//29 Desember 2018//
Saya harap anda bangun dengan suasana hati yang baik.
Saya sedang dalam perjalanan menuju kediaman Tuan Levi bersama Shiloh. Tidak perlu mengkhawatirkan kami. Saya berjanji, kami akan kembali dengan selamat.
-Rottwel-
- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Rottwel memarkirkan BMW-nya di semak-semak pinggir jalan. Dalam radius tiga puluh meter, ia bisa melihat mansion bertembok putih yang ia kenal betul siapa pemiliknya.
"Kita berhenti di sini, Tuan?"
Lewat kaca yang menggantung di langit-langit mobil, Rottwel melirik Shiloh yang baru saja bertanya kepadanya, "Ada seseorang yang harus kita tunggu," jawabnya.
Bermenit-menit mereka lewati dalam diam. Sampai Shiloh mulai bergerak-gerak gusar di tempatnya. Kedua paha anak itu mengapit dengan gemetar, sedangkan matanya terus terarah ke luar jendela.
Rottwel yang menyadari gelagat Shiloh lantas bertanya, "Ada apa?"
Shiloh tersentak. Ia menatap Rottwel dengan gugup. "Ung! Itu-itu .... Aku ingin buang air kecil," cicitnya memahan malu.
"Ayolah, di saat seperti ini?" gumam Rottwel tak percaya.
"A-aku sudah tak bisa menahannya, maaf."
Rottwel menghembuskan nafasnya kasar. Ia tak rela jika Shiloh berakhir buang air kecil di kursi mobilnya, namun membiarkan anak itu berkeliaran di luar juga bukan pilihan yang baik.
"Tu-tuan?"
Sambil berdecak, Rottwel membuka pintu mobilnya dengan terpaksa. "Lima menit, dan jangan pergi terlalu jauh."
Shiloh menghembuskan nafasnya lega. "Aku mengerti."
Sepeninggalan Shiloh, Rottwel menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Ia pijat otot-otot di sekitar bawah alisnya yang menegang.
Setelah menghabiskan malam yang panas bersama nona kesayangannya, ia segera menyusun stragegi pemindahan Lavi ke tempat yang lebih aman.
Untungnya ia memiliki sedikit koneksi dengan dunia bawah. Berbekal uang dengan jumlah nominal yang cukup besar, ia menyewa seorang pembunuh bayaran dengan jam terbang di kelas menengah.
Rottwel membuka matanya saat mendengar suara ketukan dari luar mobilnya. Dilihatnya Shiloh sudah menunggunya di depan pintu mobil. Segera saja ia suruh anak itu masuk saat pintu terbuka.
"Apa kau-" Baru saja Rottwel membuka mulutnya untuk bicara, ia merasakan sesuatu yang tajam menembus kulit lengannya. "Berengsek!" Ia lepas jarum suntik itu yang menusuknya dengan kasar, lalu ia tatap Shiloh yang masih bertengger di pintu mobil.
"Apa yang kau suntikan padaku, Bocah?! Sialan! Kemari kau!" Rottwel menjulurkan tangannya demi meraih tubuh Shiloh, namun anak itu dengan gesit menghindar. "Berengsek!" Ia mengumpat kembali.
Berlahan-lahan Rotwel kehilangan tenaganya, lalu disusul oleh kesadarannya.
Shiloh memperhatikan korbannya dengan mata yang berkaca-kaca. "Tolong maafkan aku, Tuhan ...," bisiknya sambil membawa telapak tangannya ke depan dada.
- - - - - - - - - - - - - - - - - - -
Munafik. Saat kau melakukan apa yang diharamkan oleh Tuhan sambil menyebut Nama-Nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anxious
RomanceHal menawan dari dirinya berlahan-lahan layu, mengering, lalu berubah menjadi partikel yang siap hilang. (12/19/2018)