"Bukan cerita nelangsa akan cinta, tapi kesabaranku ditekan untuk mencari dan mengait tali takdir."
Park Jihoon, 22 tahun, seakan mengalami krisis kehidupan—padahal seperempat usia abad pun belum juga ia injaki.
.
.
"PARK JIHOON!"
Oh tidak, teriakan melengking menggema di seluruh sudut empat dinding apartemen studio, minimalis, ada dua kamar dan seharusnya elok dipandang jika saja seisi ruangan bukan merupakan representasi nyata dari kapal pecah terkena sapuan ombak di air pasang.
Membuat batin setiap manik menyapa bertanya,
SIAPA PEMILIK APARTEMEN MENGERIKAN INI? PEMILIKNYA PASTI MANUSIA SERAMPANGAN TAK TAHU APA ITU ARTI NILAI KEBERSIHAN, KEINDAHAN DARI SETIAP SUDUT DIPENUHI SETIAP BENDA YANG SEHARUSNYA DILETAKKAN PADA HABITAT SEMULA.
"PARK JIHOON! INI KAMAR ATAU TEMPAT PEMBUANGAN SAMPAH?"
"Uh, Ahn Hyungseob, perlu ku ingatkan untukmu agar jangan dekat-dekat dengan Minhyun sunbae." Gumpalan daging pengisi total selimut berwarna kuning pudar, membuatnya terlihat seperti telur gulung live action berujar semalas-malasnya. Kepala bermahkota madu, menyembul dari balik selimut, enggan membuka kelopak mata dari tempat persinggahannya. Padahal kesadarannya sudah terkumpul parsial mendengar pekikan venom dari sosok manis berstatus sahabat seperpopokannya, Ahn Hyungseob.
Bagaimana tidak? Seolah tiap dinding memantulkan gema pekikan nyaring dari Hyungseob.
Sirna sudah harapan semula untuk menghindari kenyataan kalau—
"Ck, selalu saja pintar mengalihkan topik. Obsesi Minhyun sunbae tak ada kaitannya dengan omelanku padamu. Semua orang yang mempunyai mata dan kewarasan juga bisa tak tahan melihat betapa hancurnya rumah mungilmu ini, Park!"
Lelaki berparas manis pelaku nomor satu kemarahan Hyungseob pagi ini hanya merengutkan bibirnya sebal, "Seob-ah, bisakah kau berbicara pelan-pelan saja? Aku ini hanyalah seorang manusia biasa, baru saja terbebas dari cobaan dunia empat tahun..."
"Maksudmu kuliah?"
"Isshhh..." Mendesis tak karuan karena rentetan curahan akan cobaan hidupnya terpotong begitu saja, manik bulat bergelimang tak fokus milik seorang Park Jihoon—atau sebut saja pemeran utama dari kehidupan monotonnya—akhirnya menampakkan eksistensinya, "Jangan memotong ucapanku, Hyungseob!"
Hyungseob, sudah terduduk di sisi ranjang kosong yang tak ditempati Jihoon. Menatap jengah sosok mungil sahabatnya, siap mendengarkan narasi atau orasi Park Jihoon tentang kehidupan abu-abunya, "Ya, terserah kau saja. Cepat lanjutkan apa yang ingin kau keluarkan!"
Oh, goody-shoes baby Hyungseob is a good baby.
Jihoon mengulas senyum kemenangan, "Aku hanyalah Park Jihoon, usiaku menginjak 22 tahun, baru saja merasa merdeka setelah selesai mendengar putusan sidang wisuda kalau aku lulus dari jurusan membosankan bernama Ekonomi tepat sebulan yang lalu. Sedang menunggu antrean wisuda, siap menerima kenyataan aku akan menghabiskan waktu dari jam 9 sampai jam 5 di depan komputer untuk menghidupi kebutuhanku"
"Tapi kau kan sudah diterima di perusahaan software tempat magangmu kemarin, Park Jihoonku sayang."
Jihoon kembali mendelik ke arah Hyungseob si pemotong ucapannya, Hyungseob menghela napas resah, "IYA LANJUTKAN!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ba-DUMP
RandomBadump badump Suatu koleksi. Cuma corat coret tidak jelas pendek/sedeng/panjang tentang winkdeep. Just bae jinyoung x park jihoon. NOTHING ELSE. PERIOD