🌻//Hanbin iKON as Baskara Candra.
"Aw sakit!" Suara gue memekik kesakitan di koridor bernuansa artsy ini.
"Eh?" Gue dongak dan mendapati orang yang nggak asing.
"Woi bola basket lo ngapain disini?"Oke sebelumnya kenalkan, nama gue Andrama Ralih. Biasa dipanggil Rali. Kalo orang yang hobi mengejek gue sering manggil Drama, atau ratu Drama. Padahal hidup gue biasa aja, gak kaya mahasiswa baru pada umumnya. Flat. Kalo ada masalah pun ya gue diemin aja ntar juga ilang sendiri.
Dan yang gue tubruk barusan adalah Baskara Candra. Baskara itu artinya matahari, sedangkan Candra adalah bulan. Panggil aja dia Basket. Tapi dia gak suka main basket ya, jadi ini imajinasi gue yang mengada-ada. Baska itu temen karib gue semenjak SMP, sejak lulus jadinya kita beda SMA. Dia daridulu terkenal dengan kearifan lokalnya yaitu BUAYA. Benar benar murni dari rahim ibunya.
Tapi tetep aja, gue masih menganggap si Basket ini teman baik. Sahabat? Keluarga malahan. Ya gimana nggak, dia yang menuntun gue dari nol. Dari yang zaman gue baru pertama kali suka sama orang lain. Dia tetep nolongin dan ngasih solusi dengan otaknya yang bervolume seperti Rhizopoda itu. Kalo gue curhat pasti jawabnya
"Yaelah ngapasi nangis mulu."
"Cari cowo lain aja."
"Kaya gua nih, ditinggalin? ya cari yang lain lah!"
Padahal gak semudah itu melupakan sosok lelaki yang—sebenernya bingung mau gue jelasin seperti apa. Pokoknya dia bersarang dan berjangkit di otak dan hati gue selama enam tahun lebih lamanya—dari SMP. Iya, sampe sekarang.
Enam tahun dan selama itu juga gua menghabiskan waktu gua dengan tidak memperdulikan hal-hal yang berbau cinta. Sebab dari gue kenaikan SMA, udah nggak satu sekolah sama lelaki cinta pertama gue itu.
Kok jadi bahas dia sih, kan gue lagi bahas si basket.
"Lo ngapain disini Li?" Tanya si Basket menginterupsi.
"Jualan karet nasi uduk. Ya kuliah lah dongo!"
"Nggak, tapi kenapa bisa lo satu fakultas sama gue?"
"Kenapa? Lo takut rencana dari bakat terpendam lo itu gagal hah? Udalah Bas, lo tuh udah kuliah. Sadar."
"Gue bakal tobat ngebuaya kalo cewe disini sebuluk selangkangan mimi peri. Tapi nggak Li! Astaga mereka sangat membangkitkan jiwa buaya gue yang telah lama gue pendam Li!" Katanya. Lalu matanya berbinar-binar.
Gue yang dengerinnya cuma geleng-geleng kepala sambil menghembus nafas keras. Gue bilang juga apa. Basket itu buaya murni asli dari rahim emaknya.
"Eh Li, kok lo ninggalin gue sih?! Tungguin dong!!!" Basket berdecak melihat gue yang kabur lalu menyelaraskan gerakan kaki gue.
"Eh kok lo diem aja sih disitu? Kelas lo dimana anak suram?" Gue mendecak emosi ke arah Basket.
"Hah?? Lah? kelas gua disini Li." Katanya masang muka dongo sambil nunjuk kelas disamping gue. Sialan pengen gue gerus mukanya di parutan kelapa.
tERUS KENAPA LO DIEM AJA DISITU MALIH?!
"Jadi kita sejurusan? Kenapa lo ambil Sastra? Kenapa juga harus ngambil jurusan Literatur? Bukannya dulu lo bilang mau ngambil Linguistik?"
"Masih inget aja lo sama gue." Katanya sambil nyengir-nyengir najis.
Gue gak dengerin si Basket dan memilih langsung masuk ke kelas.
"Li, taroin tas gue dong. Gue ada urusan bentar." Kata Basket buat gue jengah dan terpaksa ngambil tasnya.
"Sok penting bat jadi orang, udah dua minggu jadwal perkuliahan aktif dan gue baru tau lo sama gue sejurusan. Absen lo apa kabar bego."
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti
General Fiction[#8 IN MELANKOLIS] 🌻Tentang permasalahan dan bumbu pelengkapnya. Tentang Andrama Ralih yang tidak mengetahui arti namanya. Baskara Candra yang selalu menghangat dan terang seperti namanya. Baskara ; matahari dan Candra ; bulan Dan Daksina Dikara si...