🌻//in picture June iKON as Jogan
Sekarang kita udah ada di rumah Sina yang super duper besar ini. Kaya gini dia kata jelata. Terus gue yang beneran jelata apaan dong? Gue ga yakin tuh shampo suka dia isi air kalo udah abis.
Bahkan kamarnya lebih luas dari teras gue :)
"Sini masuk-masuk, kok lo bedua aja? Mana Joga?" Tanya Sina ke gue dan Baska.
"Nyusul dia, udah Sin cepetan gue ga sabar pengenn masuk. Panas bgt nih." Seru Baska lalu segera masuk
"Lo gak sopan bgt sih kok tiba tiba tidur gini!" Omel gue ke Baska ngeliat dia tiduran di sofa.
Sina cuma ketawa lalu menyuruh kami menunggunya. Si Baska sibuk ngusel-ngusel.
Ngusel-ngusel bantal sofa lah. Kalo ngusel ke gue mah gue injek harta masa depannya itu.
"Bas,"
"Apaansih" Katanya sambil tengkurep di sofa.
"Dengerin dulu goblok!"
"Hm.."
Gue yang duduk di beda sofa agak geram. Lalu gue tarik badan dia sehingga jatoh dari sofa.
"ANJING"
"Astaghfirullah Rali lo kenapasih? Tinggal ngomong. Gue denger iniii" Gumam Baska kesal.Gue yang nggak jawab cuma menatap dia kesal. Sumpah pengen gue injek batang lehernya biar mati sekalian.
"Giliran gini lo ga ngomong Li. Kurang sabar apasih gue punya temen kaya lo." Gerutu Baska emosi.
"Bas,"
"Lo mau nasehatin gue supaya tobat? Iya ini gue tengah berusaha kan-"
"Ih bukan itu," Potong gue kesal. Ini udah gue macem pacarnya yg posesif gak ngebolehin dia deket sama siapapun, sialan. Jijik banget gue.
"Lo sadar nggak dari SMP yang jarang cerita itu si Joga.." Kata gue pelan. Karena gue punya bad feeling kenapa Joga telat. Joga itu manusia anti ngaret. Dia itu bijaksana, bisa ngatur emosi dengan baik, penenang, pemberi solusi, tapi dia jarang meluapkan masalahnya ke kita.
"Iya sih, yang gua inget dari ceritanya juga, dia itu keluarganya hampir cerai kan. Udah lama itu juga pas SMP. Lo inget nggak?" Balas Baska.
"Ahh iya inget gue."
"Sorry gue telat." Tiba-tiba seorang laki-laki bernama Joga itu datang. Memaksa mengulum senyum.
"Nggak usah sok senyum-senyum," Kata Baska serius.
"I know something bad happened.""Gue cuma mau sedekah senyum ngapasi, kaku amat." Kata Joga lalu tersenyum nyengir-nyengir lagi. Gue tau ini kebohongan. Ada luka yang disimpan oleh Prabu.
"Raja juga bisa bersedih, Ga." Timpal gue membuat Joga terdiam.
"Gue tau lo punya tombak kemuliaan, dari nama lo Jogan," Kata gue tenang.
"Tuhan memberi lo tombak berupa pertemanan kita berempat, Ga!" Pekik gue menahan nangis. Gue nggak bisa melihat Joga yang terlihat rapuh. Lihat air mukanya. Sendu."Bukan kesalahan melainkan salah satu cara supaya lo tenang. Cerita ke kita, Ga." Timpal Baska.
"Kita semua dirundung masalah. Kita hidup di bumi. Dimana masalah terus berkait satu sama lain. Selalu ada dalam sekian sela kehidupan. Kita harus kuat, Ga. Ini semua menghantarkan kita ke Surga." Baska menepuk bahu temannya itu.
Joga nggak tahan mengeluarkan air mata. Sebegitu rapuhnya dia sekarang ini. Hati gue seketika kopong. Terlalu sakit melihat teman-teman gue melewati masalah yang dihadapi mereka.
"Menangis selagi lo bisa menangis. Air mata itu menjadi bukti betapa kuat lo untuk bertahan." Lalu gue tersenyum, senyum Joga nggak kunjung pudar. Namun air matanya tetap mengalir deras.
"Orang tua gue akhirnya cerai."
Perkataan itu membuat nafas gue tercekat. Baska pun diam membeku. Bingung ingin membalas dengan perkataan apa. Selama ini Joga yang selalu ngasih solusi. Sekarang dia rapuh.
Sina pun mendengar perkataan itu. Dia udah dateng pas Joga cerita. Makanan yang dia bawa hampir jatoh kalo nggak di tahan sama Joga.
"Dikamar gue aja yuk," Ajak Sina.
🌻
"Mereka memutuskan mengakhiri hubungan mereka beneran. Ayah gue selingkuh sama cewe lain. Gue gak bisa membeci ayah gue. Mama gak membesarkan gue untuk lahir sebagai pembenci. Dari kecil Ayah gue emang suka mainin cewek. Apa lo pada inget pas SMP gue cerita tentang orang tua gue mau cerai," Kita bertiga ngangguk. Air wajah Joga sendu. Rasanya pengen gue minta separuh rasa sakitnya, supaya dia merasakan sedikit lega.
"Dan sekarang terjadi. Sekarang terwujud. Hahahaha," Bukan. Ini jelas bukan Joga yang biasa gue lihat. Tertawa pilu. Hati gue ngilu mendengarnya.Kita semua terdiam. Dengan posisi gue, Baska, Sina menatap Joga lama.
"Kenapasih lo pada? Udahlah. Yang punya masalah gue kenapa lo pada ikut-ikutan sedih gini. Ini yang paling gue benci dari hal berbagi. Gue gak mau liat lo pada sedih." Pekik Joga membuat gue, Sina dan Baska tertegun.
"Lah terus lo mau pas lo lagi cerita kita lempar nuklir?" Jawab Baska tanpa berdosa.
"Ya asu gak gitu juga," Gumam Joga nahan ketawa.
"Ya gue gamau lo pada ikut-ikutan sedih.""Seenggaknya hal ini bikin bebannya rada hilang kan?" Kata Sina berkaca-kaca menahan tangis.
"Lah kenapa lo nangis?" Kata Joga bingung. Iya, bingung mau dipeluk atau nggak.
"HEH HEH JANGAN MEGANG-MEGANG JOGA BUKAN MAHRAM!" Pekik gue buat si otak Rhizopoda—si Baska—yang ada di sebelah gue bersungut-sungut.
"Hehehehhe iya maap. Udah Sinaaa jangan nangis. Gue aja udah biasa aja. Ini semua karena lo pada."
"Kok gue mencium aroma jatuh cinta dalam radius centimeter ya Li?" Bisik Baska tapi kedengeran sama Sina dan Joga.
Gue pun ketawa dan ngeledekin Joga dan Sina. Sepertinya ada bumbu-bumbu cinta yang ditaburkan antara Sina dan Joga.
🌻
Akhirnya kita nonton Wall-E. Robot sampah yang malang dan menyedihkan. Gue nangis di pundak Sina. Buset baju dia basah gara-gara gue nangis. Tapi dia gak ngerasa terganggu sama sekali, dia malah asik nonton dengan cemilannya.
"Ah kambing! ngapasi ini Joga abis sedih kenapa lo setel ini," Sungut Baska ke gue.
"Ih apaansih kok lo nyalahin gue. Lagian lo iya-iya aja yaudah gue-"
"Udah udah. Lo berdua bisa gak sih sehari aja gak ribut."
"Daripada lo, malah demen." Skak. Baska tertawa puas sambil menoleh ke arah Sina.
Gue pun tertawa dan berakhir ngatain Sina dan Joga.
🌻
fix kayaknya gue kerasukan setan maung suka nulis deh jadi bikin cerita gajetot ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arti
Fiction générale[#8 IN MELANKOLIS] 🌻Tentang permasalahan dan bumbu pelengkapnya. Tentang Andrama Ralih yang tidak mengetahui arti namanya. Baskara Candra yang selalu menghangat dan terang seperti namanya. Baskara ; matahari dan Candra ; bulan Dan Daksina Dikara si...