Bagian Terakhir

101 8 1
                                    

Mataku tertegun tak bisa lepas dari pemandangan menggelikan itu. Mataku memerah, menahan air mata yang mendesak keluar.

Ketika aku akan menangis, aku tersadar, aku siapa untukmu? Ku telan kembali air mata itu.

Aku memberanikan diri ini untuk bertanya padamu, siapa wanita itu.
Jawabmu begini

'Cewek itu siapa? Pacarmu?’

‘Santai dong’

‘Aku tanya, wanita itu siapa?’

Tak ada jawaban yang pasti atas pertanyaanku itu. Setelah itu, kau benar-benar menghilang tanpa kabar. Satu bulan tanpanmu, hidupku merasa kosong. Kerjaanku hanya menunggumu untuk memberi kabar.

Dalam penantian itu, aku berusaha untuk kuat, untuk sabar, untuk tidak menangis. Sayangnya, pertahananku runtuh, aku menangis, untuk apa aku menangis? Siapa aku? Aku hanya merasa lelah dan bodoh.

Aku tak tahu ke mana aku harus melangkah, haruskah aku mundur membuang rasa ini? Atau aku harus maju mempertahankan rasa ini sendirian, tanpa suatu kepastian. Namun kenangan itu kembali menahanku.

Air mataku terus mengalir tak henti-hentinya, hingga satu suara merubah semuanya.

‘Ting’

‘Dek, coba keluar. Aku di depan’

Penuh kejutan. Tangisanku terhenti, kuusap kasar air mata itu. Berdandan sedikit kemudian bergegas menemuimu.

Benar saja, kau berada di depan tempat tinggalku, persis dengan apa yang kau lakukan satu bulan lalu. Aku mengulum senyum, begitu pula denganmu, Jeon Jung Kook.

“Aku tak akan berbasa-basi, begini situasinya”

Ucapmu tanpa senyuman itu lagi.

Ucapmu tanpa senyuman itu lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Besok aku akan wisuda”

Mataku membulat. Wisuda?

“Wisuda? Bukannya kakak masih semster 5?”

“Kau percaya itu? Aku hanya bercanda, aku mahasiswa semester akhir”

Bercanda? Semudah itu kau mengatakannya.

“Dan aku akan kembali ke kampung halamanku”

“Bersama wanitaku”

Waktu berhenti, duniaku runtuh. Bersama wanitamu? Dadaku mulai sesak, sulit untuk bernafas, mataku memerah. Ku tahan rasaku yang memuncak ini.

Aku tersenyum paksa.

“Benarkah? Selamat atas wisudamu dan kepulanganmu”

“Ck, terimakasih. Jaga dirimu, aku pergi”

Ucapmu kemudian pergi dengan entengnya. Aku? Aku masih mengulum senyum sampai aku masuk ke kamarku.

Aku terduduk lemas, rasanya menangis saja tak akan cukup. Tapi tetap saja, yang aku lakukan hanya menangis dan menyesali kebodohan yang aku miliki.

Itu salahku, mengapa aku berharap lebih?
Itu salahku, mengapa aku memelihara keodohanku ini?
Semalaman aku merenungimu. Tersadar bahwa Jeon Jung Kook memiliki wanita lain, dan tersadar bahwa kau akan meninggalkanku dengan semua kenangan di sini.

Hari saat wisuda tiba, aku memoles make up pada wajahku yang sembab ini. Memandang refleksiku di cermin, memaksa untuk tersenyum.

‘Jelek’
Batinku.

Aku bersembunyi di balik tembok gedung wisuda, di pelataran gedung, aku melihatmu, Jeon Jung Kook dengan wanitamu. Kalian  menggegam seikat bunga kemudian foto bersama.

Tawamu lepas, tanpa sadar, aku tersenyum melihatmu begitu bahagia, namun senyumku terasa begitu pahit, sadar bahwa senyummu itu bukan milikku. Tapi milik wanita lain.

Kenangan itu berputar terus menerus. Mereka tak mau pergi.
‘Bagaimana kabar keluargamu?’
‘Nanti saat balik ke kampung halaman, aku boleh ikut deganmu?’
‘Tak ada yang marahkan aku mengajakmu keluar?’

Suaramu menggema. Air mata membanjiriku lagi. Dadaku semakin sesak, kepalaku terasa berat, semuanya terasa berputar dan suara di sekelilingku pelahan memudar. Pandanganku kabur dan semuanya berubah menjadi gelap.

Terimakasih Jeon Jung Kook, kau mengajarkanku bagaimana untuk bersabar dalam menanti, dan mengajariku apa itu sakit sehingga aku bisa menjadi lebih kuat.

Dan selamat atas wisudamu.
Aku berdoa untuk kebahagianmu dan wanitamu.

FIN.


Gantung ; Jeon Jung Kook ✅ EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang