2.

30 5 1
                                    

"Abang libur berapa hari?" Tanya Rere memulai percakapan dengan Abangnya yang baru saja pulang.

Egal baru saja mendapat cuti yang cukup lama. Jadi dia ingin menghabiskan waktu dirumah bersama keluarganya. Ia juga rindu pada adik perempuannya ini yang sangat menyukai gulali. Mungkin cuti kali ini akan sangat dimanfaatkan waktunya untuk bersama keluarga

"Sebulan" Jawab Egal. Abang Rere.

Rere hanya ber 'oh' ria dan melanjutkan menonton tv nya. Sepertinya agak sedikit canggung bicara dengan abangnya seperti ini. Mungkin Rere harus menunjukkan sikap seorang adik yang patuh atau periang atau mungkin juga menjengkelkan? Rere aka berusaha mencairkan suasana ini.

"Bang" Panggil Rere.

"Hm?" Egal yang masih berkutat dengan ponselnya hanya menjawab cuek.

"Bang! Ish nengok apa kalo dipanggil" Ucap Rere kesal.

"Apa sih Re" Jawab Egal santai.

"Abang ngga kangen apa sama Rere?" Tanya Rere spontan. "Abang kayanya cuek banget sama Rere" Timpalnya.

Egal berhenti memainkan ponselnya dan menatap Rere bingung seperti 'ada apa dengan anak ini' Lalu Egal hanya mengusak rambut Rere lembut dan berkata "Oh ini yang suka ngangenin diem diem" Ledek Egal.

Rere mencubit tangan Egal dengan keras dan segera bangun sambil menghentakkan kakinya menuju kamar. "Ledekin aja trus. Orang maunya diperhatiin malah diledekin. Siapa juga yang ngangenin Abang. Kurang kerjaan" Dumel Rere.

Egal hanya cekikikan melihat tingkah adiknya yang sudah remaja tapi masih saja ada aura kekanakkan. Egal sangat menyayangi Rere tentunya. Sewaktu Rere lahir, Egal dititipkan pesan oleh Bunda agar selalu menyayangi adiknya hingga dia tua. Dan sekarang waktu terasa cepat. Adiknya sudah tumbuh dengan baik dan juga cantik.

?¿?

Hari ini hari pertama Rere masuk sekolah barunya. Rere sedikit gugup dan juga sedikit senang. Entah rasa itu menguasai hati Rere sejak pagi. Penampilan Rere hari ini berbeda. Jika kalian melihat Rere yang sering dikepang setiap harinya. Sekarang Rere hanya menguncir rambutnya formal. Dia hanya menambahkan jepitan hitam untuk poninya yang cukup panjang. Tak lupa dia selalu membawa saputangan kesayangan dari sahabatnya di Bandung. Siapa lagi jika bukan Rara. Itung itung itu adalah hadiah perpisahan.

Rere menuruni tangga dan mengucapkan selamat pagi dengan ceria. Mendarat di meja makan dan melahap semua sarapannya dengan nikmat. Setelah itu Rere bergegas mencari sepatunya dan pamit pada keluarganya. Rere diantar oleh Egal sampai sekolah. Lumayan Egal ada kerjaan dirumah selama liburan.

"Rere masuk ya bang" Ucap Rere sebelum berpisah.

"Hati hati. Jangan nakal disekolah. Belajar yang bener. Salam buat cewe cantik kalo ada. Hahaha" Balas Egal dengan candaan.

Rere hanya memicingkan matanya dan segera menutup pintu mobil. Rere berjalan gugup memasuki gerbang sekolah. Banyak sepasang mata yang menatapnya asing.

'Namanya juga murid baru' -batin Rere.

Hari ini bukan hari senin. Jadi Rere tidak perlu canggung untuk ikut upacara. Karena dia belum punya teman. Makanya dia beruntung sekarang tidak upacara.

Rere pergi ke ruangan dimana kemarin ia bertemu Bu Evi. Rere mendapati Bu Evi sedang berbicara dengan guru lain. Dan Rere tidak mengenalnya. Bu Evi yang sadar akan kehadiran Rere langsung menghampiri Rere sambil memancarkan senyuman yang sumringah. Diajaknya masuk Rere kedalam ruangannya.

"Ibu seneng banget kamu bisa keterima di sekolah ini Re" Ucap Bu Evi senang.

"Iya bu. Rere juga seneng banget bisa keterima. Tapi Rere bisa masuk sini juga karena ibu kan" Jawab Rere merendah.

REFARELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang