BAGIAN SATU

477 32 35
                                    

©vtripitaloka


" Dewanta Rakabuming "

Nama yang baru saja ku dengar itu nyaris membuat jantungku keluar dari tempatnya, mataku buyar dari titik fokusnya, dia­ㅡlaki-laki yang kerap ku dengar namanya disebut-sebut oleh guru . Bukan karena prestasi yang membanggakan, melainkan karena kelakuannya yang keterlaluan.

Jujur, aku suka dengan namanya itu. Mirip seperti seorang pahlawan. Tapi
percayalah kalau hanya namanya saja yang seperti nama Bapak Pendidikan.

Dan ku pikir sepertinya, sang ibu salah memberikan nama itu padanya. Sebab kelakuannya yang...

Argh!

Contohnya beberapa waktu lalu , dia di hukum guru karena membawa motor ke sekolah sampai ke koridor bawah pada saat jam pulang berlangsung. Alasannya untuk efisiensi waktu. Padahal, di ujung koridor, jauh dibelakangnya, satpam paruh baya bertubuh gempal tengah berlari tergopoh-gopoh sambil meneriakinya "HEI , ANAK BANDEL, BERHENTI !! "

Tak habis itu saja kenakalannya, dia juga pernah terlibat tawuran yang melibatkan sekolah luar, sok jago sekali 'kan?

Perihal dia yang terlambat datang ke sekolah lalu masuk melalui pagar tinggi dengan kawat- kawat di atasnya, sudah jadi hal lumrah yang sering ia lakukan.

Dia bahkan pernah mengajak teman-temannya bolos sekolah dan nongkrong di warnet. Keesokan harinya ketika Arfanㅡketua kelas di kelas kami bertanya kenapa. Dan kalian tahu apa jawabannya? Karena dia tidak menyukai guru mata pelajaran pada saat itu. Alasan yang terlalu barbar, bukan?

Sudahlah.

Semuanya sudah khatam Sonya ceritakan kepadaku. Tidak hanya kekurangannya, tapi juga kelebihannya. Tapi, aku tidak akan memujinya untuk itu, karena aku tahu, semua kelebihan tentang lelaki itu hanya obsesi dari Sonya semata.

Ah, jangan anggap aku meremehkannya.

Tidak.

Benar-benar tidak.

Baiklah, kalau kalian ingin tahu kelebihannya.

Dia... tampan.

Hanya itu, cuma itu.

Dan itu membuat telingaku panas dan siap mengeluarkan lahar karena terlalu sering mendengar pujian-pujian sejenis itu.

Ngomong-ngomong, perkenalkan, namaku Meira Sarasvati. Usia 16 tahun dan masih lajang. Ma'af, bukan promosi, hanya sekedar memberi tahu. Pun kalau ada lelaki yang menyukaiku sekarang, sepertinya aku bukanlah tipemu. Sebab, aku adalah perempuan yang tidak mudah bergaul, kaku, monoton, tidak peduli dengan sekitar, cuek, pelit, tidak pandai dalam bersajak bahkan hanya sekedar merangkai kata seperti ucapan "Selamat malam. Semoga mimpi indah, sayang." Serius, itu bukan aku. Aku benar-benar monoton dalam segala hal, hal itu juga berpengaruh dengan lingkup pertemananku.

Aku memiliki tiga orang yang benar-benar akrab dan tahu bagaimana aku, gadis yang lahir berbeda dari dua saudara lainnya.

Mereka itu, Erine, Sonya dan Tomy.

Pertama Erine Slivanka Hutapea, aku mengenal Erine ketika duduk di bangku sekolah menengah pertama. Dia punya wajah khas orang timur, rambut keriting yang lebih sering diikat kuda, dengan mata yang tajam dan bibir tebal berwarna merah muda. Sungguh, aku mengidamkan bibir milik Erine, yang kalau orang bilang "seksi". Dia punya suara cempreng dan memekikkan telinga. Namun, suara cemperengnya itu punya keistemewaan sendiri ketika ia menyenandungkan lagu. Suaranya merdu dan tajam serta punya napas yang panjang. Para guru bahkan menjulukinya, si Judika versi perempuan. Dia sering menjuarai event dan lomba menyanyi di dalam maupun luar sekolah. Rencananya, beberapa hari lagi ia akan mengikuti kontes audisi menyanyi yang akan diadakan di kota setempat. Impian anak itu sederhana, yaitu bisa masuk tv.

Dewantara | SunshineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang