Kita saling tahu, tapi kita tidak saling kenal. Kita sering bertemu dan berpapasan, tapi kau jarang menatapku. Kau lebih sering menunduk dan melihat ke arah lain. Aku ingin sekali tahu siapa namamu, tapi susah sekali rasanya. Teman-temanku itu selalu ribut saat kita bertemu dan aku tidak bisa mendengar temanmu memanggilmu. Name tag-mu juga selalu tertutup oleh rambutmu.
"Halu lo tuh, Yen, sumpah."
Suaramu tiba-tiba terdengar kian jelas. Derap langkah makin mendekat. Biar ku tebak, itu pasti dirimu dan temanmu yang cerewet juga temanmu yang kalem.
"Iya, makin hari makin parah."
"Inget, Yen, halu boleh, tapi sesuai dosis."
"Kalo bisa dikurang-kurangin deh, gak baik ngehaluin jodoh orang."
Kamu dan nasihat-nasihat sederhana baru saja melintasi alur waktuku. Ah, hal-hal sederhana yang biasa aku dengar dan sangat menarik. Jika bisa meminta, bolehkah? Boleh aku merasakan rasanya dinasihati olehmu? Cara bicaramu sederhana, tapi sangat menarik. Tidak seperti kebanyakan gadis, kamu berbeda dengan mereka dan itu kian membuatmu menarik. Ah, andai aku tahu namamu.
