.
.
.Awan-awan hitam bergerak dengan cepat sore itu, tidak lama kemudian hujan pertama di bulan September jatuh mengenai kepalaku. Awalnya hanya gerimis yang lama-lama deras hampir membasahi tubuhku jika tidak ada lantai teras ruko-ruko yang berjejeran di seberang jalan untukku berteduh.
Setelah berhasil menempati diriku di atas lantai teras salah satu ruko yang sedang tertutup itu, aku melihat beberapa anak sekolahku yang juga sedang berteduh, namun sial tidak ada yang aku kenali satupun.
Aku merapikan rambutku yang sudah sedikit lepek akibat sempat di guyur hujan, kemudian mengeluarkan sebuah headphone dari dalam tas, menyambungkan kabelnya ke dalam ponsel untuk mendengarkan podcast yang dibawa oleh dia.
Iya dia, seseorang yang akhir-akhir ini sudah berani aku sapa duluan, sudah berani aku telpon pagi-pagi sekali atau tengah malam saat aku terjaga dari tidurku.
Sebelum memasangkan benda kecil itu di telingaku, aku menyempatkan diri untuk menoleh kedepan. Dan ah, dia di seberang jalan, berdiri di antara teman-teman sekelasnya di halte dekat gerbang sekolah.
Saat suaranya mengalir di gendang telingaku, menyapa dengan hangat sampai membuat kedua sudut bibirku tersenyum, senang sekali rasanya padahal bukan hanya aku yang disapanya.
"... jadi Ja, tadi gue uda kasih pertanyaan di instagram gue tentang Relationship Goals tuh kan, jawaban yang mereka kasih pun beragam tuh,"
Aku disini masih menatapnya, dan beberapa detik kemudian aku melihatnya menoleh kedepan. Pandangan kami bertemu, aku bisa melihatnya mengangkat tangan bermaksud melambai yang ku balas dengan anggukan dan senyum senang.
Kemudian aku melihatnya berbicara pada temannya, sepertinya dia memberi tau jika aku sedang di seberang hingga teman-temannya ikutan menoleh ke arahku. Detik berikutnya aku tau jika dia sedang berpamitan pada teman-temannya untuk menemuiku disini.
"....menurut lo sendiri gimana, Ja? Asik nih gue nanya sama yang ahlinya langsung hahaha..."
"hahaha, gimana ya? setiap hubungan kan memilik goals mereka masing-masing kan?...."Aku melihatnya merentangkan tangan kirinya pada arah jalan dengan sedikit berlari melawan derasnya hujan sore itu, matanya yang tajam sesekali mencuri pandang ke arahku tapi fokusnya tetap pada jalan yang yang di lewati beberapa mobil.
".... gue ada di tipe yang senang banget jika pasangan gue bisa ceritain apa-apa ke gue, Ja. Kayak misalnya dia..."
"Hai!" Aku mendengar suaranya lebih nyata, dia berdiri di depanku, kemudian menarik hidungku kilat sebelum kemudian menempatkan posisinya di sebelahku.
"Saka ih kebiasaan!" aku mendongak menatapnya sedikit kesal.
"Hahaha gemes siii." tawanya lebih nyata, apanya yang gemes coba?
Aku melepaskan headset dari kedua telingaku, malas jika nanti aku ketahuan mendengarkan kontennya dia, pasti di ceng-cengin.
"Denger apaan tadi? podcast nya aku kan pasti?" nah kan, belum tau aja pertanyaannya uda tengil begini. "Yeee gr, aku denger Shawn nyanyi kok."
Aku melihatnya terkekeh kecil, tangan kanannya mengacak-acak poniku, sedetik kemudian tangan itu berpindah kebahuku, mendekatku kesisinya. "Aku ngga pake jaket, gini aja ya biar ngga kedinginan." aku mendengarnya berbisik lembut.
Aku masih mendongak, kemudian ikut membalas senyumnya. Tatapannya teduh, rengkuhannya hangat, bisa meredakan sedikit hawa dingin yang sedari tadi menyapa kulitku.
Aku selalu suka senyuman itu, selalu mengagumi makhluk ciptaan Tuhan satu ini, dan aku mencintai pada yang sedang merengkuh bahuku sekarang.
Ini tentang dia, tentang seorang cowok yang berhasil membuatku merasa di cintai, seorang cowok bernama Erlangga Saka Afkari.Hai Saka!
-Sabrina Athayya Queensy
■ ■ ■
Hallo🤗
Terimakasih sudah membuka lapak ini💛Salam Hangat
KAMU SEDANG MEMBACA
September Milik Sabrina
Teen FictionDulu saat pertama aku mengenalmu, aku ingat sekali doa ku waktu itu. "Semoga kamu jadi teman baik." Tetapi, saat takdir mempersatukan kita, doaku berubah jadi. "Semoga tetap begini, semoga tidak ada luka yang sakit, jika pun ada semoga kamu yang jad...