Tired (II)

161 21 46
                                    

(Warning : this is way way longer than the first one, mostly Jinyoung's pov, and curses everywhere, and i'm not even kidding, this is a whole 6k words, WHAT AM I DOING!!)







"Jadi untuk jadi pemenang aku harus selalu disalahkan?"

Bae Jinyoung, 26 tahun, dikejar-kejar anak buah sang ayah tiga per empat tiran sejati untuk kembali ke rumah, berakhir mengeluh karena terjebak dalam drama rumit memusingkan.
.
.
.






Sebuah pusat perbelanjaan besar di tengah kota Seoul tengah dipenuhi lonjakan pembeli, semua orang melenggang masuk ke sana dengan mata berbinar, bergelimang senang karena kata 'diskon'.

Termasuk pelaku cerita bernama Ahn Hyungseob yang terus menggerutu setelah mendapatkan balasan chat singkat dari Jihoon siang ini.

Jihoon babo

Seobie, kalau kau belanja, aku ingin menitipkan sesuatu, tolong belikan satu kardus susu pisang langgananku, dua bungkus roti tawar, dua buah selai coklat, tiga buah selai stroberi, satu kardus ramyeon, dan hm apa ya sudah itu saja. Merknya akan ku kabari lagi, tapi kau sudah tahu susu pisang langganan ku kan? Terima kasih sahabatku 😘❤️❤️

ITU SAJA KATANYA?

Setelah belanja tangannya akan patah karena membawa belanjaan Park Jihoon.

Astaga keburukan macam apa yang pernah ia lakukan di hidup masa lampaunya sampai-sampai Tuhan menghukumnya dengan membuatnya harus mengurusi Park Jihoon selama 22 tahun lebih, manusia manis pemilik hobi sok cool, padahal tak ada ubahnya bak bocah berusia lima tahun.

"Hoi..."

Sebuah senggolan di lengan dan panggilan tertuju padanya muncul. Hyungseob mengalihkan atensi semulanya ke arah sumber suara. Ada Hwang Hyunjin di sampingnya dengan senyum lebar menawannya.

"Lama tidak bertemu denganmu, Seob-ah. Terakhir bertemu denganmu saat persiapan sidang. Apa kabarmu?"

Hyunjin merangkul bahu Hyungseob seraya mengajaknya lebih masuk ke dalam pusat perbelanjaan. Hyunjin yang malang sama sekali tak menyadari teman sekelasnya ini siap meledakkan isi kepalanya akibat pesan menjengkelkan Jihoon.

Apalagi menanyakan kabarnya, hahaha.

"Kau mau tahu kabarku? Kabarku jauh dari baik, komplotan tidur di kelasmu, si Park Jihoon menyebalkan satu ini baru saja mengirimiku pesan agar aku membelikan keperluannya. Dia memang gila ughh kenapa kita mau ya berteman dengannya?"

Hyunjin tertawa mendengarnya, terlampau sering mendengar keluhan Hyungseob mengenai Jihoon, "Wah mana ku tahu, tanyakan juga pada dirimu masa kecil, kenapa bisa mau dijadikan ibu kedua Park Jihoon."

Hyungseob langsung melengos dari rangkulan Hyunjin--saat mereka mendekati rak susu pisang keinginan Jihoon, mengingat si manis bersurai madu, Hyungseob kembali menatap Hyunjin, "Oh ya, kau sudah tahu belum sepupumu itu sekarang satu apartemen dengan Jihoon. Pemilik apartemen menyewakan satu kamar lainnya dan kebetulan sepupumu lah orangnya."

Oh, Hyunjin mengernyitkan keningnya, "Jinyoung hyung?"

"Tentu saja, the one and only Bae Jinyoung. Dan sejak saat itu, frekuensi marah-marah dan juga rengekan Jihoon padaku bertambah berkali-kali lipat. Katanya hidupnya semakin susah akibat kedatangan sepupu pengembaramu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 20, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ba-DUMPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang