She Is The Queen

84 2 0
                                    

Mobil Ferrari merah muda melaju dengan kencang memasuki gerbang sekolah Pelita Nusa. Semua warga sekolah terkesiap melihat mobil itu memasuki pekarangan sekolah. Tentu saja hal itu dikarenakan si pemilik mobil itu tak lain seorang pemilik sekolah bergengsi ini.

Shaila Raquel Adryian.

Dia kerap di sapa Shaila. Penguasa sekolah berdarah dingin yang terkadang membuat siapa saja merasa takut sekaligus kagum kepadanya. Bagaimana tidak? Ia cantik dengan dandanan naturalnya. Kaya? Tentu saja. Bahkan mempunyai teman-teman yang setia walaupun kelakuannya sama saja. Satu paket komplit lagi, Shaila memiliki seorang Melvin sebagai kekasihnya. Laki-laki berwajah dingin tetapi tampan yang sangat disegani warga sekolahan. Benar-benar membuat iri!

Shaila turun dari Ferrari merah mudanya. Ia berjalan angkuh dengan kacamata hitam yang bertengger dihidung mancungnya. Langkahnya begitu nyata di sepanjang koridor sekolah. Beberapa siswa yang lewat segera menyingkir memberikan akses jalan agar gadis itu bisa lewat.

Shaila mendengus. Tatapan kagum itu menjijikkan. Mereka berusaha menjilat tetapi dengan cara yang murahan. Mereka tersenyum sangat tulus kepadanya dengan harapan dapat berteman. Sayangnya Shaila tahu semua kedok mereka. Karena itu ia hanya berteman dengan orang-orang tertentu saja yang dapat dipercaya.

"Woy!" Teriaknya memasuki kelas. Ia memang kelihatan anggun tetapi sifat barbarnya mendominasi.

Suasana kelas hening mendengar teriakannya barusan. Mereka yang awalnya ricuh menjadi tak berkutik ketika Shaila datang. Tentu saja Shaila masa bodoh dengan hal itu. Ia tidak berteriak ke siswa lain melainkan kepada tiga squad nya di pojok belakang kelas.

"Apaan si lo njing! Pagi- pagi udah teriak-teriak aja. Gak malu lo sama Melvin yang kalem gitu" ucap Aura kesal. Sedangkan Megan dan Carissa memilih diam tak peduli dengan pertengkaran kecil yang akan terjadi selanjutnya.

Shaila mendengus lalu menghampiri teman-temannya itu. Ia menggeplak kepala Aura dengan handphone miliknya yang membuat Aura meringis.

"Sakit bego!! Lo mau gue geger otak hah?" Teriak Aura kesal. Jila sudah begini Megan dan Carissa tidak akan ikut campur.

Memutar bola matanya jengah, Shaila mendesis kesal.

"Lo gak bakalan geger otak cuma karna hp gue doang"

"Ya tapi sakit Sha. Lo sih mukulnya kekencengan"

"Yaiyalah sakit njing. Orang gue mukulnya pake hp bukan tisu juga"

"Ya tapi_

"Udahlah ra, sha. Ribet amat deh lo berdua. Mending sono lo live ig aja kek biasa" ucap Megan menengahi. Kepala gadis itu mumet dengan tingkah laku kedua temannya itu. Tidak habis-habis.

"Ho'oh" jawab Shaila mengiyakan.

Sebelum membuka ponselnya, ia memandang ke luar jendela dengan perasaan tak menentu. Belakangan ini ada begitu banyak terror yang masuk ke nomornya. Shaila mengacuhkan pesan-pesan asing itu dengan berusaha berpikiran positif. Tapi nihil. Apalagi salah satu isi pesan itu berisi ancaman terhadap nyawa Melvin. Iya Melvin kekasihnya. Hal itu yang membuat Shaila heran. Jika memang si peneror memiliki masalah kepadanya mengapa ia harus membawa-bawa Melvin? Tentu saja itu jadi beban pikiran bagi Shaila. Dan yang semakin membuatnya bingung, Melvin tak ada di depan kelas. Kebiasaan laki-laki itu selalu datang ke kelasnya dengan membawa senyuman hangat yang terpancar di bibirnya. Tapi kali ini?

"Menung ae lo nyet! Nyari siapa lo?" tanya Carissa seraya menoel-noel bahu Shaila. Gadis itu mendecih tak suka. "Kalau lo tau gak usah di tanya lagi!" Jawaban ketus Shaila membuat Carissa kesal.

"Ya udah lo cari dong kunyuk. Kalau khawatir tu gak usah sok-sok an dipendam" Megan menimpali dari samping sambil membenahi lipt nya yang sedikit acak-acakan.

"Iya ya. Kok jadi kalian yang bawel sih. Gue mau pergi nih, jangan di comot cemilan di dalam tas gue. Awas!" Peringatnya kepada mereka bertiga.

"Iya udah sono" kikikan geli terdengar dari ketiga temannya. Shaila mendengus. Untung teman!

Shaila mempercepat langkah kakinya. Berusaha mendial nomor Melvin dan berharap akan di jawab. "Mel lo di mana sih? Jangan buat gue khawatir bisa gak?" Shaila menggerutu panjang di setiap langkahnya. Matanya berusaha menelusuri lapangan basket. Tapi tetap tak ada tanda-tanda manusia macam Kalvin.

Eh tunggu dulu?

Shaila memicingkan matanya menatap dua laki-laki yang berada di sudut lapangan. Terlihat dari jauh mereka seperti hendak memukul satu sama lain. Dan Shaila mengenal satu diantaranya. Ia mendekat, berjalan pelan tanpa mengalihkan perhatian mereka.

"Itu ngapain lagi! Ckckck"

"Simple Vin gue cuma minta cewek lo. Setelah itu masalah kita kelar" dengan santai sosok yang di hadapan Melvin mengatakan kalimat keramat itu. Ia tidak mempedulikan wajah Melvin yang sudah mengeras. Shaila bergidik ngeri, sebenarnya apa masalah Melvin dengan laki-laki dihadapannya itu?

"Mel" Shaila memanggil pelan kekasihnya. Namun Melvin menatap Shaila dengan tajam. "Ngapain lo disini? Udah balik ke kelas sana!" Usir Melvin dengan tegas.

Shaila cemberut, apa-apaan ini?

"Gue nelfon lo gak lo angkat Mel. Dan ini siapa?" Shaila menunjuk laki-laki berambut cepak itu.

"Kenalin gue Ruly, dan lo pasti Shaila kan?" Shaila mengangguk namun firasatnya buruk mengenai hal ini.

Melvin segera menarik lengan Shaila dengan cepat. Tatapan lapar yang diberikan Ruly kepada Shaila membuat kepala Melvin mendidih. "Mending lo ke kelas Sha daripada gue marah sama lo"

Shaila tak terima dan langsung melepaskan cekalan tangan Melvin. "Bentar deh. Keknya firasat gue bener" Melvin maupun Ruly mengernyit tak mengerti.

Shaila mengambil ponselnya yang berada disaku. Mencari nomor peneror yang belakangan ini membuat darahnya ikutan mendidih.

"Lo tau nomor ini?" Shaila menyodorkan ponselnya ke Ruly. Tampak laki-laki itu tergagap melihat nomor yang tertera di layar kecil milik Shaila. Seketika Shaila tersenyum miring.

"Oh jadi lo yang neror gue!?" Shaila tersenyum sinis. Beda dengan Melvin, ia semakin mengetatkan rahangnya mengetahui Shaila diteror beberapa kali oleh Ruly.

"Kok diam? Oh satu lagi, lo main curang dalam balapan kemaren kan?" Ruly semakin tergagap. Dari mana gadis ini tahu semuanya? Dan Siapa lawan yang ia temui ini sebenarnya?

"Jawab dong! Gue cuma mau kepastian lo" Shaila mengembangkan senyumnya. Senyum mematikan yang membuat Melvin ikut-ikutan bergidik.

Shaila menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir. Ia mendecih, sementara itu Melvin masih berusaha mengatur emosinya untuk tidak memukul wajah sengak sosok di hadapannya.

"Gue lagi gak berminat main-main Ruly! Dari pada kelakuan lo gue aduin ke polisi mending lo sekarang pergi!" Shaila berucap dingin. Tatapannya begitu tajam dan menusuk. Siapapun akan merasakan hal yang sama jika di posisi Ruly. Yang pasti dia ketakutan.

Tanpa menjawab, Ruly berlari meninggalkan Shaila dan Melvin. Shaila tergelak melihat laki-laki itu yang sangat ketakutan sepertinya. Dasar, itu saja sudah takut!
Namun Melvin yang tepat berada di sampingnya tetap tak mengeluarkan ekspresi apapun.

"Mel! Lihat deh! Kek nya gue berbakat ya jadi setan" Shaila terkikik geli mendengar ucapannya barusan, sedangkan Melvin menatapnya aneh.

"Mana ada orang mau di anggap setan Sha. Lo orang paling aneh." Shaila mencibir, tak mau menanggapi keseriusan dari omongan Melvin. Humor nya jelek banget, dengusnya.

"Tapi" Melvin berucap tiba-tiba namun masih menggantungkan ucapannya itu.

"Tapi apa?"

Melvin menyeringai, "Tapi lo yang tadi emang kayak Devil atau lebih tepatnya lo itu Queen" Shaila tersenyum penuh arti mendengar hal itu. Langsung saja ia mencolek dagu Melvin, "bilang aja mau muji gue tapi lo belit-belitin deh" goda Shaila.

Laki-laki itu memutar bola matanya namun sepersekian detik ia langsung memeluk Shaila, "iya deh lo yang jadi Ratunya, ratu dimana pun" ucap Melvin mengusap surai panjang milik Shaila. Mereka langsung tertawa bersama karena ucapan Melvin. L

Barbar Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang