LEO [8] Second Request

7.2K 552 57
                                    

🖤

Clare memasuki rumahnya dengan perasaan berkecamuk. Sedari tadi tangannya hanya memutar-mutar kotak ponsel. Kedatangan ibunya, Sara, sambil membawa pizza saja tidak ia sadari. Bukankah seharusnya Leo berpikir berulang kali untuk memberikan ponsel mahal pada seseorang yang bahkan bukan pacarnya? Oh Tuhan.

"Hei." Teguran Sara menyadarkan lamunan Clare.

"Huh? Ada apa, ma?"

"Mama pesan pizza untuk kamu. Ayo dimakan."

"Makasih, ma." Clare menggigit sepotong pizza walau matanya tak fokus.

Menyadari Clare tidak sedang ada di dunianya, Sara menarik kotak ponsel itu dengan paksa sehingga Clare menoleh cepat. Wanita itu membuka kotaknya memperlihatkan benda pipih berwarna putih dengan case transparan.

"Dikasih papa? Kok bagus sekali ya? Mama juga mau dong yang kayak gini."

Clare meringis, ia menggeleng tanda bahwa itu bukan pemberian ayah.

"Terus ini dari siapa?"

"Dari--"

Sara tersenyum menggoda, "Pacar kamu? Kamu punya pacar?"

Pacar? Dia? Ia bergidik ngeri, "Bukan pacar, ma."

"Lah? Terus siapa?"

Clare menceritakan semuanya tanpa ada bumbu-bumbu kebohongan. Sebab ia tahu Sara peka terhadap apapun yang terjadi pada anak-anaknya, apalagi suaminya.

Wanita itu manggut-manggut sambil menopang dagu, "Jadi kamu sulit mama hubungi karena cowok bernama Leo ini?"

Clare mengangguk.

"Jadi hp baru ini bukan dari papa tapi dari Leo?"

Lagi-lagi Clare mengangguk.

"Jadi kamu gak sengaja nginep satu hari di rumah Leo sampai kalian berdua dapet hukuman dari Bu Anna?"

"Maafin Clare, ma."

"Jadi cowok yang nganterin kamu ke rumah pagi-pagi pake mobil itu Leo?"

"Mama kebanyakan 'jadi' deh perasaan,"

"Gak usah banyak maaf."

"Maksud mama?"

Sara menyengir lebar, "Sering-sering aja nginepnya."

***

Rissa keluar dari rumahnya menggunakan kaos hitam dan ripped jeans. Tangannya sudah membuka pintu mobil tapi kembali di tutup karena seseorang menekan pintu itu tanpa pikir panjang.

"Adrian?!" Cowok itu cengengesan membuat Rissa menginjak kakinya tak peduli ia kesakitan.

"Gak sopan tau! Untung itu elo, kalo bukan udah gue-- Eh?!" Rissa cepat-cepat menutup mulut, lagi-lagi bibirnya membuat masalah.

Adrian melipat kedua tangannya di dada disertai wajah penuh godaan, "Kalo itu gue, lo gak akan pukul gue gitu?"

"Y-Ya, bukan gitu juga!"

"Bukan gitu juga? Yakin?"

"Yakin!"

Adrian mengacak-acak rambut Rissa gemas, "Yakin tapi gugup, gimana sih."

"A-Apaan sih lo!" Gawat jika cowok di depannya itu tahu pipinya seperti kepiting rebus.

"Gue tau lo suka sama gue dari lama." Adrian memojokkan Rissa ke pintu mobil, "Tapi gue punya pacar. Lo mau jadi yang kedua?"

The Coldest of LEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang