~

140 13 4
                                    

Halaman belakang tempat ini penuh dengan bunga berwarna merah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halaman belakang tempat ini penuh dengan bunga berwarna merah. Kelopaknya seperti kertas basah setelah direndam cat merah.

Aku juga lihat bunga itu ada di kamar-kamar kosong bangunan ini yang penghuninya sudah pergi, entah kemana. Lalu aku bertanya pada perawat yang mengganti vas berisi bunga merah yang sudah layu dengan bunga merah segar yang baru. Bunga apa itu. Katanya, itu bunga Poppy, bunga itu bermakna ingatan, kenangan, jangan lupakan.

Bunga merah cantik yang sama yang kau lihat di sampul depan buku ini. Kau tahu kan Ji, aku pandai menggambar. Bunganya persis seperti itu, seperti yang aku gambar. Itu bunga Poppy namanya, cantik, jangan dilupakan.

Dan, ya. Selamat membaca.

Yoongi Hyung bilang orang-orang akan berharap Blue Salvia ada kelanjutannya. Ini bukan kelanjutannya tentu saja. Ini hanya buku harian ku, tentang hari-hari yang aku jalani ditempat ini. Buku harian yang aku namai Red Poppy. Aneh tidak sih jika aku membuat diary, ditambah lagi aku memberinya nama. Tapi Ji, aku hanya ingin terus ingat dan ingin terus diingat. Seperti bunga Poppy.

Walaupun, akhir cerita ini hanya akan ada dua kan, Ji. Dan aku tidak boleh serakah untuk memilih keduanya. Hanya satu saja.

Berhasil, tapi aku melupakanmu, melupakan segalanya. Atau, aku tidak melupakan apapun, tapi itu tanda kalau aku gagal.

Sekali lagi, Ji. Selamat membaca.

Karena saat buku ini berada di tanganmu dan berhasil kau baca, aku harap kau tidak akan lupa. Kalau aku sudah tidak ada dan kau harus terus hidup dengan bahagia.

Kau bisa sebut aku manusia paling jahat di dunia, Ji. Karena aku memang jahat. Dan egois, sangat. Setelah memintamu untuk terus memikirkan aku dengan Blue Salvia, sekarang aku ingin kau tidak melupakan aku dengan Red Poppy. Jahat sekali ya aku ini.

Tapi biar jahat, kau tetap cinta kan? Tentu saja. Kau tidak bisa menolak pesona duda tampan satu anak seperti ku, Ji. Tidak bisa. Harus cinta. Tetap cinta.

Dan tolong kau ingat, Song Jian. Red Poppy. Jangan lupa, Jian.

Jangan lupa bahagia.

._.

Jian mengeratkan pelukannya pada tubuhnya sendiri. Berdiri di balkon kamar di suhu seperti ini mungkin memang bukan ide yang bagus. Tapi terus berada di atas tempat tidur juga membuat Jian sesak.

Musim dingin belum benar-benar berakhir. Meski salju sudah berhenti turun, tetapi Seoul masih tetap dingin. Untuk Jian, mungkin akan selamanya dingin.

Jian menatap balkon kamar di seberangnya, rumah tetangganya, kamar seseorang, si tetangga menyebalkan yang dulu sekali pernah berbicara dengannya tentang Sirius si bintang paling terang. Kamar itu kosong tentu saja, penghuninya lebih senang berteman dengan Sirius dibanding berteman dengan Jian. Sekarang kau sudah bersinar, mengalahkan Sirius, dasar duda sialan.

Red PoppyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang