1

23 5 0
                                    

"Kak ina!"

Sebuah suara mengagetkan gadis keturunan sunda yang tengah membalas sebuah pesan gombal receh dari seorang teman cowoknya, yang masih saja mengirimkan gambar dan gombalan receh yang mulai tidak ia perdulikan, memilih menekan lama chat dan mengetuk pelan layar ditangannya ke pilihan "arsipkan". Ia kaget bukan karena chat itu, bukan. Tetapi karena ia baru saja mengeluarkan cokelat dan ingin memakan tanpa ketahuan adik kecilnya, yang selalu mengganggunya ketika ia memiliki makanan ringan.
Walaupun suara itu berasal dari luar pintu kamarnya, gadis itu tetap kaget karena takut operasi rahasianya ketahuan dan membiarkan cokelat itu terampas dari dirinya dan berakhir di mulut ompong adiknya, menyebalkan.

"iya apa nad?" jawab si gadis sembari meletakkan cokelat diatas air conditioner  supaya tidak ketahuan walaupun adiknya mungkin akan  menjarah wilayah kekuasaannya.

"Itu bunda minta tolong beliin barang di supermarket, cepetan kak bunda butuh mendadak buat bikin kue pesenan!"

Si gadis tampak maklum, ia segera turun dari bangku selesai menyimpan cokelatnya, membuka wardrobe dan mencari training hitam dan kardigan pink pastel dan berteriak ke arah pintu kamar agar nada, adiknya segera memberitahu bunda supaya  meletakkan uangnya didekat kunci motor.

Tak ada sahutan, tak ada protes yang terdengar hanya derap langkah kaki mungil menuruni anak tangga dan menuju dapur yang kini tengah menguarkan aroma kue yang di panggang.

Setelah merasa beres, si gadis memutar kenop pintu kamarnya dan menuruni tangga dengan langkah ringan. Melihat kearah meja segala kunci diletakkan dan tidak menemukan sepeserpun uang. Si gadis berdecak, dan berjalan menuju dapur, wilayah suci bundanya.

" eh kakak, baru aja bunda mau letak uangnya diatas meja" jawab bunda yang tengah mengocok adonan kue ditangannya, dengan nada duduk dilantai bersama kue jahe yang tinggal separuh ditangan kanannya. 

"Ambil di dompet bunda kak, dompet bunda tuh diatas meja makan bunda lagi sibuk banget nih banyak pesenan" bunda kembali berbicara sembari menuangkan adonan ke loyang yang sudah dilapisi kertas anti lengket dan memasukkannya ke dalam panggangan, serta mengatur timer disampingnya.

"Berapa ambil uangnya bunda?" si gadis bingung melihat segepok uang didalamnya dan beberapa kartu debit di sisi sisi dompet bundanya.

"Eh berapa ya kak, coba ambil listnya di pintu kulkas kak tadi bunda udah tempel disana pakek buah magnet nada" 

Si gadis segera mengambil daftar belanjaan dan menyerahkannya ke bunda.

" aduh kak banyak, ambil aja kartu debitnya kak hati hati bawanya yah" titah bunda sembari mengangkat nada ke gendongan dan membersihkan mulut nada yang lengket karena krim.

Si gadis mengangguk, mengambil list dan kartu debit dan  menuju pintu rumah, setelah sebelumnya mengambil kunci motor serta membuka garasi mengeluarkan motor matic kesayangannya.

"Gavina!"

Si gadis melihat ke arah pintu rumah, melihat bunda dan adiknya yang terlelap di gendongan bundanya, imut tetapi kadang menyebalkan.

"Iya bunda?" balas si gadis diatas motornya

" hati hati ya kak" ucap bunda tersenyum, bangga memiliki anak seperti gavina, yang baik dan patuh kepada orang tuanya.

Gavina tersenyum dan menstarter motor maticnya, bersiap membelah jalanan untuk menunaikan perintah bunda tersayang.

🍰

Gavina, si gadis bertraining hitam dan mengenakan kardigan pink pastel itu tengah memburu barang barang di daftar belanjaan perintah bundanya. Fokusnya terpecah, antara rak-rak bahan kue dengan daftar barang belanjaan yang harus ia penuhi dan harus pula ia centang agar tidak lupa apakah ia sudah atau belum mengambil barang itu.

gavinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang