Chapter 2 - Kepulangan

0 0 0
                                        


Enjoy~

Soekarno-Hatta Airport, Indonesia.

Terlihat sebuah pesawat dari agensi penerbangan internasional baru saja melakukan pendaratan di salah satu landasan bandara internasional Soekarno-Hatta. Pesawat dari agensi Air Asian berseri AL 2108022.

Di antara para penumpang dalam pesawat Air Asian itu terdapat seorang pria muda yang terlihat tengah terlelap dalam tidurnya sebelum kemudian sebuah pengumuman dari kru awak dalam pesawat itu membangunkannya.

"Dear passengers, welcome to Jakarta, we have landed at Soekarno-Hatta International Airport, we invite you to stay seated until this plane completely stops in its place and the warning lights put on the seat belt are put out. Our flight has ended today on behalf of Air Asian, captain Jack, and all the flight crew on duty say goodbye and hope to meet again on another Air Asian flight next time. Before leaving the plane, we remind you to check your cabin baggage so that no items are left behind. Passengers with advanced flights please report to the aircraft transfer service in the flight room. thanks."

Selama beberapa saat pria muda itu tetap menikmati dirinya terlelap dengan di temani udara dingin yang keluar dari AC pesawat di atasnya.

Beberapa penumpang dalam pesawat itu kini tengah bersiap-siap, merapikan dirinya masing-masing sebelum berdiri dari kursi tempatnya dan memeriksa barang bawaannya sendiri.

Merasa terganggu dengan kebisingan yang berada di sekitarnya, pria muda itu perlahan membuka matanya memperlihatkan manik hitam khas asia. Pria muda itu tetap berdiam di posisinya, seperti sedang mencoba mengumpulkan kesadarannya sebelum mengarahkan pandangannya kearah jendela pesawat. memperhatikan sebuah kata yang tertulis di pintu depan.

"Welcome To Indonesia"

Senyum kecil terlihat di wajah pria muda itu saat dirinya memperhatikan kata-kata yang tertulis di sana.

"Haah...sudah Empat tahun yah"

...

Memainkan Smartphonenya sambil menyeruput buavita rasa jambu yang di belinya beberapa menit yang lalu, itulah yang sedang dilakukan Vania.

Sementara Perempuan di sampingnya sedang mengarahkan pandangannya ke arah pintu penerimaan penumpang dari penerbangan internasional dengan fokus.

Dan perempuan itu melakukannya selama tiga puluh menit tanpa berkedip. saking fokusnya, mata Nanny bahkan sudah memerah.

"sebenarnya apa yang sedang kau lakukan Nanny?" Vania melihat Nanny di sampingnya, sedikit kasihan melihat mata sahabatnya sampai memerah karena tidak berkedip selama tiga puluh menit.

"bukankah sudah jelas? Aku sedang memperhatikan pintu penerimaan penumpang internasional, Vania" ujar Nanny tanpa menolehkan kepala pada Vania.

"kasihan juga kamu Nan..." Vania melangkahkan kakinya menuju tempat sampah di sekitar mereka dan membuang kemasan buavita miliknya yang telah habis di minum. "...Nanti aku bantu deh"

"Hah? Aku kasihan kenapa coba?" tanya Nanny, tidak mengerti dengan kata-kata Vania yang di tujukan padanya.

"Yah, aku kasihan karena saking lamanya kamu ngejomblo bahkan pintu pun kamu perhatikan segitunya juga" mendengar kata-kata Vania membuat Nanny kesal.

"humor kamu itu garing banget Van" cibir Nanny saat melihat tatapan prihatin Vania yang selalu bisa membuatnya emosi.

"yang mau ngehumor siapa coba? Kan yang aku bilang memang benar" tak mau kalah, Vania melihat Nanny dengan setengah hati.

"Maksudnya aku lihat kesana kan mau tahu Kak Bara sudah keluar atau belum" jelas Nanny, merasa agak kesal dengan perempuan di samping yang sedang merogoh sesuatu dalam tasnya.

"Kamu ngapain Van?"

memperhatikan Vania yang tengah merogoh sesuatu dalam tasnya membuat Nanny jadi penasaran.

"Ngeden Nan" kata Vania asal. merasa sudah mendapatkan yang di cari, Vania mengeluarkan buavita rasa jambu di dalam tasnya.

"lama-lama kamu bikin emosi terus yah,Van" ucap Nanny melihat Vania dengan kesal sementara cewek yang bersangkutan itu kembali menyeruput buavita rasa jambu yang baru di ambil dalam tasnya.

"yah makanya jangan emosi dong" ucap Vania menatap malas Nanny, membuat Nanny agak terengah-ngengah.

"Sabar..." guman Nanny pelan.

Menunggu.

Itulah yang tengah di lakukan kedua gadis itu di Bandara, menunggu seorang cowok yang berstatus sebagai Kakak Devania Indri Wijaya yang rencananya akan pulang dari perjalanan karirnya selama empat tahun.

Tidak berselang lama, seorang cowok dengan earphone di lehernya dan sedang menyeret satu buah koper besar tengah melangkahkan kakinya ke tempat Vania dan Nanny yang telah menunggu.

"Halo Adek, sudah lama yah gak ketemu" ucap cowok di depan Vania, membuat Nanny yang berada di samping Vania itu terpana diam.

"...Kak Bara?" menatap cowok di depan Vania dengan tatapan tidak percaya, itulah yang ada sekarang di lakukan Nanny.

"Iya dong Nan, masa kamu lupa sama aku sih" tersenyum kecil pada Nanny, Bara menegakkan koper besar di sisinya. "aku kan ganteng"

"Kepedean banget" ucap Vania, menatap bebal cowok di depannya. "tahu diri dong"

"pedas kayak biasa yah Van" melihat perempuan yang sedang menatapnya bebal, Bara meringis kecil.

"bodo amat" balas Vania sambil menyeruput buavita miliknya.

"Kamu jangan gitu juga kali, Kakak sendiri kok" tegur Nanny. "kualat, tahu rasa kau"

"gak bakalan Nan" ucap Vania dengan melirik Bara yang tersenyum memandang dirinya dan Nanny.

"tetap saja gak boleh kayak begitu Van"

"sudah Nan, gak apa-apa kok" melihat keduanya mulai adu mulut lagi, Bara mencoba menengahi. " Aku udah biasa, mulutnya Vania itu gak ada remnya"

"capek nih pulang yuk" rengek Vania sembari kembali menghabiskan buavitanya.

"kadang aku bingung hadapin sikap kamu yang suka berubah-ubah kayak begini Van" Nanny melirik Vanny dengan bingung.

"bahas itu nanti saja yah, kita pulang dulu" memperhatikan jam tangannya menunjukkan pukul enam malam, Bara merasa agak lelah sekarang. "masih capek nih"

"nah dari tadi kek, aku juga capek" ketus Vania, berbalik ke arah pintu keluar dan melangkah pergi meninggalkan Nanny dan Bara di belakangnya.

....


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 29, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

BaniaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang