12 - bonus [2/2]

3.9K 639 17
                                    

"kak lino? kak lino! kakak dimana ish!"

cowok kecil berambut blonde itu kian merengut, moodnya hancur karena tetangganya tidak memunculkan batang hidungnyaㅡ

padahal han jisung ingat bahwa kakak itu berjanji akan menemaninya bermain di taman.

"hiks.. kak lino lupa sama icungie.."

kursi bangku taman menjadi sasaran jisung, dirinya pun menjadi sasaran mata orang di sekitarnya.

percayalah pasti mereka semua berpikir han jisung adalah anak yang tersesatㅡmau bagaimanapun anak 6 tahun yang jalan tanpa orang tua bukanlah hal yang lazim.

"jisungie?"

cowok berpenampilan kumuh memanggilㅡtetapi bukan kumuh dalam artian yang negatif, hanya sedikit berantakan saja. tubuhnya tegap, tinggi untuk ukuran anak umur 12 tahun.

tidak ada yang menoleh. pun menyahut.

ah, yang lebih muda merajuk.

"hei, jisungie. aduh lucunya kesayangan kakak jika sedang merajuk~"

um, bisakah bilang ke cowok itu agar berhenti berbicara? demi tuhan han jisung hanyalah bocah cilikㅡtetapi hatinya sudah diperkenalkan akan cinta.

"kak linoo! jangan gituu! hati icungie jadi bermasalah hiks!" jisung menoleh kearah samping, menatap yang lebih tua dengan geramㅡwalaupun jatuhnya lucu.

sontak, lee minho tertawaㅡjisung memang selalu bisa membuatnya melupakan masalah tentang hubungan mereka.

tangan minho terulur, usak sedikit rambut blonde yang lebih muda.

hening. tidak ada yang berbicara semenjak minho memilih untuk diam duduk disamping jisung.

"kak lino."

"hm?"

han jisung menatap minho tepat di kedua obsidiannya, mulutnya terbuka untuk mengatakan seuntai kalimat yang memaksa air matanya berlomba keluar lagi.

"kakak habis ini beneranㅡ"

"ㅡpergi? iya, kakak beneran pergi, jisungie."

sengaja.

lee minho sengaja memotong perkataan jisungㅡia tau cowok berperawakan manis itu tidak akan bisa tahan.

"jahat. KAKAK JAHAT!"

pukulan demi pukulan jisung layangkan, yang lebih tua tidak bergeming.

ia mengertiㅡsangat mengerti, bahwa emosi anak kecil masih labil.

dan ketika cowok mungil itu berhenti, disitulah lee minho membuka suaranya.

"listen to me. kakak janji, kakak bakal balik ke kamu. han jisung, kamu itu rumah kakakㅡingat itu."

jisung tidak peduli, memilih untuk menulikan telinga.

"kak minho, pergi."

"jisung jangan giniㅡ"

minho memelas, jisung masih tidak peduliㅡmembuang muka yang penuh dengan tangisan.

"PERGI!"

satu teriakan.

minho pun mematuhinya.

menyeret tubuhnya pergi, beserta dengan pikirannya yang berkecamuk.















'jisung. maafin kakak. kakak harus patuh sama orangtua kakak dan juga orangtua kamuㅡmaaf karena rasa sayang kakak, kita jadi kayak gini.'















hari itu han jisung menyesal, karena setelahnya ia tidak mengingat apapunㅡdue to a massive hit that hits his head from the back.






-

halooo! bonus chap ends here hehe:D

aduh maaf banget ya kalo ff ini bener bener dissapointing:") karena aku sendiri masih abal-abal dalam dunia menulis, mau nangis aja rasanya kalau ngebaca dari awal.

tapi, thanks iaia bagi yang ngevote dan ngecomment. aing teh saranghae banget sama kalian atuh♡

um btwㅡmau engga aku kasih penjelasan tentang suratnya aa minho?

kalau gamau gapapa ihiy

yaudah deh, see u in my next book!:)

Hiraeth / Minho, JisungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang