Rumah Rafif

28 1 0
                                    






Bunda Naila meuangkan susu kedalam gelas terakhir yang sudah aku isi boba didalamnya. "Bawain gih buat mereka." ujar Bunda ketika di lihatnya semua gelas sudah terisi penuh. Aku mengangguk, "Siap bunda, laksanakan."

"Tut...tut....tut air panas-air panas!" nyanyiku riang saat melewati Okan dan Awan yang sedang main ps di ruang tengah.

Aku meletakkan nampan yang berisi lima gelas minuman dan dua piring pie buah ke atas meja kecil di depan bufet.

"Merapat-merapat!" seru Okan sembari meletakkan stick ps nya.

"Si kunyuk satu lagi kemana dah Sab?" Tanya Awan saat sudah duduk di atas sofa. Aku menepuk jidatku ketika baru menyadari kalau Saka belum hadir.

"Di depan dia, baru sampe." suara Rafif menginterupsi, memberi jawaban atas pertanyaan Awan baru saja.

"Sorry lama, macet euy!"

Aku segera menoleh ketika suara itu terdengar dari arah ruang tamu. Senyumku merekah lebar, kemudian melambaikan tanganku menyuruhnya duduk di antara aku dan Okan.

"Macet jalanan atau macet lampu merah dah Sak?" Tanya Awan sambil nyengir, Saka menabok lengan Awan sambil terkekeh kecil.

"Lo yang bikin?" pertanyaan Rafif membuatku menoleh ke arahnya, dia mengangkat satu pie buah lalu menggoyangkannya. Aku tersenyum sombong kemudian mengangguk. "Noh rasain tuh masakan gue, jangan bilang gue ngga bisa apa-apa."

"Enak." Komentar Saka tiba-tiba, cepat-cepat aku menoleh ke arahnya. Saka masih mengunyah pie buah buatanku, bibirnya tersenyum membuat sesuatu di hating bergemuruh hebat.

"Engga, rasanya aneh." Komentar Rafif terdengar dari seberang meja, aku mendelik kearahnya. "Ngaco, Saka sama Bunda bilangnya enak kok." ketusku kesal.

Rafif dan Saka tertawa kecil melihatku. Tangan Saka bergerak menyentuh kepalaku, "Enak kok," katanya pelan. Aku memeletkan lidahku ke arah Rafif. Cowok itu hanya tertawa kecil menanggapiku.

"Kalau Saka mah apa aja yang di masak in Sab-Sab kan enak." Seru Okan yang sekarang sedang menyeretkan ponselnya ke arahku dan Rafif, pasti dia sedang bikin instastory. Dasar.

"Wong jelaslah, di bikin khusus ke Saka tuh pake cinta sama Sab-Sab, emang lo yang kagak ada yang bikin." olok Awan sehabis meneguk minumannya, cowok itu tertawa di ujung kalimatnya bersamaan suara decakan terdengar dari mulut nya Ikan.

"Ancur dah video gue, gegara suara lo nih, ah." Okan menggerutu dengan muka kesal menatap layar ponselnya. "Yeee lo nya aja yang alay, makan gini doang di bikinin snap." ujar Rafif yang di soraki Awan dan Saka berbarengan.

"Tengkyuuu brader and sisternya acu yaw." Awan merentangkan tangannya sampai mengenai kepala ku. "Awas lu, ngga usah deket-deket cewek gue." Saka menarik kepalaku mendekat ke arahnya, tangannya menyingkirkan tangan Awan yang sepertinya masih berada di belakang kepalaku.

"Beeeuh cewek gueeeeee." Seru Okan dan Rafif riuh, ketiga cowok itu tertawa geli mendengarnya. "Hahaha cewek gue,.."

Aku berdecak pelan, menutupi salah tingkah yang datang tiba-tiba. "Ya kan padahal kamu emang cewek aku kan, yang. Gila orang ini para ketawa."

Saka sialan, dia pasti uda tau muka aku uda merah dan salah tingkah. Ngapain pura-pura bego gitu lagi sih ah.

"Tuh muka Sab-Sab udah merah noh!" Rafif menunjukkan mukaku masih dengan tertawa. "Hidungnya udah kayak tomat busuk." Lanjut Okan. Aku mendelik mataku kesal ke arah dua cowok yang duduk di seberang meja.

September Milik SabrinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang