Lazybones (1/2) [Marvin]

429 30 11
                                    

Mengandung konten boys love, typo(s) dan ketidaknyambungan dengan judul

Buat yang nggak suka nggak usah baca ya...

I've warned you

-----

"Maybe I'll be able to forget you if I become this lazy."

-----

Aku dan dia pernah memiliki sebuah hubungan. Hubungan yang tidak ada orang yang tau kecuali dia dan aku, bahkan hingga hubungan tersebut berakhir.

Dia adalah seniorku di pelatnas. Awalnya dia dan aku hanyalah pasangan Men's Double bulutangkis. Seiring berjalannya waktu, dia dan aku menjadi begitu dekat, bahkan keluarga dia dan aku pun turut dekat.

Dia begitu baik dan hangat kepadaku. Semua yang ada padanya membuat diriku tidak dapat untuk tidak jatuh padanya. Aku mencintainya.

Aku kira apa yang aku rasakan hanya akan bertepuk sebelah tangan. Tentu saja karena hubungan antara dua laki-laki itu tidak wajar. Tetapi siapa sangka, ternyata dia juga memiliki rasa yang sama.

Setelah dua tahun dia dan aku menjadi pasangan Men's Double, dia memintaku untuk menjadi kekasihnya. Tak terbayangkan bagaimana bahagianya aku hingga air mata bahagia menetes dari ujung mataku saat dia mengatakan itu. Tentu saja aku menerimanya tanpa pikir panjang.

Dia dan aku sepakat untuk tidak mengatakan pada siapapun. Kami tidak ingin membuat kabar yang mengemparkan dunia.

Tetapi setelah setahun dia dan aku menjadi sepasang kekasih diam-diam, dia mengatakan bahwa dia dijodohkan oleh kedua orangtuanya dan dia menerimanya karena dia tidak kuasa menolak keinginan kedua orangtuanya.

Hancur. Hanya kata itu yang dapat mengambarkan bagaimana keadaanku saat itu.

Belum terkumpul semua pecahan hatiku yang berserakan, tetapi kedua orangtuanya memintaku untuk menjadi best man dirinya. Menjadi best man dari lelaki yang pernah menjadi kekasihku sendiri.

Sehari sebelum pernikahannya, dia memintaku untuk menghabiskan waktu bersama. Kami menghabiskan satu hari bersantai di rumah dan satu malam panas milik kami yang terakhir.

Bulan April 2018 menjadi saksi bisu aku yang kehilangan dirinya, dirinya yang menikah dengan wanita lain dan kehancuran diriku.

Setelah hari dia melepas masa lajangnya, aku pun berubah untuk menutupi hancurnya hati ini.

-----

"Ya Allah, Mpinnnn... ini udah jam delapan pagi, bangun elah." Sebuah teriakan mengganggu waktu tidurku. Pasti si Jombi.

"Hmm..." gumamku seraya merapatkan selimut menutup wajahku.

"Bangun bego, lu tiap malem udah tidur jam delapan, masa bangun pagi jam delapan juga. Kebo banget sih lu. Heh bangun nggak," bentak Rian.

"Bentar elah, gue masih ngantuk, Jom. Lu sarapan duluan atau apa gitu kek, ribet banget ngurusin gue mulu," sewotku.

Saat aku akan kembali ke alam mimpi, selimutku ditarik. Refleks aku menegakkan badan dan melototi Rian.

"Juanc*k kon, Yan."

"Nah apik to wes tangi, ndang adus, sarapan terus latihan. Ojok ngebo ae kon."
[Nah bagus kan udah bangun, segera mandi, sarapan terus latihan. Jangan ngebo aja lu.]

You And ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang