"Jadi kau memang Taehyung," ujar Seokjin yang juga berada di dalam lift.
"Kenapa dia ada dimana-mana," batin Taehyung setelah ia melihat Seokjin di pojok lift sedang menatapnya dari atas kebawah. Taehyungpun berusaha bersikap acuh.
"Taehyung-ah, Apa yang kau lakukan disini?." Yang ditanya hanya diam.
"Hei ketua osis yang terhormat. Sedang apa kau malam-malam di hotel dengan dandanan seperti ini," Seokjin berpindah ke depan Taehyung.
"Apa urusanmu," jawab Taehyung sekenanya.
"Kenapa ketus sekali, aku kan bertanya baik-baik," Seokjin masih menatap curiga pada Taehyung. Nada suaranya seperti dibuat-buat.
Taehyung tidak menggubris Seokjin sama sekali. Ia memilih untuk menghentikan lift. Mungkin ia naik tangga saja dari pada satu ruangan dengan Seokjin. Akan tetapi saat ia hendak menekan tombol lift Seokjin menghentikan tangan Taehyung.
"Aku melihatmu bersama orang tua tadi," bisik Seokjin di telinga Taehyung.
Taehyung langsung down. Tiba-tiba tangannya lemas. Ternyata Seokjin melihat lebih jauh.
"Lepaskan tanganku, dasar sial," pekik Taehyung.
"Kau yakin?," Seokjin menatap Taehyung lekat. Ia bahkan melupakan kue yang ia bawah. Taehyung menatapnya sinis dengan mata yang memerah.
"Baik, tapi bagaimana kalau adik kesayanganmu itu tahu apa yang di lakukan kakaknya. Kakak kesayangannya....adalah...."
"Apa maumu brengsek," ujar Taehyung putus asa.
"Oohh..apa ini, ketua osis yang terhormat ternyata...."
Seokjin mengangkat tangannya dan memundurkan tubuhnya seolah menyerah. Detik berikutnya Seokjin maju seraya smirk indah di depan wajah Taehyung. Seolah ia mengatakan "Aku bisa saja memberitahu adikmu."
"Baiklah Kim Seokjin, aku minta maaf. Aku mohon padamu jangan katakan apapun pada Jungkook. Aku tidak ingin dia terluka karenaku." Taehyung menyerah, tatapan intimidasi Seokjin membuatnya takut.
"Kalau kau menangis aku akan mengabulkan satu keinginanmu," ujar Seokjin seraya kembali menunjukkan smirk. Menggoda Taehyung adalah kesenangan tersendiri bagi dirinya. Jadi, ini adalah waktu yang tepat. Sekarang ia mempunyai kartu mati Taehyung yang bisa ia gunakan untuk menguasai Taehyung. Seokjin rasa ia akan bebas menggoda Taehyung.
Beberapa detik kemudian Taehyungpun menangis.
"Kau puas," ujar Taehyung seraya menatap Seokjin.
Butiran putih bak permata itu jatuh dipipi Taehyung. Entah mengapa hati Seokjin merasa tertusuk setelah melihat Taehyung menatapnya dengan air mata yang mengalir. Perasaan bersalah dan menyesal telah memenuhi hati Seokjin.
"Ah sial, kenapa dia beneran menangis," batin Seokjin.
Seokjin menyentuh bahu Taehyung seraya menggigit bibirnya menyesal. Tubuh Taehyung bergetar dan berusaha mundur darinya.
Saat ini Taehyung benar-benar takut. Takut jika sampai Seokjin mengatakann apa yang dilihatnya sekarang kepada Jungkook."Aku sudah melakukan apa yang kau inginkan. Sekarang apa permintaanmu yang sesungguhnya?," ujar Taehyung.
"Ta-taehyung-ah..."
Pintu lift pun terbuka, mereka sudah sampai lantai dasar hotel. Taehyung berjalan duluan dan diikuti Seokjin di belakangnya.
.
.
.
.
Jungkook memutuskan untuk membuat makanan didapur karena perutnya kelaparan. Ia mengatakan pada Taehyung Ia sudah makan agar kakaknya mau memakan makanan yang ia beli. Tapi, sebenarnya Jungkook belum makan sejak pulang sekolah. Ia hanya membelikan makanan untuk Taehyung seorang itupun dengan uang sakunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Butterfly
Teen Fiction"A...apa ini?, baunya seperti sper...." _Taehyung. "Itu cairan cinta kita sayang."_Seokjin.