Tamaki Koji adalah salah satu dari musisi tidak terlalu terkenal yang menjadi favoritku. Aku mulai mengenalnya pada sekitar 2005, melalui salah satu drama serial Jepang.
Sejak itu aku jatuh cinta pada musiknya. He knows how to make good melody.
Sangat sulit mencari video kualitas bagus milik musisi ini. Karena kebanyakan diprivat dan tidak disiarkan di Indonesia. Alhamdulillah masih bisa menemukan salah satu lagu favorit, meski kualitasnya jelek banget, berjudul Present, yang seharian menemani proses kreatif kepenulisanku. Musiknya yang indah dan menghangatkan seolah menjadi latar yang bagus bagi karakter Inay dan Aksel, yang memang bukan jenis orang yang ekspresif serta meledak-ledak.
Aku upload separuh dulu hasil ketikanku hari ini. Separuhnya aku edit dulu. Semoga segera menyusul untuk ditayangkan.
Oh ya sekalian, mau dong tulisan sederhana ini dikomen, dilike, dan sukur-sukur direkomen ke temen yang lain. Siapa tahu banyak yang suka juga.
#menjura
5 - Inay : Saucepan, Pene and Garlic Bread
Monique melihat sekilas aktifitas Inay yang sedang menyiapkan makan malam. Dia sebenarnya tergelitik untuk membantu. Namun karena merasa tahu diri kalau tidak bisa memasak secekatan dan serapi temannya ini, akhirnya Monique memilih aktifitas lain.
"Parutan kejunya kayak gini udah tepat kan, Kak?" tanyanya.
Inay mengalihkan perhatiannya dari saucepan yang sedang bergolak di atas kompor, untuk memeriksa hasil pekerjaan Monique. "Lumayan kok. Tapi kamu bisa mencoba lagi dengan tekanan lebih light. Bandingin aja hasilnya. Menurutku lebih bagus."
Monique memandangi bongkahan keju di tangannya. Lalu mempraktekkan teknik parutan seperti saran Inay, dengan tekanan lebih ringan. "Bagus, Kak. Hasilnya lebih halus."
"Menurutku juga begitu," sahut Inay. "Tetapi standar orang beda-beda. Ada yang suka bentuk parutan lebih tegas dan besar."
"Sebenarnya kalau kejunya mau dimasak lagi sih, apapun bentuk parutannya nggak ngaruh sih Kak. Toh habis ini dimasak dengan susu dan akan hancur."
"Iya sih. Hanya saja parutan yang halus membutuhkan waktu lumer lebih cepat daripada parutan kasar. Karena kadang krimnya jadi overcooked kalau kejunya lama lumernya."
Monique manggut-manggut. "Masuk akal banget sih."
Karena sudah tidak ada lagi yang bisa dia lakukan, maka dia memilih untuk mengelap permukaan meja tempat keduanya meracik bahan dengan serbet bersih bertekstur halus. Yang hanya membutuhkan sekali usap, cukup menyerap segala cairan, menjadikannya bersih, tanpa meninggalkan jejak serat. Lalu mengamati mangkuk-mangkuk kaca berisi bahan yang siap diolah. Udang kupas yang telah bersih, pene pasta yang sudah dimasak hingga al dente, susu, bawang putih yang sudah dicincang, hingga aneka Italian herb yang ditaruh dalam wadah-wadah kecil dari kaca. Inay orang yang sangat tertib dan rapi. Semua yang akan dikerjakannya teroganisir dengan baik.
"Kak, kenapa kok masaknya terlihat lebih banyak? Apa perasaanku aja?" tanya Monique heran. Biasanya kalau mereka berencana makan malam berdua saja, Inay menyiapkan semua dalam mangkuk yang berukuran lebih kecil dari ini. Gadis itu memang sudah hafal kebiasaan temannya yang selalu menyediakan segala sesuatu pas, sesuai takaran. Serta pantang kalau sampai berlebih dan terbuang. "Tumben kamu pakai mangkuk yang lebih besar?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Abu-Abu
ChickLitAksel Juro Reynand - desainer interior Setelah tamat dari jurusan pendidikan seni dan bergelar Bachelor of Fine Arts dari Academy of Art College, San Fransisco, pria itu sempat magang di Helmuth, Obata & Kassabaum yang juga ada di San Fransisco sel...