Sarapan pagi tertata dengan apiknya di atas meja. Setelah membersihkan dirinya namja manis bernama Kim Taehyung berjalan membangunkan adiknya yang masih tertidur. Adik kesayangannya dan satu-satunya keluarganya yang tersisa setelah kecelakaan enam tahun yang lalu.
Kamar yang jauh dari kata rapi tersebut membuatnya menggeleng-geleng dan berujar dalam hati.
"Berantakan seperti hyungnya."
Taehyung tersenyum melihat adiknya yang tidur dengan mulut terbuka. Sedikit dengkuran juga terdengar oleh Taehyung. Bayangan masa lalu terbayang di otaknya. Ia mengingat bagaimana setiap harinya dia harus menenangkan adiknya yang tak hentinya menangis saat ia mengikat kecelakaan maut tersebut. Kalau boleh jujur dulu Taehyung juga tidak rela dan tidak mau mengalami peristiwa seperti itu. Jika saja ia sendiri mungkin Taehyung sudah gila. Tetapi Tuhan masih sayang padanya karena Tuhan masih membiarkan Jungkook untuk menemaninya.Taehyung segera membuang jauh-jauh kenangan buruk itu dan berteriak agar sang adik mau bangun.
"Kookie...bangun, kau harus bersiap pergi ke sekolah." Taehyung menyibak selimut yang di kenakan adiknya yang terpaut dua tahun dibawahnya tersebut.
"eungh.." yang dibangunkan hanya mengerang dan kembali meringkuk memeluk bantal guling erat.
"Yak, Kookie cepat bangun dibawah ada temanmu," ujar Taehyung seraya menarik gorden kamar Jungkook agar adiknya itu mau bangun. Kim Jungkook adalah adik kesayangan dan kebanggaan Taehyung, Penyemangat dan kekuatannya.
Mendengar ada yang datang untuk menjemputnya Jungkook segera bangun dan masuk kamar mandi.
"Kau kan ada ulangan hari ini, kenapa kau malas-malasan seperti ini Kookie," Celoteh Taehyung yang mengilat gorden kesamping.
"Aku tidak ingin melihat dan mendengar nilaimu jeblok. Kau dengar Kim Jungkook?, apa kau mendengarkanku Kookie?," Taehyung menoleh dan mendapati Jungkook sudah berseragam rapi dan sedang merapikan rambutnya di depan cermin.
"Kookie."
"Maaf hyung, aku mendengarkanmu tapi aku harus cepat berangkat. Temanku ada di bawah kan?."
Belum sempat Taehyung menjawab bel pintu rumah mereka berbunyi.
"Tuh kan dia sudah tidak sabar rupanya," cengir Jungkook yang langsung berlari menuju pintu utama."Siapa yang didepan? dan...apa dia tidak mandi," bingung Taehyung. Tadi dia hanya bercanda, tidak ada orang yang mencari Jungkook.
"Iya aku datang..," Jungkook membukakan pintu dan dengan kasarnya tangan lemahnya ditarik oleh seseorang dengan badan besar dan kepala plontos berkumis dan berjenggot.
"Kalian....," lirinya takut.
"Mana uangnya?, ini sudah jatuh tempo dan kalian harus membayar hutang kalian atau aku akan mengambil paksa rumah kalian dan menjadikan kalian pelayanku."
Itu adalah rentenir, lintah darat yang selalu menagi hutang dengan bunga setiap bulannya. Jika Taehyung dan Jungkook tidak membayar hutang tepat waktu maka mereka selalu mengancam dan menyakiti Taehyung dan Jungkook.
"Ka-kami...belum punya uangnya."
"Tidak ada uang," ujar bos mereka seraya mencengkram lengan jungkook hingga anak itu mengadu kesakitan.
"Kami pasti membayarnya. Hyungku belum gajian," ujar jungkook seraya memegangi tangannya yang terasa sangat sakit.
"Mana hyung mu?."
"Tidak ada," Jungkook menghalangi pintu masuk agar rentenir dan anak buanya itu tidak masuk.
"Minggir kau," satu anak buah sang rentenir itu menarik dan mendorong jungkook sampai jatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Teen Fiction"A...apa ini?, baunya seperti sper...." _Taehyung. "Itu cairan cinta kita sayang."_Seokjin.