada di lantai satu karena setiap gedung memiliki tiga lantai dengan lima kelas per lantai. Untuk naik ke lantai dua atau tiga pun tidak perlu bersusah payah menaiki tangga karena ada lift sebagai perantaranya. Tapi, meskipun sudah menggunakan lift, Elsa tetap saja kesal karena ia harus berjalan melalui koridor panjang dan melelahkan.
Akhirnya Elsa sampai di depan pintu ruang guru. Ia mengetuk pintu itu susah payah karena beban di kedua tangannya. Bodoh. Elsa menggerutu. Tentu saja tak ada yang menjawab, jam pelajaran sedang berlangsung dan semua guru tengah mengajar. Itu artinya ruang guru sedang kosong saat ini. Didorongnya pintu itu terbuka lalu menyelip masuk. Ia tercengang melihat betapa mewahnya ruang guru. Di dalam ruang guru itu ternyata ada ruangan lagi untuk tiap-tiap guru. Intinya, setiap guru mempunyai satu ruangan sendiri di ruangan itu.
Elsa memasuki ruangan yang bertuliskan nama Miss Lauren lalu meletakkan buku di tangannya di meja guru bahasa Inggrisnya itu. Kemudian segera melangkah keluar dari ruangan itu.
Lalu suara desahan itu terdengar. Kaki Elsa berhenti melangkah. Gadis itu menoleh ke arah ruangan bertuliskan nama Rexan Abimanyu Reagan, ia mendekat ke pintu ruangan itu lalu terdiam.
Elsa menggigit bibir bawahnya ragu. Apakah itu...? Ah, tidak-tidak. Tidak mungkin di sekolah ada perbuatan seperti itu kan? Maka, untuk membuktikannya, Elsa meraih handel pintu dan mendorongnya. Hanya untuk mendapati seorang lelaki dewasa yang sialan tampan tengah ... yeah, berbuat tak senonoh di dalam ruangan itu.
Lelaki itu, Rexan Abimanyu menarik jarinya dari liang si gadis yang segera membereskan pakaiannya lalu terburu-buru pergi, tak lupa dengan memberikan Elsa tatapan benci. Rexan mengelap jarinya dengan tisu lalu menatap Elsa yang berdiri kaku dengan tajam.
Tersadar, Elsa menundukkan kepalanya takut. “Ma-maaf....”
Rexan mendekat lalu mengangkat dagu Elsa dengan tangan kanannya. “Namamu?”
Elsa berjengit, tanpa sadar memundurkan tubuhnya satu langkah. “E-Elsa....”
Rexan tersenyum miring. “Bersikap bijaklah, Elsa. Sekarang pergi,” usirnya halus namun tajam.
Tanpa menunggu lama lagi Elsa memutar badan dan melangkah cepat menuju kelasnya. Rexan tak bisa menahan senyum gelinya melihat Elsa yang tergopoh-gopoh meninggalkan ruangannya. Gadis itu bodoh sekali dengan mengganggu aktivitas panasnya bersama Velin, mangsa barunya.
Well, Rexan mengakui bahwa dirinya bejat. Ia senang bermain-main dengan perempuan yang menyodorkan tubhsecara sukarela padanya. Khusus untuk anak didiknya, murni ia hanya bermain-main. Tak pernah sampai ke menu utama.
Elsa.
Nama itu Rexan gumamkan beberapa kali. Nama dari pemilik tubuh mungil nan menggoda yang tadi sedikit menyapa matanya. Tidak mungkin. Rexan menggeram, tidak mungkin ia tertarik begitu saja dengan Elsa. Tapi, ditilik dari reaksinya saat menghirup aroma tubuh Elsa sewaktu gadis itu menabraknya, yang langsung membuatnya berpikiran liar tentang gadis itu tak bisa memungkiri kalau dirinya memang tertarik. Sangat tertarik untuk membawanya ke ranjangnya dan menaklukkan gadis itu di sana. Uh-oh, sialan. Miliknya sepertinya juga tak sabar menunggu hal itu.
Rexan menyisir rambut cokelatnya menggunakan jemarinya guna menenangkan diri. Diambilnya keperluan mengajarnya dan menuju kelas yang beruntung mendapat jam pelajarannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Desire
Romance21+ Tentang Rexan Reagan dan Ellysa Moriz. Tentang cinta, gairah, dan luka masa lalu. Cerita ini bukan untuk kamu yang sensitif. 16 Desember 2018 Hika