Priscilla Calysta Vallentine, gadis manis yang tangah duduk di sebuah bangku taman bersama temannya, Darra.
Mereka berdua tengah asyik mengobrol melepaskan rasa rindunya masing masing karna sudah lama tak jumpa, dan saat ini mereka tak sengaja bertemu di sebuah taman.
"Darra lain kali mampir kerumah Silla ya? Udah lama Darra gak pernah main kerumah Silla lho."
"Iya iya Priscilla, nanti lain kali gue mian kerumah lo lagi. Tapi jangan lupa sediain yang spesial aja ya." Balas Darra dengan senyuman
"Iya siap ntar pasti di sediain yang spesial deh"
"Oh ya bunda apa kabar Sil?"
Raut wajah Silla yang Gembira berubah menjadi sedih "Bunda sakit Dar, udah 2bulan lebih. Ini aku baru beliin obatnya bunda" balasnya dengan raut wajah yang sedih "ahh ya udah sore aku pamit pulang duluan ya Dar, kasihan Bunda nunggu" lanjutnya
"Ohh yaudah, Get Wall Soon buat bunda ya Sil. sorry gue belum bisa jengukin Bunda"
"Iya gapapa Dar, aku pulang ya dah"
"Iya, tiati. Jangan lupa bilangin salam Darra buat Bunda Sil" ucap Darra yang sedikit berteriak karna Priscilla sudah menjauh dari nya, dan Priscilla hanya mengangguk sebagai jawaban
Priscilla berjalan keluar taman, namun perjalanannya terhenti ketika melihat seorang pria yang sangat ia kenal tengah berdiri diparkiran taman tersebut.
Senyum Priscilla pun mengembang ia pun berniat untuk menghampiri orang itu namun langkahnya kembali terhenti ketika melihat seseorang yang menghampiri pria itu lebih dulu.
"Hay sayang maaf udah buat kamu nunggu lama"
"Iya gapapa. Udah yuk pergi"
Kalimat itu terdengar sangat jelas ditelinga Priscilla
'Sa-sayang? Apa maksudnya? Mereka berdua. Gak itu gak mungkin'
Setelah beberapa detik pikirannya di penuhi dengan pertanyaan yang tak jelas akhirnya Priscilla pun kembali berjalan untuk menyusul mereka dan menanyakannya langsung.
Drrttt Drrttt
Namun suara getaran ponsel miliknya kembali menghentikan langkahnya, Priscilla pun segera mengecek siapa yang nelpon nya.
'Bu Verra'
"Hallo"
"Ne-neng Silla kamu dimana"
Seketika Priscilla melemas dan perasaanya menjadi semakin kacau dan tak enak hati mendengar suara bu verra yang terdengar sedang menangis"Ada apa bi? Kepana suara bibi seperti sedang menangis?"
"Neng Silla harus segera pulang, bunda neng bunda."
"Bunda? Ada apa sama bunda? Bunda baik baik aja kan Bu?"
"Bu-bunda, bunda"
"Bunda kenapa?" Teriak Silla, ia merasakan terjadi sesuatu yang buruk pada bundanya
"Bu-bunda meninggal Neng."
Kalimat itu membuat Pricilla melemas sehingga ponsel yang ia pegang pun terlepas dari tangannya, dengan air mata yang bercucuran ia pun segera mencari taxi dan bergegas menuju rumah.
Tangis Priscilla pun pecah seketika sampai rumahnya dan melihat orang yang paling ia cintai tengah berbaring dan tak bernyawa lagi
"Bundaaa" Teriak Priscilla dalam tangisan dan segera menghampiri jasad bundanya
"Bunda, bangun bun. Bunda gak boleh tinggalin sila"
"Bunda gaboleh pergi"
"Ayah udah pergi tingglin sila dan sekarang kenapa bunda ikut pergi juga? Apa sila buat salah hingga kalian pergi tinggalin sila, hiks. Sila gapernah bantah perintah bunda sila selalu turutin apa kata bunda hiks. Ta..tapi hiks kenapa bunda pergi secepat ini hiks."
Betapa hancur dan kacaunya Priscilla saat ini, bagaimana tidak dia yang saat ini hanya tinggal berdua bersama bundanya dan kini bundanya sudah pergi untuk selamanya.
Haru dan tangis yang hanya bisa Priscilla lakukan, ia tidak tau lagi apa yang akan ia lakukan setelah bundanya pergi seperti sudah tidak ada tujuan untuk hidup lagi baginya .
"Udah sil ikhlasin bunda ya, biarin bunda tenang diatas sana. Lo masih punya gue, gue bakalan selalu ada buat lo" Ucap Zevita sembari memeluk dan mencoba menenangkan Pricilla.
"Bundaa Vit hiks, bunda bunda udah tinggalin Silla hiks."
"Kamu tenang sil kamu kuat kok. Biarin bunda pergi ya kamu jangan nangis lagi ya."
"Bundaaaa hiks bundaa hiks"
KAMU SEDANG MEMBACA
Pilihan
Short StoryKetika rasa putus asa datang, dan harapanpun muncul menyelamatkanku, membawaku pergi kepada kisah baruku. . . . . .